Pemecah Ombak
Saat berdiri di tepi pantai, Anda akan melihat pemecah ombak di pinggir-pinggir pantai. Pemecah ombak itu menghalangi ombak jatuh di bibir pantai yang akan menyebabkan abrasi atau melebur menjadi banjir roof. Siang itu disuasana mendung Irfan masih duduk memandangi pemecah obak yang kokoh menerima hantaman ombak setiap saat.
Irfan dalam renungnya merasakan dirinya ingin seperti pemecah ombak itu. Dihantam ombak setiap saat tetapi tetap tegar tidak bergeming sedikit pun. Masalah demi masalah mendera tidak henti-henti seperti ombak yang selalu datang tanpa jeda. Kini Irfan merasa tidak sanggup lagi menghadapi masalah yang kian menumpuk. Sejatinya ia pernah merasa dirinya adalah pejuang. Pejuang yang yang sedang berjuang mengatasi masalah, pernah Ia merasa tidak akan kalah oleh deraan masalah yang menimpanya, Ia selalu mencoba menguatkan hatinya. Namun, benteng itu akhirnya runtuh jua. Kini dalam dirinya berkecamuk dua hal, lari dari masalah ini selamanya, atau menyelesaikannya dengan berani, dan resikonya pasti mati. Pilihan sulit... ini seperti buah simalakma pikirnya.
Masalah pertama Irfan adalah kuliahnya, sudah 4 tahun memasuki tahun ke-5, tanpa kejelasan terkatung-katung, orang tuanya dengan sabar terus berkirim uang dan ungkapan-ungkapan motivasi agar tetap semangat dan kuliah mencapai cita-cita, atau hal lainnya. Akitivitasnya terlau banyak di luar kampus. Akhirnya kampusnya tertinggal jauh. Ia sudah pernah keliling Indonesia, tentu saja bukan kampus ini yang mengirimya, tetapi aktivitasnya memotret pemandangannya menjadikannya finalis fotografer dan diajak keliling keberbagai destinasi wisata di tanah air. Tentu saja dia senang. Tetapi itu pulalah ujian semesternya terbengkalai, KKN-nya harus diprogram ulang, urusan dengan dosen mata kuliah, pemanggilan di jurusan. Menumpuk dan menumpuk...bayangan kapan selesai bukan masalah...masalahnya adalah bisa tidak Ia menyelesaikan studinya.
Masalah keduanya tidak kalah beratnya, tidak lain Diah, gadis yang dipacarinya sudah memasuki tahun ketiga meminta dengan sedikit memaksa agar menikahinya secepatnya. Tetapi ini 100 persen bukan karena ada hal terlarang yang pernah mereka lakukan. Tetapi menurut Diah orang tuanya sudah tua dan sakit-sakitan, Diah anak pertama tulang punggung keluarga, sudah umur dan wajib menikah agar orang tuanya tenang, bila akhirnya harus...Diah meminta sambil menangis, seluruh kalimat yang meluncur ditengah tangisnya menyiratkan pilihan bila tidak segera datang melamar, maka orang tuanya sudah memiliki pilihan sendiri. Tentu saja Irfan kelabakan, bukannya tidak mau menikah. Menikah itu sunnah, tetapi rasa-rasanya terlalu cepat dan Ia sendiri belum merasa apa-apa, belum memiliki titel sarjana, belum ada penghasilan, belum dapat izin orang tua, belum, dan belum...rasanya sudah jatuh tertimpa dua tangga.
Masalah yang ketiga lebih heboh lagi. Pada saat destinasi wisata ke pulau Lombok, tidak sengaja Ia berkenalan dengan seorang turis asal Jerman, dari perkenalan itu tampaknya turis Jerman ini tertarik dengan Foto yang diambil oleh Irfan di seluruh wilayah Indonesia, dan akhirnya muncullah tawaran menggiurkan si Turis meminta Irfan ikut kenegaranya untuk melakukan perjalan bersama si turis keliling Eropa dan mengambil gambar-gambar yang indah di seluruh dataran Eropa. Wah...tentu saja menarik, sangat menarik. Ini peluang satu kali seumur hidupnya, tidak mungkin disia-kan, hanya orang bodoh, tolol yang membiarkan peluanng ini. Tetapi masalah inilah yang membawa Irfan ke pinggir pantai karena pikiran kalutnya saat ini. Tidak ada yang salah dengan ajakan si turis Jerman keliling Eropa siapa yang tidak mau, gratis lagi. Hanya saja si turis Jerman memintanya setelah keliling Eropa ke semua wilyah terindah yang selama ini hanya ada dalam khayalan Irfan, atau pernah melihat di internet. Si turis memintanya untuk mengganti kewarganegaraan, ikut bersamanya tinggal di Jerman. Wah...Andai Irfan sekuat batu pemecah ombak, harus kuat setiap rintangan pasti ada celah di sana.
--selesai---
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Walah, khayalan ternyata. Hehehe
semangat. berjuang seperti pemecah ombak. sip.