KURNIATI

Kurniati adalah guru Bahasa Indonesia di SMPN 171 Jakarta, sebelumnya mengajar di SMA Sumbangsih Jakarta....

Selengkapnya
Navigasi Web
Cermin yang Tak Pernah Berdusta
Terkadang kita begitu takut dengan fakta dan realita. Padahal fakta bicara agar kita bisa berbenah untuk menjadi lebih bijaksana.

Cermin yang Tak Pernah Berdusta

Cermin yang Tak Pernah Berdusta

“Waduh, kerut di wajahku semakin bertambah. Di sekitar mataku ada kerutan. Di dahi ada kerutan. Di sudut-sudut bibirku juga ada kerutan. Senyumku tidak semanis dulu. Pipiku juga enggak kenceng lagi. Kok bisa begini,ya?” keluhku yang sibuk memandangi setiap inci bagian wajahku ini. Kumonyong-monyongkan bibirku bergaya seperti model agar terkesan seksi dan menggoda. Bukannya seksi dan menggoda malah sebaliknya aneh, seperti orang yang tengah sakit jiwa, alias tidak waras.

Lebih konyol lagi aku terkadang tidak percaya dengan satu cermin, seperti kali ini. Setelah tidak puas dengan hasil bercermin di kamar tidur, aku pindah untuk bercermin di ruang keluarga. Kali ini gayaku berbeda, aku tersenyum dengan melebarkan mata mengikuti gaya selebritas Syahrini yang jika berfoto dengan tanpa kacamata hitamnya maka matanya akan dibelalakkannya. Hasilnya, ia terlihat begitu memesona. Aku coba gaya itu, tetapi hasilnya….seperti orang kaget, dan terkena penyakit jantung, bukan pendar pesona yang muncul, melainkan iba. Waduh celaka…

Kemudian, aku bolak-balik di depan cermin. Aku berpikir mengapa ini terjadi. Sebenarnya itu pekerjaan yang bodoh. Memikirkan sesuatu yang tidak perlu dipikirkan. Iya, bodoh. Bagaimana tidak bodoh, aku sadar usiaku sudah lebih dari setengah abad. Aku pun sadar bahwa sisa usiaku tidaklah banyak. Tetapi…. Entah mengapa, aku selalu gelisah setiap kali memandang cermin.

“Cermin, oh cermin mengapa engkau tidak menampilkan apa yang aku suka, tetapi engkau menampilkan apa adanya, sesuatu yang tidak aku suka,”gumamku. Tiba-tiba dari dari speaker masjid di sebelah rumahku terdengar suara, “Berita duka cita, Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un. Telah berpulang ke rahmatullah, Ibu Dewi Kejora, usia 28 tahun….” Sejenak aku terhenyak. Aku mengenal Dewi Kejora. Perempuan muda cantik dan memesona, yang baru seminggu lalu melahirkan seorang bayi perempuan cantik. Ia telah dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan dalam usia yang sangat muda. Sementara aku di sini, sibuk dengan kegelisahan akan penampilan fisik semata. Aku lupa bahwa semua hanya pinjaman. Kecantikan memesona yang pernah aku punya, itu hanya sementara, pinjaman semata. Lalu, mengapa aku sibuk dengan itu semua. Mengapa aku tidak mempersiapkan diri untuk menghadap Dia. Dia, Sang Pemilik Kehidupan. Dia akan memanggil kapan saja, di mana saja, tanpa kita tahu datangnya. Yang pasti, saat itu pasti tiba. “Ya, Robb ampuni hamba yang telah membuang waktu untuk hal yang tidak berharga. Jangan jadikan hamba orang yang merugi. Beri kesempatan hamba berbenah diri di sisa usia ini.”

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren...tulisan yang menginpirasi, semoga konsisten terus menulis

09 Jun
Balas

Terima kasih sudah berkunjung. Amin, semoga saya bisa konsisten untuk terus menulis

09 Jun

Keren tulisannya. Mengingatkan kita untuk tidak terlena dengan dunia.

09 Jun
Balas

Iya, introspeksi pada kita kaum Hawa

10 Jun



search

New Post