MAKNA TAWADHU'
Dalam kehidupan sosial, manusia kerap kali berhubungan dengan manusia lainnya dengan beragam kepribadian, perbedaan kebudayaan bahkan perbedaan agama. Namun tidak bersikap sombong merupakan hal yang dianjurkan oleh agama apapun, begitu juga dengan agama Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim sangat dianjurkan untuk selalu memelihara sikap tawadhu. Memiliki perilaku tawadhu atau rendah hati juga merupakan salah satu cerminan seorang Muslim yang beriman kepada Allah SWT.
Tawadhu bukan sekedar tata krama biasa, melainkan sikap ini jauh lebih dahulu ketimbang sopan santun yakni suatu sikap batin yang menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana. Belajar menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari tidak akan merugikan melainkan dapat bermanfaat membuat kamu lebih tenang dalam menjalani kehidupan.
Dikisahkan bahwa Dawud bin Ali Azh Zhahiri yang menguasai fiqih, alim dalam Al-Qur’an, hafal banyak hadits. Ia seorang imam terkemuka wafat pada bulan Ramadhan tahun 270 H. Pada suatu hari, Dawud sang imam ini pernah mengalami sebuah kisah yang menohok. Kisah ini pun kemudian mengubah cara berpandangannya secara total. Dahulu, sebagaimana rutinitas harian beliau, ketika itu Dawud duduk di atas kursinya sebagai guru yang menyampaikan berbagai materi ilmu untuk murid-muridnya. Di tengah-tengah pelajaran, seorang yang terlihat masih asing turut duduk bergabung di dalam majelisnya.
Dawud rupanya menganggap remeh orang baru tersebut. Sebuah pertanyaan lalu dilemparkan untuk orang itu. Sebuah pertanyaan, menurut Dawud, pertanyaan yang mudah dan ringan, “Apa yang anda ketahui tentang berbekam?”.Tak disangka juga tak dinyana. Orang itu dengan lancarnya menyebutkan beberapa dalil tentang berbekam. Kata-katanya mengalir deras ketika menukilkan pendapat dan keterangan para tabib terkenal mengenai berbekam. Rupanya orang itu memiliki wawasan yang luas. Bahkan di akhir penjelasan, orang itu menutupnya dengan kata-kata menohok, “asal usul berbekam itu justru dari negeri kalian, dari negri Al-Ashbahan!” (At Tajul Mukallal, hal 246).
Demikianlah momen mengesankan seorang imam yang mendapat ibrah berharga bahwasanya Islam melarang umatnya meremehkan orang lain. Sikap tawadhu’ justru akan meninggalkan jejak-jejak kemuliaan, seberapapun hebat atau shalihnya seorang hamba. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Allah akan menambahkan kewibawaan seseorang hamba yang pemaaf. Tidaklah seorang hamba itu bersikap tawadhu kecuali Allah akan tinggikan ia.” (HR. Muslim, no.2588).
Kemuliaan insan terletak pada keimanan dan kadar ketaqwaannya, bukan sekedar dari penampakan lahiriyah semata yang kadang membuat orang tertipu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap ulasannya