jupagni

Penghulu KUA Kec.Padang Panjang Barat ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEBAB HATI MENJADI KERAS

SEBAB HATI MENJADI KERAS

Di malam yang kedelapan Ramadhan tahun ini kami masih terus konsisten menjalankan ibadah di rumah. Dimana selesai tarawih ada ta’lim dalam bentuk tausiyah keagamaan. Sudah saya tawarkan kepada isteri dan anak-anak bagaimana kalau kita bergantian mengisinya. Namun mereka tidak mau dan ingin mendengar tausiyah dari saya terus. Untuk itu, saya harus menyiapkan judul untuk satu bulan lamanya. Pada saat ini judul yang akan dibahs berkaitan dengan sebab hati menjadi keras.

Mengawali pembahasan saya bacakan surat al-Hadid ayat 16 yang berbunyi,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.(Qs.al-Hadid : 16)

Sebagai orang beriman hati kita harus tunduk dan khusyu’ dalam mengingat Allah dan menjalankan agama yang sudah diturunkan. Dengan demikian, hati menjadi mudah menerima hidayah dan kebenaran. Sebaliknya pentuk akan sulit diterima apabila hati keras dan kasar.

Menurut Ibn Rajab (736-795 M0, seorang ulama hadis dan fiqh, mengatakan sebab hati menjadi keras dan sulit menerima hidayah, dikarenakan beberapa hal, yakni; pertama, banyak berbicara dan meninggal zikir kepada Allah. Hendaknya kita jangan banyak berbicara kecuali zikir kepada Allah. Berbicaralah dengan pembicaraan yang baik dan bermanfaat. Sesungguhnya banyak berbicara itu membuat hati menjadi keras. Orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras. Nabi Saw bersabda,

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَــــيْرًا أَوْ لِيَـصـــمُــتْ

“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari).

Orang yang berilmu dan orang yang saleh biasanya lebih hemat berkata-kata. Tidak asal bicara. Banyak berbicara boleh saja sepanjang dalam rangka menyebarkan kebenaran. Tapi biasanya orang yang bijak, akan memilih kata-kata yang padat makna atau isi, bukan pada kata-kata dan huruf. Kedua, banyak tertawa. Tertawa itu boleh saja tapi tidak boleh berlebih. Tertawa terkadang menunjukkan kegembiraan, namun terkadang juga bisa menjadi olok-olok. Tertawa itu ada tiga macam; qahqah (tertawa terbahak-bahak atau berlebih), dhahak (tertawa biasa), basyam (tertawa Rasul dengan tersenyum).

Banyak tertawa dipakai dengan lafadz dhahak (tertawa biasa) dan yang dianjurkan adalah seperti tertawanya Rasullah Saw.basyam (tersenyum). Nabi melarang banyak tertawa (dhahak) karena dapat mematikan hati sebagaimana sabdanya,

وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ

Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” [HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani]

Sebetulnya banyak tertawa itu membawa banyak sekali mudharatnya. Ada 10 bahaya banyak tertawa, 1) mematikan hati; 2) menghilangkan cahaya wajah; 3) membuat seseorang berpikirana apatis; 4) menimbulkan kesan tidak bisa diajak serius; 5) lupa akhirat; 6) melanggar adab; 7) merusak hubungan dengan orang lain; 8) menim-bulkan suara berisik; 9) mengganggu kenyaman orang lain; 10) ketidak seimbangan kerja hormaon dalam tubuh.

Banyak tertawa juga bisa menjatuhkan wibawa, sebagaimana kata Umar bin Khaththab,

من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف

Barangsiapa yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya. Barangsiapa yang banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.”[HR. Baihaqi]

Al-Mawardi rahimahullah pernah berkata, Adapun tertawa, apabila seseorang membiasakannya dan terlalu banyak tertawa, maka hal itu akan melalaikan dan melupakannya dari melihat hal-hal yang penting. Dan orang yang banyak melakukannya, tidak akan memiliki wibawa dan kehormatan. Dan orang yang terkenal dengan hal itu tidak akan memiliki kedudukan dan martabat.”[Adabud-Dunya wad-Din hal.313]

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ فِي الْخَيْرِ وَالشَّرِّ وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا قَالَ فَمَا أَتَى عَلَى أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمٌ أَشَدُّ مِنْهُ قَالَ غَطَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَلَهُمْ خَنِيْنٌ

Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Anas bin Malik –perawi hadits ini mengatakan, “Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan.” [HR. Muslim, no. 2359]

Ketiga, banyak makan. Makan itu penting untuk kita bisa hidup. Tapi hidup bukan hanya untuk makan. Jika kita hidup hanya untuk makan sama saja kita dengan binatang. Di samping makan kita juga harus beribdaha dan menuntu ilmu. Kalau terlalu banyak makan akan mudah mengantuk. Akhirnya kita akan amals beribadah dan melakukan kegiatan lainnya.

Menurut Bissy bin al-Harits, banyak makan dan banyak berbicara merupakan dua hal penyebab hati menjadi keras. Allah Swt sudah menjelaskan supaya kita jangan makan dan minum secara berlebihan.

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (Qs.al-A’raf : 31)

Rasulullah Saw sudah memberikan pengajaran kepada kita supaya perut kita tidak diisi secara penuh, tapi ada takarannya, yaitu 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman dan 1/3 untuk udara. "Dari Shalih bin Yahya bin al-Miqdam bin Ma'di Kariba dari ayahnya dari kakeknya Miqdam berkata: saya mendengar Rasul SAW bersabda: 'Tidaklah anak Adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek dari perutnya, cukuplah bagi mereka itu beberapa suap makan yang dapat menegakkan punggungnya, maka seharusnya baginya sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, sepertiga untuk dirinya atau udara.'" (HR. Al-Baihaqi).

Makan yang banyak melebihi porsi tersebut di atas akan menimbulkan banyak masalah nantinya. Bukankah sekarang banyak orang yang sakit dikarenakan tidak pandai dalam mengatur makan sehingga muncul berbagai macam penyakit seperti hipertensi, kolesterol, kangker, strok dan lain sebagainya. Rasulullah telah menegaskan bahwa “siapa yang makan sampai kekenyangan maka ia telah memakan yang haram. Orang yang banyak tidur dan makan itu tidak akan mendapatkan kesehatan (mudah sakit) dan tidak ada obat dari sesuatu yang haram”.

Jadi banyak sekali mudharatnya kalau banyak makan itu. Dalam satu riwayat yang bersumber dari Imam Syafi'i disebutkan bahwa makan berlebihan akan menjadikan tubuh berat, menurunkan kecerdasan, menjadikan kantuk, dan melemahkan (semangat) orang yang bersangkutan untuk beribadah.

Keempat, banyak dosa dan maksiat. Banyak melakaukan dosa dan maksiat akan menyebabkan hati menjadi keras. Seseorang yang melakukan kesalahan akan timbul bintik hitam di hatinya. Jika dia minta ampun maka bintik itu akan bersih. Tapi kalau dia kembali melakukan kemaksiatan akan ditambah titik hitam itu sehingga bisa menjadi “ran” sebagaimana firman Allah Swt.

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka (Qs.al-Muthaffin : 14)

Melanggar Perjanjian Yang Dibuat Kepada Allâh juga mendatangkan kerasnya hati. Tidak mau patuh, tapi sering lalai dari mengingat Allah dan terbiasa melakukan sesuatu yang telah dilarang oleh Allah Swt, sebagaimana firman-Nya,

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka kami laknat mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu. (Qs.al-Mâ-idah :13)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Abu Bakr Al-Jazâiri, mengatakan bahwa “Melanggarnya (perjanjian) dengan (cara) tidak konsisten dengan apa yang ada di dalamnya yang berupa perintah dan larangan.” pada bulan Ramadhan ini kita telah dilatih dan dididik untuk mengendalikan diri, supaya tidak banyak bicara, tapi banyak berzikir, beribadah dan membaca al-Qur’an. Kita juga juga jangan sampai banyak tertawa karena merasa gembira atau karena berkelakar dengan adik dan kakak. Kendalikanlah diri supaya kita tidak lupa. Kita juga diajarkan supaya jangan terlalu banyak makan. Di waktu berbuka jangan semua keinginan dan selera dilepaskan dengan cara menyantap makanan sebanyak-banyaknya. Terakhir jangan sampai kita melakukan perbuatan dosa. Inilah hikmahnya kita berpuasa ada pengendalian diri kita.

Jika hati kita keras akan sulit menerima hidayah Allah. Setiap kebenaran yang disampaikan akan berlalu saja. Tidak ada artinya sama sekali. Masuk di telinga kanan keluar lagi di telinga kanan. Kalau masuk di telinga kanan keluar di telinga kiri masih lewat dia di dalam kepala.

Menurut Imam al-Gazali, hati yang dapat menerima hidayah adalah seperti cermin yang bersih, yang dapat memantulkan cahaya hidayah yang diterimanya. Ada empat macam posisi hati itu, lanjutnya. Pertama, ada cahaya tapi cermin membelakangi cahaya maka cahaya tidak akan dapat diterima oleh cermin tersebut. Kedua, Ada cahaya, tapi ada pembatas di antara keduanya sehingga cahaya terhambat untuk sampai ke cermin. Ketiga, ada cahaya tapi cermin kotor (dengan perbuatan dosa) maka cahaya tidak dapat diterima dengan baik dan tidak dapat dipantulkan. Keempat, ada cahaya ke arah cerminya dan cerminnya juga bersih sehingga cahaya dapat diterima dan dipantulkan dengan baik. Nah itulah hati yang bersih yang dapat menerima hidayah. Sebaliknya yang lainnya hatinya bermasalah termasuk keras membatu.

Oleh karena itu kembali kita pada pembahasan di atas, bahwa hati kita harus taat dan khusyu’ untuk mengingat Allah dan melaksanakan ketentuan-ketentuan agama. Jangan seperti orang-orang yang telah diberi al-Kitab, setelah berlalu masa yang panjang hatinya menjadi keras. Banyak orang yangbelajar di pesantren, awalnya taat dan rajin, tapi lama kelamaan lalai dan sudah biasa saja meninggalkan kewajibanan sehingga membuat hati menjadi keras.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post