SI MERAH
Seharian menguras air yang masuk ke dalam rumah akibat hujan deras semalam, juga mengeringkan benda dan karpet yang tak sempat diamankan, membuat sekujur badan capeeeek tak terkira. Saya berusaha mengerjakan semuanya sendirian dalam keadaan shaum dan bermohon semoga semua letih hari ini terbilang dzikir dan membaikkan kualitas ibadah shaumnya.
Capek itu ternyata berbanding lurus ya dengan kemampuan otak berfikir. Terbukti pada diri saya yang sampai menulis ini belum menemukan ide yang menarik dan dapat saya kembangkan menjadi tulisan yang kira kira dapat diterima admin.
Mencoba membuka laktop dan pilih bagian picture, dan Yes ! ketemu gambar diriku bersama salah satu jenis angota keluarga tanaman getah getahan Euphorbiacea, Kusebut saja dengan "Si Merah."
Bertemu dengan si Merah ini ada ceritanya. Waktu itu tahun 2018, kami sekeluarga berekreasi ke kota kembang Malino, dan saat pulangnya terjebak macet yang panjang dan lama. Sumpek, lapar, bosan dan melihat tanaman ini di tepi pekarangan penduduk membuatku memilih keluar dari kendaraan dan jeprat jepret. Jadilah foto kenangan. hehe
Si Merah dikenal dengan nama Kastuba, yang memiliki nama Latin Euphorbia pulcherrima. Tulisan Euphorbia pulcherrima seharusnya saya cetak miiring, hal ini untuk mengikuti kaidah penamaan baku setiap oganisme yang yang diatur dalam sistem Binomial nomenclatur.
Merupakan perdu yang memiliki ketinggian 60 cm hingga 4 meter. Daunnya berbentuk oval, berwarna hijau tua, dengan panjang sekitar 7 - 16 cm. Bunga terdapat pada ujung batang dan tersusun dalam rangkaian menyerupai cawan yang khas disebut cyathium. Tidak mempunyai daun mahkota. Terdapat Bractea atau daun pelindung yang berwarna merah tua, merah jambu, dan putih. Bagian inilah yang menarik yang sering disanka sebagai bunga.
Tanaman ini berasal dari Meksiko, bagian selatan dari Amerika tengah. Disebut juga Poinsettia, diambil dari nama Duta Besar pertama Amerika Serikat untuk Meksiko Joel Roberts Poinset, yang memperkenalkan tanaman ini ke Amerika Serikat.
Tanaman ini dapat diperbanyak dengan stek, memiliki banyak varietas dan harga komersialnya dari info tokopedia berkisar 25.000 hingga 83.000 rupiah.
Kastuba mengandung alkaloid, saponin, lemak, dan amylodextin, juga terdapat sulfur dan kanji pada batangnya.
Berkhasiat untuk merangsang muntah, menormalkan siklus haid, menghilangkan bengkak, dan melancarkan keluarnya ASI (Galaktagog), menghentikan perdarahan (hemostats), dan mempercepat penyembuhan tulang yang patah.
Cara mengolah dan meramu Kastuba untuk menyembuhkan penyakit radang kulit.
1. Siapkan daun kastuba secukupnya
2. Giling sampai halus
3. tempelkan pada bagian yang sakit
4. Balut, dan gantilah 2 hingga 3 kali dalam sehari
5. Hentikan bilah muncul lepuh
Di jawa kastuba dikenal dengan nama Godong, racung, racunan, Sumatera dikenal dengan nama puring benggala, Sunda dengan Kastuba, sedang Bali mengenalnya dengan nama racun, kedapa.
Perlu diketahui bahwa si Merah ini mengandung getah yang sangat iritatif, dan jika mengenai kulit dapat menimbulkan lepuh kecil (vesikel).
JIka dikonsumsi dengan cara diminum dapat mengakibatkan muntah dan diare, untuk itulah perlu memperhatikan dosis dengan benar.
Demikianlah, semoga bermanfaat dan memperkaya literasi kita tentang botani sekitar kita.
Fa bi ayyi alai rabbikuma tukazziban
semangat berbagi.
#tantanganmenulis hari ke 7
#tantangan Gurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bu
Terimakasi apresiasinya..ibu jg kereen