PEMBURU ILMU (4)

@Cerpen

#Tantangangurusiana H-072

Juma’t, 11-12-2020

Selembar Amplop Putih

Kenekatan dan kebonekannya mengalahkan rasa takut di dalam hatinya, dia yakin bahwa Alloh akan bersamanya. Tanpa rasa ragu dan takut dia mengambil air wudhu dan mendirikan sholat tahajjud sendirian di masjid yang sepi. Setelah sholat tahajjud dia menghabiskan waktu malamnya dengan berdzikir sampai menunggu adzan subuh dikumandangkan. Alfu tidak berani tidur meskipun rasa ngantuk mendera kedua matanya, dia berusaha bertahan dengan membaca dzikir dan sesekali melirik ke arah jam dinding. Dia khawatir jika tertidur akan diganggu atau diculik orang yang tidak dikenal maka tidak bisa membela diri. Sedangkan dalam kondisi terjaga dia bisa membela diri jika terjadi sesuatu pada dirinya. Setelah menunggu kurang lebih dua jam, ada seorang ta’mir masjid yang datang untuk menyalakan lampu masjid dan menghidupkan speaker pengeras suara untuk membaca ayat suci Al-Qur’an. Sebelumnya ta’mir masjid sempat menemuinya dan bertanya mengapa duduk sendirian di dalam masjid. Alfu berusaha menjelaskan kepada ta’mir masjid bahwa dirinya kemalaman di jalan dan terpaksa harus menuggu sampai pagi di masjid. Bacaan ayat suci Al-Qur’an telah dilantunkan selama setengah jam, selanjutnya mu’adzin mengumandangkan adzan subuh pertanda waktu sholat subuh telah tiba. Alfu segera mendirikan sholat subuh berjama’ah dan sebelumnya dia mendirikan sholat sunnah qobliyah dua roka’at. Sebagai penutup ibadah sholat subuh, Alfu tampak khusu’ berdoa dan berdzikir dengan khusyu’.

Sinar matahari mulai menampakkan dirinya di ufuk timur, jalanan sudah mulai ramai dan beberapa kendaraan umum sudah mulai terlihat di jalan. Alfu segera bergegas meninggalkan masjid dan mencari angkutan yang dapat ditumpangi menuju rumahnya. Perjalanan di tengah malam merupakan pengalaman pertama yang menyeramkan dan menegangkan serta tidak pernah terlupakan dalam hidupnya. Aku menjadi baper mendengarkan cerita perjuangan Alfu mulai bekerja keras menjadi karyawan foto copy sampai harus berpergian luar kota sendirian tanpa teman dengan bekal uang yang pas-pasan. Bagiku ini adalah bagian bentuk keberhasilannya dalam mengikuti bimbingan kegiatan olimpiade selama tiga tahun. Bukan semata-mata piala yang bisa dia hadirkan di depan mataku, tapi justru semangat yang membara dan jiwa pantang mundur dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam kehidupan. Alfu, kamu telah sukses, kamu telah menjadi juara, kamu telah menjadi pemenang. Kamu adalah juara yang sesungguhnya dan inilah kemenangan yang sebenarnya.

Warna-warni kisah hidup Alfu telah dia ceritakan dengan gaya bicaranya yang khas, kadang meledak-ledak dan tidak jarang pula melankolis. Selain pinter di bidang akademik dia juga dia memang pinter bermain acting apalagi ketika membaca puisi maka audien akan terkesima dengan gayanya. Tibalah saatnya Alfu meminta ijin untuk kembali ke tempat kerjanya karena dia harus segera melanjutkan pekerjaannya di toko foto copy. Ketika bersalaman, aku menyelipkan selembar amplop putih kepadanya, “Bu ini apa?” dia bertanya dan memandangku dengan penuh tanda tanya. “Itu bukan apa-apa, cuma ada sedikit rejeki titipan dari seseorang yang tidak mau disebut namanya” jawabku. Mata Alfu tampak berkaca-kaca karena ada rasa haru dan bahagia di tengah kesulitannya ternyata ada orang yang masih care kepadanya. Aku kembali menatapnya dan berkata “Orang yang memberimu berpesan agar kamu tidak perlu mengingat dan membalas kebaikannya, cukup satu hal yang harus kamu ingat jika kamu telah menjadi orang sukses maka jangan lupa untuk menolong orang di sekitarmu yang mengalami kesulitan biaya untuk menempuh pendidikan. Bantulah bagi mereka yang membutuhkan, ubahlah nasibnya lewat pendidikan dan angkat derajatnya dengan pendidikan karena Alloh akan mengangkat derajat orang berilmu sedangkan ilmu dapat diperoleh salah satunya melalui pendidikan. Tamat.