Ada sebuah tulisan di Facebook yang diposting oleh Dedeh Siti Hodijah dan sudah dibagikan oleh banyak orang, tulisan tersebut tentang seorang guru yang mempunyai murid “Slow Leaner”, guru tersebut adalah Imam Syafi’i. Bagaimana Imam Syafi’I mengajar murid tersebut sangatlah mengesankan, murid tersebut sangatlah lambat. Dalam sebuah majlis ilmu dengan kesabarannya sang Imam mengulang-ulang berkali kali pertanyaan kepada muridnya. Hampir 39 kali ditanyakan namun sang murid tidak juga faham, akhirnya karena merasa mengecewakan gurunya dan juga malu sang murid beringsut pelan-pelan keluar dari majlis ilmu. Selesai memberikan pelajaran sang Imam mencari muridnya dan berkata “datanglah ke rumah saya !”

Sang Imam melakukan pembelajaran secara privat, namun sang murid belum juga paham dan mengerti, sang Imam tidak berputus asa dan menghakimi si murid, lalu dia berkata “muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu, jika kau masih belum paham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Sang Imam berkata lagi bahwa saya hanya menyampaikan ilmu, Allah lah yang memberikan ilmu. Andai ilmu yang akau ajarkan itu sesendok makanan, pastilah aku menyuapkannya kepadamu.”

Ternyata sang murid mengikuti apa nasehat sang Iman, dia selalu bermohon kepada Allah dengan segala kekhusyuannya, agar Allah memberikan pemahaman dan mengerti yang diajarkan. Dengan segala keikhlasan, serta kesalehannya sang murid tadi menjadi seorang ulama besar dialah Rabi’ bin Sulaiman, dia termasuk perawi hadist yang sangat kredibel dan terpercaya dalam periwayatannya.

Inilah buah kesabaran dari seorang Imam Syafi’I anak slowlener bisa menjadi seorang perawi hadist yang sangat terkenal.

Cerita tersebut memberikan gambaran bahwa sebaiknya kita sebagai seorang guru dan orang tua mempunyai kesabaran yang lebih dalam mengajar anak didik dan anak kita. kita hanyalah sebagai penyampai namun untuk keberhasilan diserahkan semata-mata kepada Allah, Allah yang membolakbalikkan hati seseorang, Allahlah yang memberikan pemahaman kepada murid-murid kita. Kita sebaiknya harus meyakinkan diri bahwa tidak ada anak yang bodoh.

Di masa pandemic ini saya sering sekali mendengar keluhan guru-guru dan orang tua bahwa mereka sulit sekali memberikan pengertian kepada anaknya tentang sebuah pembelajaran. Misalnya diberi pembelajaran tentang matematika ataupun hafalan, sudah diulang berkali-kali namun belum faham juga. Apalagi tidak sekolah secara tatap mata, sekolah online terkadang membuat guru bingung metode apalagi yang harus diberikan untuk anak ini. begitu juga orang tua berbagai kesibukan di rumah sangat menyita waktu, lebih-lebih harus mengajari anak pembelajaran yang semestinya di ajarkan di sekolah. Jika anaknya sudah bisa belajar sendiri tidak begitu merepotkan, namun jika masih usia PAUD dan Sekolah Dasar ini yang banyak dikeluhkan.

Sudahkah kita sebagai guru dan orang tua mendoakan anak-anak didik dan anak kita agar difahamkan dalam belajar, sudahkan kita memotivasi anak kita agar selalu berdoa agar Allah memberikan pemahaman ?

Dalam setiap sujud kita Allah pasti akan mendengarkan semua doa kita, doa dari guru-guru yang ikhlas, dari orang tua yang shaleh serta dari murid-murid yang sedang berjuan menuntut ilmu. Semoga Allah memberikan kemudahan. Dan tulisan ini sebagai pengingat kita. semoga bermanfaat.