Menjadi Pribadi Unggul

Istilah Khairu Ummah (sebaik-baik ummat) dalam Al-Qur’an menjelaskan makna keunggulan. Karena Islam itu syamil mutakamil, adalah tuntunan yang paling indah dan komprehensif bagi jiwa setiap muslim. Namun, menjadi manusia unggul bukan harus seperti superman atau superhero yang bisa melakukan apa saja. Bahwa manusia diciptakan berbeda-beda potensi dan kemampuannya. Perbedaan potensi masing-masing ini jika dimaksimalkan dalam pembinaannya tentu akan melahirkan kemampuan maksimal atau yang disebut terbaik. Seperti kata baginda Nabi SAW: setiap orang dimudahkan sesuai dengan untuk apa ia diciptakan.

Nah, beberapa langkah berikut bisa menuntun kita untuk menjadi pribadi muslim yang unggul.

Pertama, hidupkan mental berkompetisi. Naluri setiap manusia yang normal akan selalu ingin berkompetisi. Tantangan menulis di gurusiana pun adalah bentuk mental berkompetisi. Kompetisi harus didasari oleh niat yang baik. Karena akan berpengaruh kepada hasilnya. Kenapa setiap gurusianer mau menulis setiap hari? Karena ada tantangan dan dijadikan syarat untuk mengikuti kompetisi berikutnya.

Didalam sejarah kita bisa melihat bagaimana kompetisi antara Abu Bakar Shiddiq dengan Umar Ibn Khattab dalam segala kebaikan. Abu Bakar menginfaqkan seluruh harta miliknya sedangkan Umar separuh hartanya. Sehingga Umar akhirnya mengakui “Aku tidak pernah berkompetisi dengan Abu Bakar kecuali dialah pemenangnya.

Kedua, mau mengoreksi diri sendiri atau punya mental otokritik. Nabi kita Muhammad SAW pernah mengatakan: “beruntunglah orang-orang yang disibukkan oleh kekurangan-kekurangan dirinya sendiri dibandingkan sibuk melihat-lihat kekurangan orang lain”. Orang yang mampu membangun mental otokritik justru akan bisa lebih maju dan berkembang, karena dia terus belajar memperbaiki diri dan menata dirinya untuk terus menerus belajar dari kesalahan dan memperbaikinya dimasa mendatang.

Ketiga, jangan mengandalkan orang lain terhadap peluang kebaikan yang bisa kita lakukan. Hal ini akan menghilangkan inisiatif dan kepekaan dalam diri. Selagi bisa kita lakukan sebuah kebaikan jangan tunggu orang lain yang mengambilnya. Tentu kita tidak ingin pahala kita diambil oleh orang lain. Setiap ada peluang kebaikan, maka ambillah.

Keempat, mencoba dan gagal lebih baik daripada diam. Imam Syafii pernah berkata: Ku melihat diamnya air itu akan menjadikannya rusak, bila ia mengalir maka ia akan menjadi jernih, tapi bila tergenang dan diam, ia akan menjadi keruh. Teruslah mencoba dan belajar karena disana ada proses dan pelajaran yang akan mendewasakan kita.

Kelima, jangan meremehkan peluang amal meskipun kecil. Rasul SAW pernah bersabda: “ Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit. Sekecil apapun peluang itu merupakan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang berharga da nada pelajaran didalamnya. Hal-hal kecil tentu saja bisa jadi akan menyampaikan kita kepada peluang-peluang amal yang lebih besar.

Keenam, manfaatkan waktu seoptimal mungkin. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu. Ibnu Mas’ud pernah mengatakan: “Aku membenci orang yang tidak melakukan pekerjaan apapun baik untuk kepentingan dunia dan akhirat”. Kalau dalam istilah lain: Time is Money. Waktu berharga, manfaatkan terus untuk hal-hal yang akan menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik. Belajar, membaca, menulis, mengajar, memberi, menebarkan manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain.