Hadiah untuk Matta ( Past 17 H-227 ) ( Tahjud Syifa )
#TantanganGurusianan
Hadiah untuk Matta ( Past 17 H-227 )
Kondisi Matta mulai membaik. Hanya Syifa yang kadang masih sering melamun. Matta berusaha menghibur dan merawat istrinya. Perawatan kecil diambil alih oleh Matta saat dia sudah benar-benar pulih. Untuk mengganti suasana Matta sering membawa Syifa ke taman dengan kursi roda.
Hari ini Syifa sudah diperkenankan pulang, pada saat menghitung administrasi print outan biaya menunjukan angka yang sangat besar. Matta tertegun, darimana uang sebesar ini? sekonyong-konyong Pak Handoko datang kemudian meminta nota pembayarannya
“Biar Abah yang membayar semua biaya perawatan kalian, Nak Matta tidak boleh menolak ini sebagai penebus kesalahan Abah pada kalian”. Pak Handoko menyerahkan uang pada kasir. Matta tertunduk menunggu pak Handoko. Bu Rani menanyakan nanti kalau Syifa pulang mau di bawa ke rumahnya atau ke rumah Matta. Dengan santun Matta minta Syifa di bawa ke rumahnya saja dengan alasan Matta bisa memantau kasehatan Syifa disamping itu juga harus merawat ibunya. Alas an lain ibu Matta tidak sendirian masih ada ayu Pah yang membantu. Bu Rani memaklumi, sekarang dia ikhlas anaknya pulang ke rumah suaminya. Pak Handoko mengatar anak-anaknya pulang ke rumah.
Dikesempatan inilah pak Handoko menegaskan bahwa modal yang diberikan pada Syifa untuk segera direalisasikan. Jika Matta bekerja dekat rumah akan lebih mudah mengawasi kondisi Syifa. Matta sangat paham dengan keinginan pak Handoko sebagai seorang ayah. Matta menyetujui keinginan pak Handoko. Sebuah senyuman muncul dari bibir pak Handoko. Sambil menepuk pundak Matta pak Handoko pamit diikuti oleh bu Rani. Menyerahkan Syifa sepenuhnya pada Matta. Pak Handoko berjanji akan sering datang menjenguk Syifa.
“Matta, bawa nak Syifa ke kamar biarkan dia Istirahat, alat-lat yang dari rumah sakit biar ibu yang membereskan.” Perintah ibu Matta. Perlahan Matta mendorong kursi roda menuju kamar. Syifa masih lebih banyak diam. Di dekat pembaringan Matta berjongkok menatap istrinya yang kelihatan sayu.
“Dik, lihat Mas, kita akan hadapi liku-liku kehidupan bersama. Dik Syifa harus sabar. Ketidaksempunaan yang kita miliki tidak akan menjadi penghalang kita untuk hidup lebih baik. Mas akan selalu ada buat kamu. Kita hanya punya satu kekurangan tidak sebanding dengan nikmat lain yang diberikan Allah SWT buat kita. Kekurangan tidak akan membuat kita menjauh dariNya. Sekarang kamu tidur biar Mas yang jaga kamu.” Matta perlahan mengangkat tubuh istrinya, tangan Syifa merangkul leher Matta. Perlahan Matta meletakkan tubuh Syifa di atas kasur dengan bantal yang sudah tertata rapi. Matta selimuti tubuh istrinya sambil mengusap kening Syifa.
“Berdoalah, jangan lupakan Sang Pemberi hidup” Matta merapikan semua barang yang masih berantakan di kamar, kemudian merebahkan diri di sebelah Syifa. Tak berapa lama terdengar alunan nafas yang teratur dari sebelah Syifa. Matta tertidur.
Syifa tidak bisa memejamkan mata. Dia perhatikan raut wajah suaminya yang kelihatan lelah tapi sangat tenang. Matta adalah orang lain yang sekarang menjadi belahan jiwanya. Matta laki-laki terbaik bagi Syifa. Syifa mengusap wajah Matta dan mencium perlahan pipi Matta. Matta terbangun senyum mengembang dari bibirnya melihat muka istrinya sangat dekat. Matta membentangkan kedua tangan memberi kesempatan Syifa untuk berlindung, netra mereka beradu pandang dua senyum penuh makna mengembang.
“Gubrag!!!!” Matta terbangun mendengar suara benda jatuh dengan keras. kesadaran Matta belum sepenuhnya sempurna ketika mendengar suara erangan kesakitan. Matta mencari sumber suara ternyata ada di bawah tempat tidur. Matta terlonjak Ketika melihat Syifa meraih kursi roda tapi tidak kesampaian.
“Dik, kamu kenapa bisa jatuh?” Matta membantu tubuh Syifa untuk kembali duduk
“Syifa Ingin sholat tahajud, Mas.” Syifa menangis Lirih. Matta memeluk Syifa memegang tangannya yang sangat dingin kemudian mengangkatnya ke pembaringan.
“Syifa benci Mas, Syifa benci… Syifa ingin sholat tahajud.”
“Syifa kan bisa bangunin mas Matta, sayang”
“Syifa tidak berani, kasihan Mas Matta yang tidur nyenyak sekali. Mas sudah berhari-hari merawat Syifa. Mas Matta pasti capai” dengan air mata berlinang-linang. Matta bisa memaklumi kondisi psikologis istrinya.
“Oke, sekarang kita Sholat tahajud bersama kita ambil wudu, tapi dik Syifa janji besok lagi harus membangunkan mas Matta jika butuh apapun” Syifa mengangguk, Matta mendorong kursi roda Syifa untuk berwudu.
Bersambung
Jepara, 05092020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masyallah,..meskipun tabah, sebenarnya Matta jg sedih, dan Syifa juga..karena menjadi istri yang tidak sempurna
Terima kasih pak Eko, selalu mengapresiasi
Luar biasa sepasang sejoli yang telah terikat tali
Terima kasih bunda