Saya sangat tertarik dengan sebuah cerita dari facebook : Seorang pelari jarak jauh yang mewakili Negara Kenya, Mutai hanya berjarak beberapa meter dari garis finish tetapi karena bingung dengan tanda-tanda garis finish ia berhenti berlari, dia berfikir bahwa ia telah, menyelesaikan perlombaan itu. Atlet Spanyol, Ivan Fernandez yang berada tepat dibelakangnya dan menyadari apa yang terjadi, dia mulai berteriak kepada pelari Kenya itu untuk terus berlari, tapi Mutai tidak bisa berbahasa Spanyol dan tidak mengerti. Jadi pelari Spanyol tersebut mendorongnya menuju garis finish kemenangan.

Seorang wartawan bertanya kepada Ivan “Mengapa anda melakukan itu?” dia menjawab “impian saya adalah suatu hari kita hidup bersama dan memiliki moral yang baik di dalam masyarkat” Wartawan tersebut bersikeras “mengapa anda membiarkan orang Kenya itu menang?” Ivan menjawab “Saya tidak membiarkan dia menang, memang dia akan menang” Wartawan tersebut berkata lagi “Tapi anda bisa menang jika tidak membantunya” Ivan memandangnya dan menjawab “tapi apa manfaat dari kemenangan saya ?, apa kehormatan dari medali itu? Apa yang akan ibu saya pikirkan dan katakan tentang itu kepada saya?”

Cerita diatas mengandung nilai-nilai kehidupan yang akan diturunkan dari generasi kegenerasi, jika kita sekarang berbuat baik maka akan dikenal selamanya tapi sebailiknya dengan perbuatan jahat atau culas. Perilaku yang terlihat dari pelari Spanyol adalah memperlihatkan bagaimana disaat-saat yang seharusnya dia bisa menang masih memikirkan kemenangan untuk orang lain, masih mau menolong orang yang sesat, masih memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, tidak egois.

Jika kita perhatikan zaman sekarangnya banyak sekali orang-orang yang saling menghujat, saling menjatuhkan, saling mencari-cari kesalahan orang lain. Bekerja yang penting saling sikut, saling mencari perhatian bos, bagaimana caranya agar kita terlihat bagus, lalu menekan orang-orang yang lemah disekitarnya, tidak boleh melihat orang tampil dia takut tersaingi. Orang-orang akhir zaman dengan akhlak dan karakter seperti di rimba. Bagaimana caranya kita bisa menang tidak memperhatikan yang lainnya, tidak bisa bekerja dalam sebuah team. Jika boleh kita berikan kategori dia adalah orang egois. Yang hanya mementingkan diri sendiri.

Egois adalah sifat yang tumbuh alami dari dalam diri manusia. Sampai manusia tidak menyadari kehadiran sifat egois itu sendiri. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menghilangkan sifat egois. Setiap orang pasti pernah bertindak egois, baik secara sadar maupun tidak. Perang melawan hawa nafsu adalah perang yang sesungguhnya, filsafat kuno juga menyebutkan musuh terbesar adalah diri sendiri, karena bisa dilihat dalam diri manusia terdapat sifat-sifat buruk, amarah, dendam, benci begitu juga dengan egois.

Nah jadi mau tidak mau kita berperang melawan diri sendiri, bagaimana kita melawan keegoisan kita hanya orang-orang yang mempunyai keimanan yang tinggi, pembiasaan berakhlaqul karimah, dengan selalu berharap dan berdoa kepada Allah Swt insya Allah akan dibaguskan menang melawan sifat-sifat buruk pada diri sendiri.

Rasulullah Saw Bersabda “Kita baru kembali dari satu peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar, yang membuat para Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai Rasulullah ?”Rasulullah berkata, “Peperangan melawan hawa nafsu.” (Riwayat Al-Baihaqi)