Kas Pani

Ingin tetap menulis sampai tangan ini tak bergerak lagi....

Selengkapnya
Navigasi Web
Riani,Si Pemilik Mata Teduh

Riani,Si Pemilik Mata Teduh

Entah sejak kapan, benci itu tumbuh di hati Riani, Fandi kurang tahu. Biasanya, perempuan bermata teduh ini baik-baik saja dengannya. Saat berpapasan di jalan, senyum Riani pasti tersungging manis.

" Permisi, Mas Fandi." Ucap Riani selalu sambil menundukkan badannya bila bertemu dengan Fandi setiap kali jumpa di pangkalan ojek.

Sebagai seorang duda yang ditinggal mati istri tiga bulan lalu, tanpa memperoleh anak, senyum manis Riani, biasanya membuat Fandi sempoyongan, apalagi jika melirik mata teduh Riani. Adem rasanya, indah sangat. Persis seperti mata Rosalinda istrinya yang meninggal karena menderita kanker payudara.

" Persetan dengan mata teduh, Riani." Fandi melawan batinnya.

Hari - hari berjalan seperti biasa, kadang lambat dan seketika bisa sangat cepat. Secepat perubahan sikap Riani. Fandi dan Riani pun tidak lebih hanya tegur sapa sambil sekali - sekali dia sempatkan melirik pemilik mata teduh itu.

Ada desir angin yang berhembus dari rongga dadanya setiap kali mata beradu pandang. Dia ingin memiliki Riani, berteduh di mata sayu itu. Namun, setiap kali keinginan itu hadir cepat - cepat dihapusnya, Fandi ingat Rosalinda, istrinya. Bukankah Rosa baru beberapa bulan berpulang. Tak mungkin secepat itu mencari penggantinya.

Pagi itu, Fandi kembali berpapasan dengan Riani di sebuah gang sempit. Dia sapa seperti biasa, " Dek Riani, baru pulang belanja ya. "

Bukannya menjawab, Riani malah memalingkan wajahnya sambil menggerutu, " Uh ! ".

Tersirap darah Fandi atas perubahan sambutan Riani padanya, yang tidak biasa. Ada apa ? Pada hal Fandi merasa tidak pernah berbuat salah, apalagi membuat Riani membenci dirinya.

Rasa penasaran ini menggantung di otaknya, menjadi tanda tanya besar, ingin dia menyusul perempuan itu, jarak mereka sudah terlalu jauh. Biarlah pada kesempatan lain bisik Fandi dalam hatinya.

Hingga di suatu pagi yang tidak terlalu cerah, diikuti gerimis kecil. Setelah seminggu berlalu, Fandi kembali bertemu Riani di tempat biasa, di pangkalan ojek kota mereka.

" Dek Riani, apa kabar ? " Fandi memecahkan kebekuan setelah beberapa saat membisu.

" Baik, Mas. " Jawabnya singkat tanpa menoleh sedikitpun.

" Tumben Dek Riani cemberut, biasanya begitu manis. " Fandi berusaha sabar dengan sikap cuek Riani.

Riani cuma diam sambil memainkan aksesoris jilbabnya, tanpa sedikitpun berpaling ke arah Fandi.

" Ngapa Dek Riani, ada yang salah dari aku." Fandi mengulang pertanyaannya.

" Aku benci, Mas Fandi. " Jawab Riani kesal seperti gadis remaja.

" Mengapa ? " Fandi jadi penasaran.

" Ngapa, Mas Fandi samakan aku dengan Mbak Rosa. Aku ya Riani, bukan Rosalinda, almarhum istri Mas."

" Oh, ini toh masalahnya." Fandi tersenyum.Ternyata Riani cemburu dengan Rosalinda. Sebagai seorang lelaki dewasa, dia memahami arah hati Riani. Ternyata perempuan ini naksir pada dirinya.

Lelaki tampan ini ingat, saat sama - sama menunggu ojek, dia pernah ungkapkan perasaannya pada Riani, termasuk tertarik dengan mata teduh Riani yang mirip dengan mata Rosalinda, istrinya.

" Kalau begitu, maaf Dek Riani. " Fandi mengulurkan tangannya untuk salaman. Menunggu sejenak, tangan Riani perlahan bergerak menjabat tangan Fandi.

" Iya, Mas. Maafkan juga sikap aku beberapa waktu lalu." Riani tersenyum sambil menunduk dengan mata teduhnya itu.

Fandi membalas senyum Riani, tanpa mengabaikan menatap mata teduh itu, yang mirip mata Rosalinda, istrinya. Tapi dia tidak ingin lagi mengatakan mata teduh Riani mirip mata almarhum istrinya. Bisa perang dunia ketiga nanti. Hanya dia bisikkan di telinga Riani, " tepat waktunya aku akan melamar kamu ".

Riani hanya tertunduk malu. Mata keduanya sempat bertemu, tapi Riani cepat menoleh ke arah lain, karena Tukang Ojek langganannya telah tiba.]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hm.,,hm,,hm,,. Mata teduh yang bikin klepek klepek yah Pak Kas. Sukses selalu dan barakallah fiik

07 Apr
Balas

Ha...ha. Klepek - klepek. Asal saja teduhnya bukan karena ngantuk. Terima kasih Bu Siti.Sukses selalu.

07 Apr

Wah...ditunggu kelanjutannya Pak Kas Pani.....

07 Apr
Balas

Ha...ha Bu Rini. The End.

07 Apr



search

New Post