Mangga Muda

Oleh: Kholifah

Angin berhembus dingin, aroma tanah sisa hujan dan kembang mangga yang bermekaran menjadi perpaduan aroma terapi tak kalah dahsyat. Menenangkan seluruh syaraf-syaraf yang tegang setelah mengikuti perkuliahan bu Sesil 3 jam tanpa jeda. Tempat nongkrong Rubi tampak sepi, biasanya banyak celoteh mahasiswa sekadar melepas lelah dengan menikmati lemontea madu, minuman favorit Café ini dengan sepotong Roti.

“Hai, Rub udah dari tadi di sini” Rubi hanya mendongak mendengar sapaan Hana, jemarinya sibuk dengan HP. Hana yang sapaannya tidak digubris jalan sambil mukanya dilipat dan tangannya meraih Hand Phone, nada protes keluar dari mulut Hana.

“Ditanya tidak jawab, tuh muka Lu dah kayak HP, kotak!” Rubi nyengir melihat bibir Hana manyun. Menarik tangan Hana duduk di sebelahnya.

“Kamu habis kuliah apa kok cemberut begitu?” selidik Rubi. Hana bukannya menjawab tapi berdiri memesan minuman coklat favoritnya.

“Tadi kuliahnya bu Dewi, Sial! Masak tugas yang aku buat semalaman tidak kepakai Rub, katanya designnya tidak pas, apa beliau tidak pernah kuliah ya? sampai detail begitu” Rubi menjitak kepala Hana, mendengar kata sial yag di keluarkan Hana.

“Kualat Lu, bilang sial sama bu Dewi. Beliau bener Han, kalau Lu mengerjakan desain dengan detailnya, itu sama artinya mengajari kita untuk membuat sesuatu secara sempurna, tidak asal, Lu harusnya senang dengan dosen seperti itu, ilmu Lu jadi mateng” ceramah Rubi panjang lebar. Hana hanya tertawa dan mengambil gelas yang diulurkan pelayan kafe.

Keduanya menikmati minuman. angin membelai kulit mereka yang sesaat hanyut berselancar dengan gawai masing-masing. Rindangnya pohon buah di sekitar kafe membuat suasana sangat nyaman. Ditambah pemilik kafe tidak pelit, jika mangganya mulai berbuah para mahasiswa yang nongkrong diberi kebebasan untuk menikmati mangga yang ranum di pohon. Harga yang bersahabatlah membuat kafe selalu ramai, hanya jam-jam kuliah yang nongkrong ada satu dua orang seperti sekarang.

“Rub, Han ayo ikut aku” tetiba Hisyam teman mereka datang tergopoh-gopoh. Laki-laki tetangga kos yang sudah menikah dini, berbicara seperti orang panik. Rubi meminta Hisyam untuk tenang Hana mencarikan air putih.

“Ada apa, Syam, kamu terburu-buru begitu?” tanya Rubi sambil mengulurkan gelas berisi air putih. Hisyam meneguk minuman sampai tandas, dua perempuan di depan Hisyam saling melempar pandang.

Istriku mengeluh perutnya sakit, tapi kenapa dia malah minta mangga yang mentah.

Kedua perempuan di depan Hisyam saling memandang kemudian tawa keduanya pecah.

“Hei Syam, istrimu itu hamil. Dia ngidam tuh, cepet cari mangga, kebetulan pemilik kafe punya pohon mangga sedang lebat buahnya" sahut Rubi

“Apa hamiil!!!!!” Hanum dan Rubi tertawa geli melihat eksresi wajah.

"Tuh akibat pernikahan dini, jadi belum mateng belajarnya" Hana nyambung. Akhirnya mereka pun meluncur ke arah kontrakan Hisyam.

Jepara, 16 Juli 2021