Indah Ita Utami

Indah Ita Utami, lahir di Banyuwangi. Saat ini, saya berdomisili di Jember. Saya seorang guru di SMA Muhammadiyah 3 Jember. Saya hanya berusaha untuk konsisten ...

Selengkapnya
Navigasi Web
KOLABORASI ORANG TUA DAN GURU (KIAT JITU MENCEGAH PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA)

KOLABORASI ORANG TUA DAN GURU (KIAT JITU MENCEGAH PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA)

oleh:

Indah Ita Utami

Salah satu fenomena yang mulai mengancam keluarga Indonesia yaitu pergaulan bebas. Pergaulan bebas merupakan salah satu permasalahan terbesar yang dihadapi oleh keluarga di Indonesia. Hal ini disebabkan pergaulan bebas menyangkut generasi bangsa yang menjadi agen perubahan di masa depan. Fenomena pergaulan bebas di Indonesia banyak dilakukan oleh remaja (Karlina, 2020). Dengan kata lain, permasalahan pergaulan bebas masih menjadi masalah sosial yang belum bisa diatasi, terutama di kalangan remaja.

Saat ini, pergaulan remaja dalam bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Bahkan, contoh pergaulan bebas menjadi kebiasaan untuk ditiru. Adapun bentuk pergaulan bebas yang mulai menjadi kebiasaan yaitu minum minuman, memakai narkoba, seks bebas, dan lain-lain. Di Indonesia, sebesar 15--20% dari total remaja sudah pernah berhubungan seks pramenikah dan terdapat 15 juta remaja perempuan yang telah melahirkan setiap tahunnya (Yusfarani, 2020). Survei lain menunjukkan bahwa 2% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki telah melakukan seks sebelum nikah. Remaja perempuan berusia 15—19 tahun telah hamil di luar nikah sebesar 16%. Remaja sebesar 19% laki-laki dan 23% perempuan mengetahui tindakan aborsi yang dilakukan oleh teman-temannya dan di antara mereka sebesar 1% telah mendampingi aborsi tersebut (Baroroh, 2021). Hasil temuan tersebut merupakan tindakan di luar batas kewajaran yang melanggar baik norma susila maupun agama.

Remaja cenderung mengalami perubahan baik emosi, tubuh, pola perilaku, dan lain-lain. Hal itu berpengaruh pada masalah yang dilakukan, tentunya akan beraneka ragam. Menurut saya, remaja yang mendapat perlakuan kejam dari orang tua ataupun orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan memiliki potensi menjadi pelaku. Pelajar tersebut cenderung akan mencari teman sebaya yang senasip untuk terlibat dalam pergaulan bebas.

Remaja harus terselamatkan dari dampak pergaulan bebas. Pergaulan bebas yang sering terjadi di kalangan remaja tidak boleh dibiarkan terus-menerus. Ada dua lingkungan yang berpotensi menguatkan remaja agar menjauhkan diri dari pergaulan bebas. Kedua lingkungan tersebut yaitu keluarga dan sekolah. Kunci penting dalam membantu guru mempersiapkan dan melaksanakan yang sudah diajarkan di sekolah adalah orang tua. Orang tua harus mengimbanginya dengan contoh yang baik.

Salah satu sikap yang bisa dilakukan orang tua kepada anak yaitu penekanan. Penekanan dari orang tua menjadi salah satu kontrol yang baik untuk anak. Penekanan tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk ketegasan dalam penegakan kedisiplinan. Ketidaktegasan orang tua bisa saja menjadikan anak terjerumus dalam pergaulan bebas. Dengan kata lain, remaja harus bisa memahami tindakan orang tua.

Ketika berada di sekolah, kunci penting berada di tangan guru. Guru mmeberikan pengalaman positif kepada siswa dengan cara mengimplementasikan nilai-nilai pengetahuan umum dangan nilai-nilai agama. Kolaborasi yang bisa dilakukan yaitu berkomunikasi secara bersama baik orang tua maupun guru karena keduanya memiliki perasanan penting untuk mencegah pergaulan bebas. Jika peranan dan hubungan antara orang tua dan guru berjalan dengan baik, pergaulan bebas dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, I. (2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual Pada Usia Remaja. Jurnal ABDIMAS-HIP, 2 (1), 55–58.

Karlina, L. (2020). Fenomena Terjadinya Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi Nonformal, 1 (1), 147-158.

Yusfarani, D. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswi Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (Piaud) Tentang Kesehatan Reproduksi. Jurnal Aisyiyah Medika, 5 (1), 21–35.

TENTANG PENULIS

Indah Ita Utami, S.S., M.Li atau lebih dikenal Ita, lahir di Banyuwangi pada tanggal 30 Oktober 1993. Saat ini, penulis berdomisili di Desa Gebang, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Penulis aktif sebagai guru bahasa Indonesia di SMA Muhammadiyah 3 Jember. Penulis merupakan pembina ektrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).

(email : [email protected]).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post