Wali Kelas dan Pembagian Rapor
Bagi seorang guru tugas pokoknya adalah mendidik dan menyampaikan materi pelajaran yang diampunya kepada siswa. Tujuannya agar siswa mempunyai kepribadian yang baik (berkarakter), dan dapat menguasai ilmu yang telah diajarkan, dengan harapan nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping itu sebagian guru juga mempunyai tugas tambahan yang diberikan oleh pimpinannya yaitu sebagai wali kelas.
Menjadi wali kelas berarti seorang guru mempunyai tanggung jawab lebih kepada kelas binaannya. Wali kelas menjadi ujung tombak terhadap semua permasalahan yang terjadi di kelasnya. Baik dalam hal administrasi siswa maupun permasalahan yang akan timbul nantinya. Jika anak-anak binaannya terjaring dalam berbagai kasus pelanggaran di sekolah. seperti cabut, merokok, berkelahi dan lain sebagainya wali kelas tampil ke depan untuk menyekesaikannya.
Namun di antara semua permasalahan dan tugasnya di atas, hal yang paling berat dirasa adalah pada saat penentuan hasil belajar siswa. Hal ini dimulai pada saat rapat kenaikan kelas. Semua wali kelas berkeinginan anak binaannya naik kelas semuanya, walaupun ia menyadari bahwa di antara siswanya ada yang memang malas dan kurang perhatian dalam belajar. Tetap saja ia mencoba meyakinkan kepada peserta rapat bahwa siswa tersebut nanti akan berubah jika siswa tersebut naik kelas. Walaupun penjelasan itu nantinya akan ditolak oleh peserta rapat dengan keputusan akhir siswa tersebut tetap tidak naik kelas
Pada saat pemberian rapor, wali kelas .yang memiliki siswa yang tidak naik harus mempersiapkan diri untuk menghadapi siswa dan orang tua mereka nantinya. Seperti yang terjadi hari ini. pada saat penerimaan rapor, siswa sudah datang dengan orang tua mereka. Satu persatu nama siswa dipanggil dan diberikan laporan hasil belajarnya selama satu semester. Bagi yang tertera kata NAIK di bagian akhir rapornya, wajah sumringah langsung terpancar diraut mukanya dan spontan mulutnya akan berucap Alhamdulillah atau yess. Sebaliknya bagi siswa yang dinyatakan TIDAK NAIK maka wajahnya akan muram tidak dapat ia sembunyikan, terkadang air mata tak bisa dibendung lagi. Atau malahan ada yang sambil bermohon-mohon agar dia tetap bisa naik kelas.
“Bu….tolonglah bu, saya ingin naik kelas, kasihan ibu saya bu. Kalau saya tidak naik kelas maka saya akan berhenti sekolah.” terdengar seorang anak menghiba-hiba kepada wali kelasnya.
“Kenapa baru sekarang minta tolongnya nak, coba seandainya ananda rajin belajar keadaan seperti ini tidak akan terjadi. Dan kalau memang ananda sayang dengan orang tua, dari dulu harusnya sudah berusaha belajar maksimal agar hasilnya tidak mengecewakan mereka. Berhenti sekolah bukanlah jalan keluarnya, silahkan ananda ulang kembali jadikan ini sebagai pelajaran, semoga nanti bisa lebih berhasil,” Wali kelasnya mencoba menenangkan dan memberi motivasi kepada siswanya tersebut. Walaupun sudah diberi penjelasan ia tetap memohon agar bisa naik kelas.
Disinilah dilemanya seorang wali kelas, disatu sisi wali kelas ingin semua siswanya bisa melangkah ke kelas berikutnya. Dan disisi lainnya ia harus bisa memberikan semangat dan motivasi agar siswanya yang gagal bisa bangkit lagi dan mau menerima kenyataan.
Payakumbuh, 23 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Suka duka jadi walas memang banyak ya, bu?. Sukses slalu tuk ibu.
Betul Bun....sukses untuk kita semua.salsm literasi..