TEBUS WETENG (WALIMAH AL-HAML)
Tebus weteng atau Walimah al-Haml merupakan hasil karya dakwah Wali Songo yang mengakomodir budaya lokal (jawa). Runtutan acaranya berupa, pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, tahlil, dan doa. Kesemuannya adalah bukti konkret rasa syukur orang tua yang telah dikaruniai buah hati, dengan mengundang keluarga, tetangga, dan kerabat untuk memanjatkan doa bagi janin yang ada di rahim ibunya. Dikutip dari Al-Jami’ ash-Shaghir 2179, menjelaskan bahwa “Sesungguhnya kejadian terciptanya kalian dikumpulkan di perut ibunya dalam empat puluh hari sebagai mani, kemudian menjadi segumpal darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Lalu Allah memerintahkan malaikat melakukan empat hal; pertama tulislah amalnya, kedua rizkinya, ketiga ajalnya, keempat rugi atau beruntung. Kemudian ruh ditiupkan kepadanya. Sebab seseorang dari kalian sungguh akan beramal seperti ahli surge sehingga jarak antara dirinya dan surga tinggal satu jengkal, (namun) ia telah didahului kepastian takdir sehingga beramal seperti ahli neraka, maka ia masuk neraka. Dan seseorang dari kalian sungguh akan beramal seperti ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal satu jengkal, (namun) ia telah didahului kepastian takdir sehingga beramal seperti ahli surga, maka ia masuk surga. (Muttafaq Alaih dari Ibn Mas’ud, Shahih).[1]
F. Rene Van de Carr, M.D. berpendapat, "Anak dalam kandungan dapat belajar/mempelajari kata-kata yang diucapkan orang tuanya." Ketika orang tuanya mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat pengenalan praverbal.
Keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode dan materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif), dan orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan mendidik. Bahkan ajaran Islam, pendidikan pra-lahir ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan (nuthfah), memulai dan melakukan hubungan biologis secara sah dan baik, serta memanjatkan doa kepada Allah swt. agar dikaruniai seorang anak yang baik. Kemudian setelah adanya proses nuthfah, atas kehendak Allah proses tersebut berlanjut menjadi mudhghah. Pada fase inilah tampak jelas adanya kehidupan seorang anak dalam rahim.
Perlakuan yang baik itu di antaranya memberikan pelayanan yang tepat terhadap anaknya yang masih dalam kandungan, tidak melakukan tindakan kekerasan yang menimbulkan dampak negatif (baik fisik maupun psikis) terhadap anak dalam kandungan, karena hal tersebut sangat berbahaya, seperti yang diisyaratkan oleh N. Muhammad saw. dalam sabdanya: "Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya." (H.R. Imam Muslim dari Abdullah Ibn Mas'ud).
Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum teori dan praktek di atas dikembangkan. Nabi Zakaria a.s. telah memberikan stimulasi pendidikan pada anak pralahir yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana diisyaratkan dalam Q.S. Maryam: 10-11, "Bersabda N. Zakaria, " Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tandanya." Berfirman Allah, "Tandanya bahwa engkau tiada bercakap-cakap dengan manusia tiga malam, sedang engkau masih sehat." Lalu N. Zakaria keluar dari mihrab (tempat sholat), dan diisyaratkan kepada mereka, "Sholatlah kamu pada pagi dan petang." Di dalamnya dijelaskan bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria a.s. telah membuahkan hasil yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum Allah, terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus anak yang berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana diisyaratkan dalam Q.S. Maryam: 12-15, "Hai Yahya, ambillah kitab (taurat) dengan kekuatan (sungguh-sungguh), Kami berikan kepadanya hikmah ketika ia masih kanak-kanak. Dan (Kami berikan) perasaan belas kasihan dari sisi Kami, kesucian, dan adalah ia seorang yang bertaqwa. Dan berbuat baik kepada Ibu-Bapaknya, dan bukanlah ia sombong lagi durhaka. Salam (selamat) untuknya pada hari ia dilahirkan, pada hari diwafatkan, dan pada hari dibangkitkan hidup kembali."[2]
Begitu juga dengan Nabi Adam a.s. tatkala istrinya St. Hawa mengandung anak pertamanya, dan pada tahapan kandungan yang masih ringan, beliau merasa biasa saja berjalan seperti sedia kala, merasa tidak ada beban. Namun, tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan perut yang terus membesar di situlah beliau merasakan kepayahan dan keberatan. Saat itulah, St. Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya. Kondisi ini membuat Nabi Adam a.s. beserta istrinya bersama-sama memohon kepada Allah dengan sebuah doa yang sangat filosofis, yaitu "Dia yang menjadikan kamu dari diri (bangsa) yang satu; kemudian dari padanya Allah jadikan istrinya, supaya ia bersenang hati kepadanya. Setelah ia bersetubuh dengan istrinya, lalu istri itu mengandung dengan kandungan yang ringan, sehingga lalu beberapa waktu. Setelah berat kandungan itu keduanya berdoa kepada Allah, " Tuhan, jika Engkau memberi kami anak yang baik, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur." (Q.S. al-A'raf: 189) [3]
Walimah al-Haml adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara konvergensi antara suami dan istri, dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Selain dari sisi sosiologi juga sangat baik, karena mempererat tali silaturrahim antar sesama.
[1] KH. Marzukqi Mustamar, Amaliyah Nahdliyah (Surabaya: Muara Progresif, 2014), h. 141
[2] Mahmud Yunus, Tarjamah al-Quran al-Karim (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1998), h. 276
[3] Ibid, h. 158
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar