Tantangan Menulis Ke- 333

Minggu, 07 Februari 2021

#TantanganGurusiana

***

"Walaupun amak masih ada, tetap saja terharu membayangkan betapa merindunya saat mak tidak ada. Sungguh, saat dada bergemuruh hebat, saat bersamaan air matapun mengembang. Rindu kepada orang tercinta itu sangat berat, apalagi kita hanya bisa mengenang. Yang sabar ya buk Susi,semoga Mak bahagia di sana. Al-Fatihah."

Seuntai kata, mengalir begitu saja. ketika mengomentari sttus Bu Susi, teman satu profesi. Yang sangat merindukan Maknya, yang telah tiada. Entah mengapa aku hanyut dalam kisah yang dia ceritakan.

Sungguh, berbicara tentang Mak, membuat kita mudah rapuh. Kenapa tidak, karena Mak kita ada di dunia, Mak yang super duper tabah dalam mengarungi bahtera kehidupan dibalik pahitnya persoalan hidup yang dihadapi, tetapi Mak tetap kuat demi anaknya.

Air mata mudah menggenang walau hanya membaca kisah apa saja tentang Mak. Bagaimana tidak, bermula dari kehidupan yang sangat biasa, dalam keterbatasan, tetapi dia bisa menguliahkan semua anak-anaknya dan mengantarkan anaknya menjadi sarjana.

Satu pesan yang sampai saat ini masih terngiang. Dulu ketika aku sudah menyelesaikan studiku di Madrasah Aliyah, karena aku anak pertama, merasa kasihan melihat perjuangan Mak membiayai sekolah kami. Sehingga aku memutuskan tidak melanjutkan pendidikan. aku memilih pergi merantau, mengadu nasib ke negeri orang dengan tujuan bisa meringankan beban orang tua, dan membantu sekolah adik-adik. Dan disamping itu aku mempunyai keinginan untuk merevonasi rumah Mak yang hanya tempt bernaung sederhana jauh dari kata mewah dan sempurna. Pada saat itu Mak menjawab " Mak, sanggup menguliahkan mu, dengan catatan, kamu harus menyadari kita hidup pas-pasan. Harus tahu diri, tidak mengikuti cara hidup teman yang berada. Begitu juga dengan rumh Mak, biarlah menjadi tanggung jawab Mak. Mak doakan, semoga suatu saat nanti kamu bisa membuat rumah sendiri. " Aku mengaminkan apa yang keluar dari mulut Mak saat itu. karena aku yakin doaMak akan di ijabah oleh Allah SWT.