NONTON TV DI RUMAH SAKIT
Tahun tujuhpuluhan pesawat televisi hitam putih masih merupakan barang mewah dan sangat langka, belum ada tv berwarna. Meskipun demikian kami bersyukur masih bisa menikmatinya walaupun hanya sekali dalam sepekan pada malam minggu. Acara Dunia dalam berita, Hiburan malam (irama lautan teduh Pak Hoegeng, Aneka Ria Safari, Manasuka Siaran Niaga (iklan), Film cerita akhir pekan, Film Bonanza, Rin tin tin (si anjing pintar), Zorro, Golda, Riffleman,Startrek, dan sebagainya) sering kami menontonnya setiap malam minggu melalui televisi besar yang tersedia di ruang tunggu pasien.
Sekitar jam tujuh malam kami membawa obor sebagai penerangan jalan menuju rumah sakit tempat kerja Ayah untuk nonton siaran televisi. Jaringan listrik belum masuk ke perkampungan warga.
Jika kebetulan ada Suster (pengurus rumah sakit) sedang keliling dan melihat ada anak-anak (saya dan kakak-kakak) yang masih nonton televisi selalu ditegur dan disuruh pulang jika sudah lewat jam sembilan malam.
“Ini anak-anak sudah malam kok masih di sini? Pulang ya, tidak boleh terlalu malam” kata Suster yang sedang piket meminta segera pulang karena sudah terlalu malam.
Setelah kami sebutkan nama Ayah lalu diizinkan nonton tapi tetap tidak boleh sampai akhir siaran televisi jam dua belas malam. Biasanya kami kucing-kucingan dengan suster, pura-pura jalan pulang tetapi kembali lagi setelah dipastikan suster pergi.
Terkadang jika ada teman/tetangga yang ingin ikut nonton TV maka kami tidak melarang mereka. Namun sebelumnya dipesan jika ditanya oleh suster katakan saja anak Pak Sudjud atau menyebut nama teman Ayah.
“Nanti kalau ada Suster atau Romo yang nanya, katakan saja bahwa kalian putranya Pak Fulan” Pesan kami kepada teman yang ikut.
Jadi ditanggung aman bisa nonton acara televisi. He he he curang dan kurang ajar ya berani membohongi suster.
[Rangkasbitung-03072021]
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita indah lo ini. Anak jaman sekarang ga tahu romantisme nonton tivi haha....
Bener, Bu. Bisa jadi mereka nonton TV sendirian di kamar masing-masing. Kecuali mereka main PS, baru barengan dengan temannya. Salam sehat selalu.
Hahaha ... jadi geli nih. Ingat memori zaman dulu. Lihat TV hitam putih rombongan ke orang yang punya. Satu kampung yang punya cuma 3 orang. 1 pak guru Kliwon yang baik hati. 2 pak carik yang baik hati. 3 pak guru yang baik tapi istri dan anaknya jahat. kami anak-anak miskin gak boleh lihat. Keren kan. Masih ada lagi. Tapi tak mungkin cerita di sini. Ntar jemariku keriting plus keriput. Hahaha ...
Setelah tetangga ada yang punya TV 14 inc (masih pakai accu/aki, belum masuk listrik), nonton di tetangga, tak lagi di RS. Wah lebih seru tuh pengalamannya , dibikin cerita tersendiri Bu Lastri. Salam sehat selalu.
Kok kita sama ya mas ...Untuk bisa lihat Rin Tin Tin pakde harus jalan kaki ke kantor kecamatan sejauh 3 kilometer. Salam sehat dan sukses selalu buat Mas Isak Isnain sekeluarga.Selamat menikmati libur bersama keluarga tercinta walaupun di rumah saja. Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS.
Iya Pak De. Sama-sama usia di atas lima puluhan ya? Lebak membara (masuk zona merah, hasil asesmen Level 3 sama dengan Boyolali. Semoga kita terhindar dari wabah ini. Salam sehat selalu.
Kisah seru nobar zaman dulu. Aku juga mengalami. Sehat dan sukses selalu Ustad
Generasi lahir tahun 60-70 an rata-rata sama mengalami "seninya nonton TV" jaman dulu. Salam sehat selalu Ustazah Elvina.
jadi teringat masa lalu ...keren bapak ulasannya.Salam sehat.Sukses selalu
Terima kasih sudah berkunjung Bu Santi. Salam sehat selalu.
Seru pak.. nobar di balik kaca.. dan kacanya pecah. Seru kenangan masa lalu. Salam sukses pak.
Wah sama, pernah ada kawan yang sampai "memecahkan kaca jendela". Terima kasih Bu Yessy. Salam sehat selalu.
Asyik loh dulu ... kita sering nobar di rumah tetangga. Rame-rame ... seruu... Mana TV nya pake accu bukan listrik. Salam nostalgia ,Pak Isak.
Nobar di RS pakai listrik, di tetangga pakai accu. Nobar tak pernah lagi setelah mampu kredit TV BW dan accu. Hehehe, kenangan indah. Salam sehat Bu Cik.
Kenangan masa lalu yang indah pernah lihat film the banana tidak pak?
The Banana film tempo dulu? Tayang hari apa? Sepertinya gak pernah. Maklum cuma malam minggu dan minggu siang boleh nonton TV. Ada juga film Banana Split (tahun 2019?) sekilas film anak-anak tapi sebenarnya tak cocok untuk anak-anak. Salam sehat selalu.
perlu perjuangan dulu tuk nonton tv ya pak
Sungguh kenangan yang tak terlupakan dan (mungkin) tak dialami generasi lahir 80an. Terima kasih kinjungannya Pak Sandy. Salam sehat selalu.
Haha... Nanti lama-lama petugas RS heran lo Pak, kok anaknya Pak Fulan banyak banget. Saya dulu tahun 85-nan juga lihat tv ke rumah orang kaya, hanya ada 2 tempat. Rumahnya Pak Guru Kasran dan Pak Guru Imam. Masih melekat juga kejadian kalau lagi rame gitu tiba-tiba dimatikan.
Wah, kalau tahun 80an senang nonton film "China Ngamuk" (film Kung Fu, Jacky Chan, Bruce Lee) dan Shahruh Khan, Amitab Bachan, Sashi Kapoor bersaudara di Gedung Bioskop. Salam sehat selalu.
Suster tak hafal jumlah anak para pegawainya. Suster yang piket malam juga gantian jadwalnya.
Hahaha.. menjual nama orang orang tua...saya pun merasakan perjuangan nonton. TV... ulasan yang keren Pak...mengenang masa lalu
Demi bisa nonton TV. Bohongi suster dan jual nama ortu. Hehehe, salam sehat selalu Bu Baiq.
Hahaha.. menjual nama orang orang tua...saya pun merasakan perjuangan nonton. TV... ulasan yang keren Pak...mengenang masa lalu
Hahaha.. menjual nama orang orang tua...saya pun merasakan perjuangan nonton. TV... ulasan yang keren Pak...mengenang masa lalu
Hahaha.. menjual nama orang orang tua...saya pun merasakan perjuangan nonton. TV... ulasan yang keren Pak...mengenang masa lalu
Seru ya, Nobar zaman dulu, berlika-liku jalannya, kucing-kucingan sampai bohon segala. Hihi.
Itulah kenyataan dan kenangan masa lalu yang tak terlupakan. Salam sehat selalu Bu Firoh.