Tantangan Hari Ke-34

Seni Sulaman Yang Hampir Punah

Di era yang serba modern ini hampir semua produk dibuat dengan menggunakan alat mesin otomatis. Seni sulaman termasuk yang terkena dampak pengaruh modernisasi.

Di sekolah ketrampilan seni merangkai dengan benang atau menyulam sudah jarang diajarkan. Anak-anak remaja zaman now mulai meninggalkan menyulam. Seandainya masih ada ketrampilan membuat taplak, namun taplak dibuat dengan menggunakan cat.

Menurut sejarah, seni sulaman ini dikenal pada masa Dinasti Chang (1766-1122 SM) menggunakan benang emas dan perak menghiasi jubah para kaisar Cina yang berbahan sutra hitam.

Pada zaman Dinasti Chou (475-221 SM) bentuk sulaman relatif sederhana, lalu berkembang menjadi canggih dan mencapai taraf artistik tinggi pada zaman Dinasti Han (206-22 SM) masa ketika secara ekonomis Tiongkok mengalami zaman keemasan.

Zaman Dinasti Ming (1368-1644), secara sosiologis, seni sulaman berkiblat ke bisnis dan profesionalisme.

Semula seni sulaman ini digunakan untuk menandai kalangan atas dan istana, seni sulaman berangsur-angur menjadi milik masyarakat. Pada masa kini, saya masih menjumpai generasi lama yang mengabadikan seni sulaman. Usia beliau sudah 80 tahun lebih tapi beliau masih bisa memasukkan benang ke jarum, menggambar pola di kain, dan membuat sulaman. Beliau adalah ibu Sunarti yang tinggal di kabupaten Nganjuk. Hasil sulaman berupa taplak meja, taplak makan, hiasan dinding, sarung bantal-guling, dan sapu tangan. Hasil sulaman itu digunakan untuk kebutuhan sendiri, ada yang berdasarkan pesanan, ada juga diberikan sebagai souvenir. Ciri khas pada setiap sulaman bu Sunarti selalu ada kode N dan tanggal pembuatan. Kode N kepanjangan Narti, nama panggilan beliau. Niat beliau menyulam di usianya yang sudah senja untuk mengisi waktu luang.

Sumber:

intisari.grid.id

#tantangan60harimenulis

#tantanganharike-34

#mediaguru