Navigasi Web

TERPASUNG KATA

Junaedah

Part 37 Tantangan hari ke-18 Zahra memasuki kamar, ketika Indah tengah menyelesaikan rakaat terakhir salatnya. Dilepasnya tas yang bergelayut di pundaknya, dan diletakkan diatas meja. Segera mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. "Yuk, makan, Ndah. Aku lapar banget, nih. Tadi gak sempat jajan pas istirahat," ajaknya, begitu dilihatnya Indah sudah menggantung mukenanya di balik pintu. "Nggak salat dulu?" tanya Indah. "Makan dulu aja. Lebih baik makan inget salat, daripada salat inget makan. Gak khusyu' nanti," jawab Zahra beralasan. Keduanya beranjak keluar. Melongok kamar Fathia, ternyata dia sudah duluan duduk di meja makan. Setelah formasi lengkap, Aba, Umma, dan ketiga putrinya, makan pun dimulai. Memang, dari kelima anaknya, hanya mereka bertiga yang masih tinggal bersama Aba dan Umma. Kedua kakak mereka sudah memiliki rumah sendiri, bersama keluarganya masing-masing. Teh Irna tinggal di luar kabupaten bersama suami dan anaknya. Sedang Kang Mirza bersama istrinya, rumahnya bersebelahan dengan rumah Aba. "Besok ikut pelatihan sama Teh Zahra, Ndah," ujar Aba di sela-sela makan, setelah terlebih dahulu meneguk air minum di gelasnya. "Pelatihan apa, Aba?" tanya Indah. "Pelatihan guru mata pelajaran, di SMPN 1. Surat undangannya baru tadi datangnya," jawab Aba. "Nanti Aba buatkan surat tugasnya." "Baik, Aba." Indah menyepakati. ***** Pukul tujuh, Indah dan Zahra sudah sampai di lokasi pelatihan. Ternyata belum banyak yang datang. Setelah mengisi daftar hadir di meja panitia, keduanya memutuskan untuk segera memasuki ruang pelatihan. Biar bisa memilih tempat duduk di bagian depan. "Hai, Indah! Apa kabar?" Tiba-tiba sapaan seseorang mengejutkan Indah. Ternyata ada orang yang mengenalnya di situ. Segera dialihkan pandangnya ke arah si penyapa. Ternyata Hadi. Teman dekat Rama, yang juga gurunya waktu SMA. " Eh, Kak Hadi. Kok di sini?" Indah melongo terheran. "Ini kan pelatihan guru SMP, bukan SMA." "Sekarang aku ngajar di sini, Ndah. Udah PNS," jelas Hadi. "Ooh, selamat, ya, Kak. Senengnya bisa ketemu lagi." Indah mengulurkan tangan, berjabatan dengan Hadi. "Kemana aja, Ndah, kok seperti hilang dari peredaran?" tanya Hadi. "Akhirnya jadi ibu guru juga, meski dulu bilangnya nggak. " "Udah nasib, Kak.Ha haa ...." Indah tertawa. "O, iya, kok Indah gak datang waktu Rama nikah?" Hadi mengajukan pertanyaan lagi. Indah terkejut. Ternyata, Rama juga sudah menikah. "Dengan siapa? Si genit teman Fathia, kah?" tanyanya, tetapi hanya dalam hati. "Aku gak diundang, masa harus dateng. Bisa-bisa diusir nanti," jawabnya, mirip sebuah gerutuan. "Awalnya aku juga kaget, pas dapat surat undangan. Kok Rama nikahnya sama orang lain, bukan kamu. Eh, emang kenapa sih, kalian bisa putus?" "Gak tahu ah! Udah gak usah di bahas lagi. Eh, iya, kenalin nih, tetehku." Indah mengalihkan pembicaraan, dengan memperkenalkan Zahra kepada Hadi. Mereka bersalaman, saling menyebutkan nama. Tak lama, panitia mengumumkan, kegiatan akan segera dimulai. Mereka segera menempati tempat duduknya masing-masing. Cikulur, 24 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Moga hadi belum nikah, jadi bisa sama Zahra.

25 Feb
Balas

Waduuh ... jadiin gak ya?

26 Feb



search

New Post