234. Rinainya Tak Lagi Dirindui
Rinainya Tak Lagi Dirindui
Banyuwangi, 29 November 2022
==
Sunyi menggerogoti nadi
Sepinya menyelinap di antara tebing hampa tak bertepi
Gema memohon pertolongan memantul bertubi tubi
Inikah sengsara?
Adakah yang lebih nestapa?
Ketika air bah datang menghantam tanpa aba-aba
Semua musnah, hilang seketika
Tinggal lumpur bercampur bau aneka warna
Duh…
Bilakah ini berhenti
Bukan lagi langganan yang setia menghampiri
Musim penghujan bukan lagi simfoni
Rinainya tak lagi dirindui
===
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Puisi yang indah dan menginspirasi. Selamat juga atasa prestasinya. Semoga semakin sukses dan sehat selalu.
Aamiin... Terimakasih hadirnya bunda cantik... Semoga sehat dan bahagia selalu...