Isma Latifah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

You VS Kowe, Sampeyan, Panjenengan

Tantangan Hari Ke-104, #TantanganGurusiana

.

Minggu ini, saya menjelaskan materi pronomina persona bahasa Indonesia kepada murid-murid saya. Mulai dari pronomina persona orang pertama tunggal dan jamak, orang kedua tunggal dan jamak, hingga orang ketiga tunggal dan jamak. Entah mengapa dan bagaimana, tiba-tiba saya teringat dengan mata kuliah Antropolinguistik yang pernah saya dapat di semester keenam. Kajian Antropolinguistik yang saya ingat (melalui catatan kumal saat kuliah, entah pergi ke mana buku sumber saya), membahas mengenai “bahasa sebagai sumber kultural” serta “berbicara sebagai praktik kultural”. Intinya, kehidupan berbudaya manusia selalu menyertakan bahasa. Nah, saya dan teman-teman pernah mendapat tugas untuk menganalisis perbedaan penggunaan pronomina persona pada bahasa Inggris dan bahasa Jawa yang mengakibatkan adanya perbedaan budaya pada bangsa pemiliknya.

Penggunaan pronomina persona orang kedua tunggal yang berbeda dalam dua bahasa—yakni bahasa Inggris dan bahasa Jawa—menunjukkan adanya perbedaan budaya yang dimiliki oleh kedua bangsa itu sendiri. Orang Inggris mengucapkan you kepada semua orang yang diajaknya berbicara. Sementara itu, orang Jawa mengucapkan kata ganti yang berbeda kepada orang yang diajaknya berbicara. Orang Jawa mengucapkan kowe, kon, rika, pena kepada sebaya yang akrab; sampeyan kepada orang yang lebih tua; panjenengan kepada orang yang lebih tua dan dihormati; serta panjenengan dalem kepada orang yang sangat dihormati. Artinya, orang Jawa benar-benar memperhatikan usia dan kedudukan orang yang diajaknya berbicara. Sementara, orang Inggris tidak menekankan apapun terhadap orang yang diajaknya berbicara, semua dianggap sama.

Selain penggunaan pronomina yang berbeda, perbedaan bahasa-budaya dalam bahasa Jawa dan bahasa Inggris yang paling sering kita temui dalam kehidupan adalah pengucapan istilah kekerabatan. Dalam bahasa Inggris hanya dapat ditemui aunt dan uncle. Sementara itu, kita menemui paklik, bulik, pakdhe, dan budhe dalam bahasa Jawa. Artinya, orang Jawa begitu menekankan unggah-ungguh dalam hal kekerabatan. Sementara, orang Inggris lebih menekankan pada gender tanpa menghiraukan kekerabatan terhadap orang yang diajak berbicara.

Bahasa menunjukkan budaya, begitu yang sering kita dengar. Belajar Antropolinguistik ternyata begitu mengesankan bagi saya. Saya dapat mempelajari budaya bangsa lain melalui penggunaan bahasanya. Menarik!***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sangat bermanfaat :)

21 Aug
Balas



search

New Post