Kasim.

Nama saya Kasim. Jenis kelamin laki - laki. agama islam, status sudah kawin. Anak 2 laki - laki semua. TTL :Boyolali 3 April 1969. Pekerjaanku guru. Alamat Desa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru digugu dan ditiru ( Guru )

Guru digugu dan ditiru ( Guru )

Judul diatas menginspirasi kita semua atas tragedi yang menimpa guru - guru kita. Terutama guru itu sendiri harus menjadi contoh dari semua warga sekolah. Saya menulis judul itu terinspirasi dari banyaknya kasus yang menimpa anak didik kita dan guru - guru kita di seluruh Indonesia. Contohnya ada kasus seorang guru gara - gara menjewer muridnya anak tersebut tidak terima dan lapor kepada orangtua dan berakibat pada sang guru dimeja hijaukan. Ada juga guru yang mohon maaf sampai tega mencabuli murid - muridnya dengan iming - iming akan diberi nilai yang baik dan memuaskan. Ada guru yang keras dengan muridnya dan sangat berlebihan. Namun tidak sedikit pula guru -guru yanng Prestasi Dedikasi Loyalitas Tidak tercela dan Integritas (PDLTI) nya sangat baik. Mengapa sampai ada guru yang benar - benar tidak dihormati siswanya padahal guru tersebut dikategorikan guru yang baik? Inilah masalah yang perlu kita renungkan.

Cobalah kita tengok keseharian guru - guru kita swaktu datang - mengajar - istirahat dan ketika di rumah. Sering kali kita lihat guru - guru terlambat masuk sekolah. Sementara di sekolah sudah banyak anak, tapi gurunya terlambat. Begitu juga saat bel berbunyi tanda pelajaran dimulai. Ternyata masih banyak guru asik bercengkerama, bermain HP dikantor, sehingga lupa waku pelajaran sudah akan dimulai. Sementara anak sudah menyiapkan dirinya di depan kelas tetapi tidak ada guru yang menemaninya saat anak berbaris di depan kelas. Mestinya 5 menit sebelum bel berbunyi guru sudah ada di depan pintu, mengatur anak didiknya berbaris di depan kelas. Kemudian guru bersalam - slaman dengan siswnya. Saat itulah akan terjadi keakraban antara guru dan siswa disamping menegakkan aturan tata tertib di sekolah. Namun hal itu jarang dilakukan oleh guru - guru jaman now.

Pemerintah getol menggalakkan kegiatan literasi dipagi dan siang hari ketika pelajaran belum dan sudah dilaksanakan. Namun lagi - lagi hal itu jarang dilakukan oleh seorang guru. Guru lebih sibuk mengurusi tabungan siswa daripada melakukan kegiatan litersi. Inilah faktanya kondisi guru - guru jaman now. Orientasi mereka tidak lagi mendidik, mengajar melatih tapi sering kali malah menabrak semua aturan tata tertib di sekolah itu.

Begitu juga saat KBM di kelas, mestinya guru sudah membuat rencana program pembelajaran ( RPP), silabus, Promes,jurnal harian, Program KKM, prgram perbaikan dan pengayaan, analisis dan prigram Bimbingan Konseling. Namun fakta di lapangan guru - guru malas membuat administrasi pembelajaran. Dalam mengajar yang mereka gunakan adalah buku saja dan lebih parah lagi mengajar menggunakan LKS. Diberikan uang yang segepokpun kalau kondisi guru - guru masih seperti itu, jangan harap Indonesia akan maju. Yang terjadi malah sebaliknya.

Namun tidak etis rasanya kalau semua tumpuan kesalahan dibebankan pada guru. Saat ini banyak lembaga pendidikan guru yang hanya mencetak guru bisa mengajar, tapi tidak bisa mendidik apalagi melatih dan membimbing siswa. Orientasi lembaga itu hanyalah bisnis. Maka sekarang ini menjamur lembaga pendidikan di pelosok - pelosok desa, berdiri pokjar - pokjar. Waktu belajarnyapun satu minggu hanya satu kali atau dua kali. Mana mungkin akan bisa menghasilkan guru guru yang berkualitas. Belum lulus saja mereka sudah harus mengabdi, sementara ilmu yang diperoleh juga belum kualifid. Contoh seorang lulusan SMK jurusan mesin kuliah di Pendidikan Agama Islam yang nantinya mengajar Agama Islam. Ada juga pokjar yang berani membuka S1 Penjaskes / Olah raga dan kesehatan ( Orkes ) sementara sarana dan prasarananya sangat minim. Padahal seorang calon guru penjaskes harus banyak praktik dilapangan dengan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang lengkap. Apa jadinya negara ini kalau anak - anak kita hanya dididik secaraa teori saja. Kan tidak nyambung sama sekali. Anehnya juga mereka diterima jadi mahasiswa dan lulus.

Inti dari permasalahan guru diatas adalah sebaiknya semua warga sekolah berusaha sekeras - kerasnya untuk selalu mentaati tata tertib sekolah. Tata terib sekolah itu tidak hanya untuk siswa, tapi juga untuk guru, Kepala Sekolah, penjaga dan semua warga sekolah. Saya yakin kalau semua warga mentaati tata tertib sekolah, tidak akan ada lagi sampai anak meganiaya gurunya bahkan sampai guru itu meninggal dunia. Jadilah guru yang tidak hanya pandai, tapi jadilah guru yang bisa digugu dan ditiru oleh murid - muridnya. Tulisan ini hanya sekedar renungan sejenak. Tdak bermaksud menggurui, namun mawas diri sudahkan kita menjadi guru yang benar - benar guru digugu dan ditiru.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul bu... Super sekali. Mulailah dari diri sendiri. Satu lagi bekal menjadi seorang guru itu ketulusan, perhatian dan kasih sayang. (tak perlu ilmu beladiri)

06 Feb
Balas

Terima kasi atas komennya

07 Feb



search

New Post