irfa Miswanti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Di Pengujung Jalan

Di Pengujung Jalan

Setidaknya hari ini aku merasa, dirimu seperti dulu adanya. Terima kasih untuk sebuah ego yang tidak lagi merajai hati.

Tujuan tidak lagi sama tidak mengapa, asal beban itu tidak mengisi relung hati. Tidak lagi mengais luka yang mengundang air mata.

Jika sudah menjadi kenangan, tidak akan ada lagi cerita baru sesudahnya. Menghargai sebuah kejujuran itu adalah keharusan begitu juga dengan sebuah komitmen yang tercipta. Sungguh kebaikanmu saja yang terkenang. Karena selama denganmu bahagia lebih banyak mengisi relung sukma. Sehingga derita yang terasa tidak lagi berarti apa-apa.

Mungkin hatimu mengundang tanya. Apa memang seperti itu adanya?

Duhai raga yang dulu sering datang ke dalam mimpi, tidak sedikitpun benci itu hadir apalagi bersarang dalam hati. Ketulusan telah mendatangkan keikhlasan, keikhlasan mendatangkan ketenangan dan ketenangan mendatangkan kebahagiaan.

Tidak ada yang mudah tetapi tidak ada yang tidak mungkin. Setidaknya kata itu mampu pelecut motivasi untuk tetap berada pada jalan yang diridhoi. Apa alasannya aku tidak setuju dengan perjuanganmu? Sungguh kasih sayang Allah itu datang di saat yang tepat.

Tahukah dirimu duhai raga yang dulu selalu datang mengisi relung sukma. Pada hakikatnya kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku. Kesedihanmu adalah kesedihanku. Masalahmu juga menjadi pikiranku. Tahukah dirimu doa panjang yang selalu ku ungkai dalam sepertiga malamku? Harapanku hanya satu untuk kebahagiaanmu saja. Sampai Allah memberikan jalan yang seharusnya dan sudah semestinya.

Berat? Ya, di awal terasa begitu sangat berat. Tetapi ketika melihat dirimu bahagia, tidak ada alasan untukku bersedih, tidak ada alasan bagiku tidak menerima, tidak ada alasan bagiku tidak menyetujuinya. Apa itu karena ketidak berdayaanku? Semula aku akui, iya. Tetapi setelah melewati pemikiran yang panjang. Saat itu aku mulai merasakan kedamaian hati.

Sungguh, tidak akan aku biarkan dendam itu menguasai hatiku. Tidak akan aku biarkan benci itu menggerogoti jiwaku. Tidak akan kubiarkan egoku membenarkan sesuatu yang salah. Aku hanya mencoba bijak dalam menjalani hidup. Mencoba memandangnya dengan perumpamaan cermin. Tidak ada yang berubah. Apa yang terkata itulah adanya.

Agam, 16 Maret 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post