#15

            Setelah letih seharian bergelut dengan kerasnya kehidupan, Bu Ratih mulai merebahkan tubuhnya di dipan kayu yang kasurnya sudah tidak empuk lagi. Belum sampai tubuhnya menyentuh kasur, tiba-tiba ia bangkit dan berjalan ke luar kamar. Ia memasuki kamar anak-anaknya, ia dapati ketiga buah hatinya tengah tertidur pulas. Diambilnya selimut yang masih terlipat rapi di pinggir ranjang, perlahan ia menutupi tubuh anak-anaknya agar dinginnya udara malam tidak mengganggu tidur mereka. Diperhatikannya buah hatinya satu persatu. Entah mengapa ia enggan beranjak dari kamar ini. Tapi akhirnya ia keluar juga dan merebahkan tubuhnya  agar  bisa istirahat malam ini.

            Walaupun badannya sudah berada di atas kasur, namun matanya belum bisa dipejamkan. Ia sibuk membalik posisi tidurnya ke kiri dan kanan . Entah kenapa susah sekali matanya terpejam. Perasaannya tidak enak, lama kelamaan ia  tertidur juga. Dan ia terbangun ketika mendengar suara ribut-ribut.

            “Bu…bangun bu.” Tangan kekar terasa menguncang tubuhnya. Perlahan ia membuka mata, badannya terasa berat seperti habis digebuki orang. Ia lihat sekelilingnya banyak bangunan rata dengan tanah, tiba-tiba ia bangkit walau badannya tetasa sakit. Seperti  kesetanan ia mencari-cari anak-anaknya namun tak seorangpun ia dapati. Akhirnya ia terduduk lemas dan separuh jiwanya seolah pergi,  saat diberi tahu kalau anak-anaknya juga tertimbun runtuhan rumah mereka, dan ketiganya tidak ada yang selamat.

Payakumbuh, 15 Januari 2021