Kholipah

Kholipah kelahiran Pemalang 10 April 1976, Saat ini menetap di kota Ukir Jepara, bumi kelahiran seorang pajuang perempuan yang gigih "Kartini". Ibu dari dua ora...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Yang Terbaik
facebook.com

Cinta Yang Terbaik

Cinta Yang Terbaik

Oleh: Kholifah

Riri menatap wajah pada poto profil Reza. Ia usap perlahan matanya mengembun hatinya mengharu biru. Kerinduannya pada Reza tak bisa di bendung. Dia sadar Reza sudah mustahil bisa dia miliki. Tapi rasa cinta Riri tidak bisa berpaling begitu saja.

Semenjak pertemuan mereka di taman kampus Pascasarjana beberapa bulan yang lalu kemunikasi mereka nyambung kembali. Pertemuan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Riri sedang berjalan beriringan bersama Ratih setelah seharian berkutat dengan mata kuliah Kolokium Pendidikan Dasar yang dibawakan dosen paling menyebalkan menurut Riri. Sedikit-sedikit mengancam tidak lulus mata kuliah yang diampunya jika tidak mengikuti aturan mainnya.

Riri duduk sambil sibuk membaca novel Rindunya Tere Liye. Saat Ratih mencari menu di café depan taman. Menghilangkan penat dan refreshing bagi Riri adalah membaca buku ringan. Dari jauh Ratih melambaikan gelas berisi Jus mangga dan dua kebab yang sengaja Riri pesan tadi. Riri hanya tersenyum melihat gaya Riri yang kocak. Matanya beralih kembali tertuju pada lembaran novel yang mengisahkan Kakek Gurruta mengajar mengaji untuk anak-anak yang ada di kapal saat itu, perjalanan menuju Makkah Al Mukaromah dan madinatul Munawaroh. Yang membutuhkan waktu panjang.

Ratih menjitak kepala Riri pelan, sebal melihat orang di depannya cuek asyik dengan bukunya.

“Kamu itu mau makan pesananmu tidak, orang kalau sudah baca lupa segalanya, sakit baru tahu rasa kau.” Ratih menggerutu panjang pendek. Riri tertawa melihat bibir Ratih maju satu centi meter. Kemudian menggasak makanan di tangan Ratih. Ratih semakin manyun ketika ketika dengan enaknya Riri melahap makanan tanpa babibu apa lagi permisi.

Tanpa sepengetahuan mereka, sepasang mata memperhatikan gerak gerik Riri dan Ratih dari meja seberang. Perlahan sosok itu bangkit mendekati meja taman tempat Riri dan dan Ratih menikmati makan siang simpelnya.

“Nok ayu?” bagai disengat kala jengking saat Riri mendengar panggilan yang sangat tidak asing bahkan sudah terukir laksana prasasti di relung hati Riri.

Mata Riri bergerak mengikuti arah suara. Tampak wajah yang sangat tidak asing bagi Riri, matanya terbelalak lebar mulut juga tidak bisa dikondisikan ikut melongo, dua kata yang secara spontan melompat dari bibir Riri.

“Mas Reza?” manik mata mereka bertabrakan saling menatap hingga membuat Ratih bingung. Ratih berdehem ia merasa ada yang tidak beres.

“Ri, aku tinggal dulu sebentar ya” buru-buru pamit melihat gelagat aneh antara mereka Riri dan laki-laki tersebut. Namun tak kalah cepat tangan Riri meraih tangan ratih hingga terduduk kembali. Ratih mendengus. Namun akhirnya mengikuti tarikan tangan Riri

Bersambung

Jepara, 25 Agustus 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerpen keren

26 Aug
Balas

Terima kasih Bunda Fitri

26 Aug

Seru

26 Aug
Balas

Terima kasih Bunda

26 Aug



search

New Post