Pacah Talua (32)
Kok judul kali ini pacah talua (pecah telor). Ada apasih, apa hubungan nya pacah talua dengan sebuah tulisan?
Pagi tadi ketika mempersiapkan sarapan favorit keluarga. Sarapan sederhana berupa nasi goreng ala mak-mak kepepet. Kepepet karena pasukan sudah pada teriak " Mama laparrrrr, sarapan apa kita pagi ini ma? kata anak-anak serentak.
Tanpa pikir panjang lansung beraksi dan siaplah nasi goreng sederhana namun dengan cita rasa istimewa. Kenapa istimewa, yang pastinya karena di makan ketika lapar he. He...
Nasi goreng istimewa tersaji sekejap mata. Tapi dari sajiannya kok ada yang kurang ya? Mencoba berpikir keras. Ternyata toppingnya belum ada.
Bagusnya di kasih goreng telor mata gajah. Eh salah, mata sapi ajalah. Biar lebih menggiurkan. Ketika telur sudah dipecah. Tiba-tiba timbul ide bikin tulisan tentang pacah talua.
Setelah siap menyantap sarapan, kuraih ponsel. Ku coba mengetik sebisaku tentang pacah talua. Dari judul barangkali tidak terlalu menarik. Tapi isinya tentang salah satu kebiasaan di daerah ku. Kebiasaan aktifitas jualbeli dipagi hari atau bisa di sebut kearifan lokal.
"Alah pacah talua buk? " itu pertanyaan yang sering dilontarkan sesama pedagang. Sayapun pernah mengalaminya ketika menjadi pedagang di pasar konveksi Air Kuning di Kota Bukittinggi.
Pedagang akan menjual tawaran perdana di pagi hari. Tawaran yang terkadang dengan harga balik modal saja. Tapi itu tidak sampai siang atau sore. Melainkan hanya ditransaksi awal saja.
Transaksi perdana itu di yakini sebagian pedagang termasuk saya sebagai pelaris. Pelaris kalau tidak di lepas meski balik modal saja maka sampai sore dagangan akan sepi.
Jualan menjadi sepi atau sama sekali tidak ada transaksi kalau tidak di lepas. Apakah itu mitos atau fakta? Bagi saya itu tergantung pribadi masing-masing. Karena sayapun memaknainya bukan lah suatu ke tahayulan. Tapi hal semacam itu merupakan sebatas kebiasaan aja. Kebiasaan setempat dari sekumpulan pedagang.
Jadi kalau belanja di pasar konveksi Aur Kuning Bukittinggi bukan suatu hal yang aneh para pembeli atau toke berbondong-bondong sejak dini hari. Apakah mereka memburu harga pacah talua? harga banting(murah dan balik modal) yang bagi pedagang harga itu diyakini sebagai pelaris. Mereka pasti akan menjualnya. Dan itu hanya sekali di awal, selanjutnya harga menjadi hak penjual. Mau ambil untung berapa.
Pacah talua (pecah telur) menjadi kebiasaan yang terkadang pun sering jadi bahan candaan. " Balilah mak, alun pacah talua ambo dari pagi " keluh salah seorang pedagang.
Bagi yang sudah pecah telur maka dia berkata "Alhamdulillah, pacah talua juo.. " dengan mata berbinar sambil mengibaskan uang kertas ke arah tumpukan dagangan plus senyum sumringah.
Hal semacam ini apakah tahayul? Terlalu percaya kalau menjual dengan harga pacah talua( balik modal) merupakan pelaris, maka kembali lagi pada pribadi masing-masing pedagang.
Wallahua'lam
Pekanbaru, 01-02-2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih pak