Ulul Huda

Saya adalah sarjana lulusan PAI yang menekuni budaya olah raga Pencak Silat. Banyak orang yang menilai negatif terhadap pencak silat, tapi saya tidak. Saya just...

Selengkapnya
Navigasi Web
Siswa Berkarater, Terbentuk Dari Mana?

Siswa Berkarater, Terbentuk Dari Mana?

Tujuan pendidikan secara umum adalah membentuk manusia yang cerdas dan memiliki perilaku yang baik. Akan tetapi, melihat fakta-fakta di lapangan terlihat ada kesenjangan antara harapan pendidikan dengan realita yang terjadi di tengah masyarakat. Misalnya saja dalam hal perayaan kelulusan, hampir di setiap sekolah mengadakan konvoi dan mengecat pakaian sekolahnya, "inikah yang diinginkan seorang pendidik atau lembaga sekolah?" tentu bukan yang demikian. Oleh karenanya pendidikan karakter sekarang ini harus lebih diperhatikan untuk membentuk generasi bangsa yang berakhlak mulia.

K-13 yang diusungkan pemerintah sepertinya berusaha menjadi salah satu inovasi untuk menanggulangi degradasi moral anak bangsa, namun implementasi di lapangan rupanya hanya memberikan kesibukan baru pada guru melalui administrasi yang terlalu banyak. Hal ini mengakibatkan guru terpusingkan oleh admisnitrasi kurikulum itu sendiri, sehingga mereka terlena denganya. Maka tidak heran ketika guru hanya mengedepankan aspek kuantitas dari pada kualitas, yakni kuantitas dalam bentuk laporan penilaian.

Jika kita merujuka pada teks al-Qur'an maupun Hadis, kita akan menemukan bahwasannya yeng berperan penting dalam membentuk karakter adalah figur yang dijadikan teladan atau contoh. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor yang menyebabkan degradasi moral anak bangsa adalah tokoh/Idola yang dijadikan tiruannya. Fakta membuktikan, bahwa tidak sedikit dari anak ramaja yang mengikuti gaya selebritis yang mereka jadikan idola. Misalnya para remaja yang suka lagu-lagu rock, maka segala apa yang dilakukan oleh musisi lagu rock akan mereka tiru, baik dari cara bergaul, cara berpakaian dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa keteladanan sangat berpengaruh dalam membentuk anak.

Keteladanan terbukti sangat berpengaruh dan berhasil dalam membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Hal ini mengingat bahwa guru merupakan figur terbaik dalam pandangan anak, maka segala aspek dari guru akan ditiru oleh anak. Menjadi wajar ketika pepatah mengatakan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Inilah sebenarnya yang menjadi bagian pokok dalam pendidikan, guru harus mampu menjadi figur yang ditiru akhlaknya oleh anak didik sebagaimana anak didik meniru tokoh idolanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Pertsnyaannya sudahkah kita jadi figur yang ditiru siswa kita. Salam Literasi

22 Jan
Balas

Mantap sekali ust

23 Jan
Balas

Salut untuk Pak Huda, lanjutkan saya yang guru olahraga saja tidak kesampaian melakukan kajian Pencak Silat. Bravo dan Salam Literasi ....

22 Jan
Balas

itulah PR kita sebenarnya, guru terbaik adalah Nabi Muhammad SAW, sementara tidak sedikit guru yang jauh akhlaknya dari Nabi

22 Jan
Balas

Ada teori "pembentukan kepribadian melalui olah raga". Saya mengambil teorinya dengan menarik ke pencak silat pak slamet. Alhamdulillah ini sudah menjadi tesis saya, insyaallah akan saya kembangkan untuk dijadikan buku.

22 Jan
Balas



search

New Post