Keinginan Mengalahkan Segalanya
Keinginan Mengalahkan Segalanya
Oleh : Iyan Tardiana, S.Pd
Suatu waktu tiba-tiba hp berdering tiada ada nama hanya muncul nomor saja, saya angkat sambil berpikir siapa ya? Terdengar suara laki-laki yang langsung memperkenalkan dirinya. Singkat cerita percakapan berlangsung beberapa kalimat, kesimpulan saya ditawarin ikut bintek literasi penulis buku yang spontan saya jawab siap. Padahal waktu sudah 4 hari meninggalkan rumah karena sedang tugas menjadi narasumber.
Ada rasa senang dan bangga dalam hati dengan tawar itu, alasannya saya butuh itu, saya ingin tahu cara nulis yang bener dan inilah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Karena keinginan itu melupakan birokrasi yang akan dihadapi. Misal apakah kepala sekolah mengijinkan sementara baru saja pulang tugas narasumber pulang tiba-tiba lapor minta berangkat lagi.emang sekolah ibumu. Tapi tekad saya kuat pokoknya harus ikut bagaimanapun caranya sebab ga ada kesempatan kedua.
Keinginan kuat ternyata bisa mengalahkan segalanya, karena saya baru sadar sebelum berangkat ada tugas yang diamanah melaksanakan PPDB sebagai Pak Ketua. Tapi sekali lagi kuat tekad saya pokoknya harus berangkat. Mulailah merancang rencana dan strategi kalau nanti kembali ke sekolah apa yang harus disampaikan dan dilakukan, akal bulus mulai merasuki pikiran, akhirnya dapat deh, rencana saya akan mengatakan kalau ini penting buat saya untuk menambah ilmu apalagi saya sering ditugaskan menjadi instrukutur juga narasumber pelatihan dan jika kepala sekolah keberatan karena saya harus meninggalkan tugas yang diberikan, saya akan mengatakan bahwa kalau untuk melaksanakan PPDB saya yakin banyak guru yang sanggup dan bisa jadi biar diganti saja, jadi ceritannya milih mundur jadi pelaksana daripada gak ikut bintek literasi. Dan harapan saya disetujui jadi bebas. waduh gila banget kan ini bisa dianggap pembangkangan, indisipiliner serta tidak loyal. tapi waktu itu saya pikir mengabdi dan loyal masih bisa saya lakukan dikemudian hari selalu ada kesempatan, bintek penulis ga tahu kapan lagi ada dan kalau ada apakah saya akan ada disana, jawabannya ga tahu.
Sampai pada saatnya saya harus melapor kepada kepala sekolah. Dirumah diperjalan saya sudah menyiapkan rangkaian kata yang akan disampaikan ketika ketemu dengan beliau. Sampai ke sekolah pas masuk gerbang saya lihat kepala sekolah sedang berdiri berbincang dengan rekan guru tepatnya waka kesiswaan yang tidak lain merupakan koordinator PPDB. Sekilas perasaan saya rada was was, pikiran saya mengatakan bahwa pasti mereka sedang ngomongin PPDB, waduh alamat susah pikir saya.
Setelah parkir saya langsung menemui beliau sekedar basa basi saya lontarkan beberapa sapaan. Ternyata benar sangkaan saya tadi bahwa mereka sedang membicarakan PPDB, sebab setelah basa basi yang langsung ditanyain gimana PPDB sudah siap?saya jawab lagi lagi spontan siap pa.
Masih di tempat yang sama perbincangan semakin alot dan mendalam kami bertiga pertanyaan pertanyaan sekitar PPDB meluncur deras dari kepala sekolah. Sayapun menjawab semua dengan program yang telah direncankan sebelumnya. Sampai pada satu kesempatan saya beranikan diri untuk memotong pembicaraan, dengan kata kata “tapi pak mohon maaf “, mencoba memberanikan diri karena saya pikir mungpung ada kesempatan ga usah resmi resmi diterima diruangannya, sekarang saja sekalian mungpung lagi enjoy kelihatannya. Mulailah saya melancarkan srategi yang sudah direncanakan sebelumnya bahwa setelah kegiatan ini saya diminta ikut kegiatan bintek literasi penulisan buku yang dilaksanakan berbarengan dengan PPDB dan biar tambah meyakinkan sedikit didramatisir bahwa kalau kegiatan ini tidak bisa digantikan, sedangkan PPDB disekolah saya banyak yang bisa menggantikan sebagai pelaksana saya yakin kan beliau dengan harapan mendapat jawaban iya tugas saya diganti saja sama si anu. Tetapi apa yang terjadi beliau tanya kapan berangkat? berapa hari disana? Segera buat undangan seluruh panitia adakan rapat jelaskan program sebelum berangkat bintek literasi, waduh kata saya dalam hati kok gini yah tidak sesuai dengan harapan. Tapi lagi-lagi jawaban yang keluar dari mulut saya siap pa. Perasaan saya antara senang dan bingung jadinya galau.
Agar Keinginan dan harapan bisa ikut kegiatan Bintek Literasi Penulisan buku bagi guru PJOK terwujud, saya berusaha persiapkan program dengan harapan agar pada waktunya dapat ijin dengan mulus tanpa dianggap melalaikan kepercayaan yang diberikan.
Akhirnya tiba waktu harus berangkat pelatihan, saya minta administrasi keberangkatan ke bagian tata usaha, Ternyata surat tugasnya belum ditanda tangani karena kepala sekolahnya sedang tugas ke bandung dan lupa mendantangani, kembali karena keinginan yang kuat saya minta kepada tata usaha agar bagaimana caranya surat itu siap pada waktunya, muncul saran telpon saja bapak, waduh kata saya telp kepala sekolah bukan hal yang mudah, tapi biarlah yang penting keinginan jadi peserta terwujud telepon saja gimana entar pikir saya. Dan dengan keinginan terbukti mengalahkan segalanya, hari ini Saya menjadi salah satu peserta Bimbingan teknis literasi Penulisan buku bagi guru PJOK dan guru BK. Saya ucapkan Alhamdulillah.
Penulis adalah Peserta Bintek Literasi Penulisan Buku Bagi Guru PJOK di Bogor.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantap pak ... kadang kita memang harus memilih ...
mantabsss ... kang
he...he....emang kita dilahirkan untuk memilih...kayaknya
ha..ha...ini mah lebih condong ke curhat ya bang...