Terbongkar2
Terbongkar @2
Oleh: Khatijah
Tak kusangka-sangka sebuah cahaya senter terus diarahkan ke tempatku bersembunyi. Tidak hanya satu, tetapi banyak. Gegara sinar-sinar senter itu maka terlihat jelas tumpukan-tumpukan kayu gelondongan dengan berbagai ukuran. Gergaji-gergaji mesin dan berbagai alat yang tidak kutahu namanya. Aku baru sadar bahwa Aryo merupakan bos dari pembalakan liar yang sering memaksa warga desa untuk menjual lahan dan kayu-kayunya. Berkali-kali terdengar suara teriakan memanggil namaku, menggema di keheningan malam.
“Itu, Bos. Dia bersembunyi di balik semak-semak.” Seorang laki-laki menyenter wajahku. Spontan aku lemas tak bertenaga. Ketakutan telah merobek pikiranku. Sementara banyak langkah mendekatiku sambil menyenter-nyenter ke sekeliling. Saat itu aku meliaht wajah seseorang yang telah menggores luka di lenganku dengan cemetinya. Dialah lelaki yang bertemu di rumah Pak Reso.
“Ya, Allah. Lindungi aku dari kejahatan laki-laki ini. Cukuplah aku memohon kepada-Mu atas keselamatan jiwa dan ragaku. Karena tidak ada pertolongan yang kuharapkan selain dari diri-Mu wahai Tuhanku.”
Aku terus berdoa karena tidak ada lagi kekuatanku untuk melawan sekian laki-laki di tempat seperti ini. Hanya keajaiban dari-Nya yang bisa menolong.
Laki-laki itu hampir saja menyeretku keluar dari persembunyian, tiba-tiba hujan deras disertai petir menyambar-nyambar. Aku berpasrah diri. Seolah ajalku sudah dekat. Mana mungkin aku bisa lolos dari cengkeraman orang-orang di sekelilingku. Mereka tampak semakin beringas. Petir pun menyambar lagi. Kali ini suaranya keras sekali. Sebentar kemudian, terdengar suara pohon tumbang. Hujan semakin deras serupa tercurah dari langit. Tubuhku basah kuyup. Tidak hanya tersiram air hujan, tetapi juga basah oleh air mata.
Hatiku sedikit lega saat terdengar mereka berlarian menjauh dari dekatku. Seperti ada yang menuntun langkahku, dalam lebatnya hujan kaki-kaki lemahku terus melangkah meninggalkan tempat itu. Sepanjang jalan pikiranku membuat kesimpulan bahwa yang menculikku ini komplotan Aryo. Mengapa harus bersamaan dengan peristiwa penganiayaan Abimanyu?
Sedikit demi sedikit terang menggantikan gelap yang nyaris menenggelamkanku dalam nasib tidak tentu. Aku bisa bernapas lega. Meski udara bertambah dingin, tapi hujan sudah berhenti. Tinggal tetes-tetes air dari daun-daun pohon. Baju yang kukenakan sudah tidak lagi sebasah sebelumnya karena efek suhu tubuh. Aku masih dalam posisi bersembunyi di antara tumpukan kayu-kayu gelondongan.
Semakin lama langit di sebeleah timur mulai menjingga. Suara burung-burung pun bersahutan dari atas pohon yang masih tersisa. Mataku baru bisa lumayan jelas memandang alam sekitarku yang carut-marut. Pepohonan di bukit ini nyaris habis. Penebangan benar-benar membabi buta. Rupanya sebelumnya tempat ini merupakan hutan dengan dipenuhi pohon-pohon besar. Namun, kali ini berubah menjadi lahan gersang yang tidak terawat.
Matahari mulai muncul di antara mega-mega, saat aku mencoba meneruskan langkah untuk mencari jalan keluar dari area ini. Terus saja kakiku melangkah, tapi aku tidak menemukan jalan keluar. Kesana kemari tidak ada jalan. Selepas mata memandang semuanya berupa perbukitan gersang. Hanya tumpukan-tumpukan kayu berada di mana-mana. Sedangkan ranting-ranting dibiarkan berserak menghalangi langkahku.
Hari semakin siang. Matahari sudah lebih sepenggalah. Aku tak tahu pasti jam berapa ketika ada seseorang yang memanggil namaku. Tubuhku yang sudah kehabisan tenaga, kembali menggigil. Ketakutan dan kekhawatiran membayang kembali. Aku tidak berani menengok, justru aku terus saja berusaha berlari meski dengan terseok-seok. Entah sudah berapa kali aku terjatuh. Namun, semangat untuk meloloskan diri dari orang-orang yang menjahati aku terus mendorong kakiku.
Teriakan-teriakan itu begitu dekat. Aku tak lagi bisa bergerak. Kakiku tak mampu menahan berat tubuhku. Aku pun terjatuh. Tiba-tiba wajah Aryo menyeringai di depanku. Dia tertawa terbahak-bahak melihat kondisiku yang tidak berdaya.
“Hai, anak manis! Kenapa kamu melepaskan diri. Sudahlah jangan kemana-mana! Temani Kang Aryo di tempat ini!”
Bondowoso, 28 Oktober 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar