Jiddah? Apa itu? Nama sebuah kota di wilayah Timur Tengah. Lebih dikenal dengan nama Jeddah. Konon, setiap rombongan jamaah haji Indonesia yang akan pulang, singgah dulu di Jeddah. Wilayah tempat bandara terbesar di dunia “Bandara King Abdul Aziz” berada. Sebuah kota yang asri dan nyaman. Bisa pula bertandang ke Laut Merah. Laut yang semula kukira airnya berwarna merah. Kalau tak salah Laut Merah ini terkait dengan cerita Fir’aun yang konon dkenal sebagai raja yang sangat lalaim (dzolim).

Di wilayah Timur Tengah, Jiddah merupakan panggilan untuk “nenek”. Dalam bahasa kita bisa disebut “eyang”, “oma”, “simbah (simbah putri atau setri yang biasa pula disebut “uti” nama singkat dari simbah putri). Jadi ingat nih, saat sang menantu dinyatakan positif hamil. Ada sebuah tanya yang membuatku geli.

“Bunda pengin dipanggil apa nanti? Eyang, simbah, oma, atau apa?” begitu anak dan menantu berkelakar. Waktu itu ada opsi panggil saja “Eyang Titi” sebagai sinonim dari eyang putri. Tapi, kupikir-pikir untuk jadi eyang masih lumayan muda. Saya yang masih merasa sebagai anak muda (hadeh. Semangatnya saja yang muda. Aslinya juga sudah tua) kok aneh dipanggil eyang. Juga dipanggil simbah.

Wow, kini ada opsi baru. Panggil saja “jiddah” (semakna dengan nenek) dan eyang kakung panggil saja “jiddi” (nama lain dari kakek). Waduh, bisa-bisa malah sanak saudara tidak tahu apa maksudnya. Sebab kata tersebut belum terbiasa didengar telinga kita yang beraroma Jawa.