HANTU POJOK KELAS
Konon katanya, bilamana ada tempat yang jarang digunakan maka akan ada makhluk lain yang akan menempatinya. Hal ini masih saja dipercaya hingga kini. Seringkali, orang akan lebih memilih menghindarinya daripada takut mengganggu penghuni.
Orang tidak melihat seberapa ramai maupun sepi kawasan itu. Ketika ada bagian ruang yang tidak digunakan, makan image yang terbangun: ada penunggu di tempat itu.
Entah kenapa sampai sekarang hal ini selalu turun temurun teryakini.
Pernah ketika itu, sehabis olahraga tepatnya. Tiba-tiba ada seorang siswa teriak-teriak seperti orang kerasukan, walaupun saya sendiri masih meragukan.
Lima menit berlalu. Masih saja seperti itu. Seolah mengharap perhatian. Tampak menurut saya: dia sedang bermasalah dengan keluarganya. Namun dia pandai berdalih: selalu berakting sedang kerasukan. Namun aktingnya jelek sekali, gagal menurut saya.
Tak sampai di sini. Diangkatlah oleh teman-temanya. Untuk sekedar berebah dan istirahat di UKS. Lagi-lagi akting yang gagal dia mainkan lagi. Bosan saya melihatnya. Namun begitu, ini harus di akhiri. Tapi bagaiman?
Berbekal sedikit ilmu sakti: bermain pikiran bawah sadar. Kubuat dia bangun dari akting. Kupaksa untuk sadar dan kembali seperti biasa. Walaupun sedikit malu, akhirnya menurut. Kembalilah dia ke kelas.
Hari berikutnya. Terjadi lagi. Lagi-lagi akting yang buruk. Seperti eliminasi API ( Akademi Pelawak Indonesia), dulu itu. Ketika TPI masih ada. Dalam kepemilikan Mbak Tutut. Sekarang entahlah kabarnya, milik siapakah itu.
Seperti halnya musim salju, musim panas dan musim semi. Akting kerasukan ini sedang musimnya. Tak hanya kelasku, banyak kelas lainya juga begitu. Sampai Ibu Kepala Sekolah Duko (marah) dibuatnya.
Kemarin waktu yang pas. Ide cantik untuk kreativitas kelas. Ibu Kepala beri instruksi: buat pojok baca dengan tema keberagaman. Alhamdulillah pikir saya. Akan kuusir hantu palsu dan hantu hoax itu pergi dari pojok kelasku.
Waktu pelaksanaan dimulai. Saya biarkan mereka mau apapun, sengaja begitu. Dari itu pasti terlihat seberapa kreativitas mereka. Namun sayang, mereka cenderung tertarik untuk mengerjakan remidi. Tidak salah mereka, karena memang jadwalnya bertumpukan, sulit diaturnya.
Tak tega rasanya. Sedikit kurubah desain dan model, jadilah pengusir hantu itu. Apapun bentuknya, saya senang dengan kreativitas kita. Walaupun tak berpredikat juara, tapi hantu palsu dan hantu hoax itu pergi juga.
Alhamdulillah. Semoga mereka mau merawatnya, supaya hantu-hantu itu tak tertarik untuk kembali lagi.
Oleh : Iwan Kurnianto
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar