Mengobati Trauma Itulah Resolusi
Tantangan menulis hari ke-1
Beberapa saat lagi tahun 2020 akan segera diakhiriNya. Beragam rasa, peristiwa telah dilalui selama setahun ini. Bahagia, sedih, sakit,prestasi maupun frustasi bergulir dengan teratur olehNya. DirasakanNya kepada kita sebagai bentuk kemahakuasaan. Dan secara tersirat diperintahkan untuk mengambil hikmah dari semua peristiwa kehidupan itu.
Membahas tentang meneguk hikmah, sedikit ingin dituliskan tentang peristiwa pahit.
Setiap manusia tak lah ingin mengalami keadaan sulit, menyakitkan dan sebangsanya itu. Kalau boleh saya menggunakan bahasa ibu saya saat ia bertutur, " Nak, takkan lah hidup ini lenang saja. Pastilah ada riak, gelombang yang membuat kita semakin bergantung pada Allah. Para nelayan di laut lepas itu, saat datang gelombang besar maka ia akan membelah ombak agar sampai juga pada tujuannya. " Itulah bunyi nasihatnya.
Saya menganalogikan membelah ombak itu dengan menata ketidakenakan menjadi kekuatan untuk sampai pada tujuan.
Siapapun kita pasti pernah mengalami kepahitan hidup. Dan biasanya kepahitan itu tak ingin diingat atau didelete dalam memori. Atau ada juga yang mengizinkan dirinya menikmati kepahitan itu dengan mengatasnamakan taqdir."yah, sudah begini taqdirku. Mau diapakan lagi. Wajar saja aku begini." Pembenaran atas taqdir lalu merasa iri dengan keberhasilan orang lain.
Hmm, siapa di antara kita yang tak kenal Barack Obama. Yes, mantan presiden Amerika itu. Usia 2 tahun , ayah dan ibunya bercerai. Ayahnya berkebangsaan Kenya berkulit hitam, sedangkan ibunya berkulit putih. Blasteran beliau. Namun Obama tetap tak diakui di kalangan kulit putih. Sampai kemudian ibunya menikah lagi dengan orang Indonesia dan Obama tinggal bersama kakek neneknya di Hawai.
Apakah Obama tidak merasa sakit dengan situasi itu? So pasti sakit bro, Namun obama berhasil mengobati rasa sakit dalam kehidupan keluarganya dengan mengasah kemampuan berbicaranya. Sampai kemudian seorang obama berhasil menghipnotis masyarakat amerika untuk mempercayai orasinya. Lihat, obama berhasil mengelola trauma hidupnya menjadi energi positif di kehidupannya.
Atau cobalah baca tentang steve job. Jagoan presentasi itu. Ia pernah mengalami masa trauma karena ternyata beliau anak adopsi. Pernah gagal dalam kuliah dan bisnis. Namun steve job mengubah trauma itu menjadi semangat untuk meraih kesuksesan. Ia mencintai pekerjaannya dan berani berbicara dengan lantang. Saksikan lagi, beliau mengobati trauma.
Dan cukuplah sudah tenggelam dalam trauma . Belahlah trauma itu menjadi kekuatan besar untuk mendorong sampai ketujuan. Selagi oksigen itu masih dihirup dengan leluasa, berarti masih ada kesempatan untuk mengobati luka trauma.
Buatlah resoluasi tahun 2021 dengan mengobati trauma. Yakinkan bahwa satu trauma, pasti akan ada dua kemudahan untuk obatnya. Bukankah sudah dijanjikanNya
"Fa inna ma'al "usri yusroo. Inna ma"al "usrii yusroo."
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantab Bu ulasannya...semoga menjadi ajang pendewasaan bagi kita ya Bu...
terima kasih ibu. salam kenal dan salam literasi
Masya Allah, keren opininya! Insya Allah, Bu, akan jadikan trauma sebagai energi positif sebagai bentuk solusi. Izin follow!
aamiin ya robb. terima kasih ibu. salam kenal dan salam literasi