Ulul Huda

Saya adalah sarjana lulusan PAI yang menekuni budaya olah raga Pencak Silat. Banyak orang yang menilai negatif terhadap pencak silat, tapi saya tidak. Saya just...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sosok Ibu Yang Hilang Perannya

Sosok Ibu Yang Hilang Perannya

Bunda... Kau di mana?

Itulah pertanyaan yang muncul untuk beberapa kaum Ibu di wilayah perkotaan. Ibu adalah guru pertama dan yang paling utama bagi anaknya, akan tetapi zaman yang serba menekan kebutuhan sekarang ini harus menuntut sebagian kaum ibu untuk berperan sebagai ayah sekaligus, yakni merawat dan mencari nafkah untuk keluarganya. Bukan karena sang ayah tidak bekerja, tetapi karena memang penghasilan ayah yang dianggap tidak cukup untuk kebutuhan hidup keluarga. pertanyaan yang muncul adalah "apakah benar penghasilan sang ayah tidak cukup untuk menghidupi keluarganya?" sebenarnya tidak, beban hidup yang berat itu bukan karena rizki yang kurang, karena Allah Swt sudah menjanjikannya, tetapi beban hidup itu muncul akibat karakter manusia yang memang dibekali nasfu yang tidak pernah puas keinginannya.

Kembali ke judul di atas, siapakah sosok ibu yang hilang perannya itu? ya, dia adalah sosok ibu yang baik terpaksa atau tidak, ia telah mengurangi kebersamaan dengan anak. Bagi anak sosok ibu adalah "mbok Iyem", pembantu yang setia mengurus anak orang lain, setiap hari "mbok Iyem" yang menyiapkan makan, menyiapkan pakaian dan menyiapkan apapun kebutuhannya. Betapa kasihannya anak yang setiap hari hanya mendengar kata "ibu berangkat dulu ya nak", bahkan kata-kata ini pun sangat sedikit. Terkadang sang Ibu telah meninggalkan anaknya saat ia tertidur, dan pulang pun saat si anak tertidur.

Ingatlah bahwa kasih sayang ibu sangat mempengaruhi psikologis anak, bisa jadi anak akan mencari tempat kasih sayang di luar, atau mungkin saja pergaulan seks bebas itu pengaruh dari kurangnya kasih sayang anak yang didapat dari orang tua, terutama ibu, sehingga ia berusaha mencari sandaran kasih sayang kepada lawan jenis.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa terpisahnya ibu dari anaknya pada tahap perkembangan awal akan merusak anak baik secara intelektual, emosional, sosial serta fisik. Maternal deprivation telah terbukti menyebabkan anak menjadi terhambat dalam pengembangan inteligensinya, rapuh pertahanan mentalnya serta lemah kekuatan fisiknya. Ibu sebagai pendidik di lingkungan keluarga mempunyai tugas menanamkan moral kepada anak sebagai landasan yang kuat bagi tumbuh kembangnya kejiwaan dan kepribadian anak. Namun saat ini kebanyakan keluarga lebih cenderung memlilih menitipkan anaknya kepada pembantu atau ke sekolah full day.

Sebagai guru, penulis telah malakukan survei kecil kepada beberapa siswa di sekolah tempat penulis mengajar. Hasil suvai disimpulkan bahwa anak yang selalu didampingi orang tuanya lebih cenderung rajin dan tertib di sekolahnya, dan mereka mempunyai sisi lebih dibanding anak yang jauh dari orang tuanya. Maka dari itu, jadilah ibu yang selalu ada untuk anaknya, jadilah guru di rumahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post