Meleleh Juga (29)
Pagi ini adalah pagi dimana aku menyaksikan perjuangan buah hati. Memang masih ditahap awal dan perjalanannya masih sangat panjang.
Duduk di kursi panas itu sekarang, tapi yakin lah nak, nantinya akan memberi kesejukkan pada dirimu dan seluruh anggota keluarga jika terus istiqomah.
Grasak grusuk dari subuh mempersiapkan segala sesuatu karena pagi ini adalah jadwalnya anak sulung ujian kompre juz 30.
Untuk ibu tiga orang anak memang penuh perjuangan beberes di pagi hari. Karena action si buah hati sering kali susah ditebak.
Bersyukur akhirnya dengan memboyong semua anggota sampai juga di sekolah untuk memberi support.
Bukan berarti sulit hanya saja perjuangannya tidak mudah. Ditengah rayuan gadget dia harus berletih-letih untuk menghapal. Godaan bermain dengan teman yang di fasilitasi gadget oleh orangtua mereka menjadi pertentangan batin juga bagi dirinya yang masih belia. Orang dikasih kenapa dia tidak, hal itu yang selalu ditanyakannya.
Saat ini engkau mungkin belum betul-betul paham arti pahala dan surga nak. Engkau baru berpikir Mamaku nyuruh ini, nyuruh itu, belajar ini, hapal itu.
Tapi nanti setelah besar engkau akan betul-betul mengerti dan berkata “ Ya Allah ini rupanya maksud dari mama marah-marah nyuruh aku belajar agama, belajar mengaji”.
Pada saat itu tiba mama berharap kita masih sama-sama saling mengingatkan, saling memberi dukungan.
Alhamdulillah dengan dukungan dan bimbingan ustad dan ustadzah di sekolah juga ustad yang ada di musholla, akhirnya pondasi awal itu terbangun juga.
Memang masih banyak yang harus dibenahi. Seiring berjalan waktu semoga lebih baik lagi.
Kami orang tua tidak pernah berada diposisi itu. Merasakan dingin dan beku tangan ketika berhadapan dengan penguji di kursi panas saat ujian.
“Ma, tangan dan kaki abang dingin dan abang menggigil kedinginan”.
“Tidak apa-apa nak itu biasa. Cuaca memang dingin” ujarku mencoba menghiburnya.
Hati aku berbisik” Kamu punya mental turunan mama nak. Hati kareh darah badampuang. Alias panakuik”.
Dengan tenang aku mencoba menciptakan agar dia tidak terlalu tegang. Dan akhirnya kurang lebih satu Jam juz 30 berhasil di setorkannya.
Ayah yang mendampingi di menit terakhir karena harus bergantian jaga adek akhirnya meneteskan air mata. Laki-laki yang biasanya cuek itu akhirnya meleleh juga.
Ada haru bercampur bangga menyaksikan putra sulungnya berjuang menyelesaikan hapalan perdananya (juz 30). Mengingat kami yang memasuki usia tua (41 tahun) jujur, sangat sulit untuk menghapalnya. Satu ayat saja sangat tidak mudah. Juz 30 dan Fahri bisa, meski belum sempurna.
Berderai airmata ditepi pipì si ayah. Airmata haru dan juga bahagia. Berharap penuh semoga ananda nanti mampu menjadi penolongnya.
Pekanbaru, 29-01-2022
#edisiMakdanPakBaper
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar