Sihir Puisi Gus Mus
Selepas shalat subuh, saya sempatkan mengaji beberapa ayat Al-Qur’an. Sesudah itu -seperti kebanyakan orang di zaman teknologi ini- saya ambil ponsel, sekedar mengecek media sosial dan email.
Di saat membuka salah satu media sosial, Facebook, ada satu teman yang mengshare satu link, pembacaan puisi karya Gus Mus.
Saya bukan pengamat perkembangan politik di Indonesia (Gus Mus bisa dikategorilan sebagai pelaku politik ga ya?), bukan pula pemerhati tokoh-tokoh penting Indonesia. Tapi sosok yang bernama asli KH. Musthofa Bisri ini sungguh menggelitik keingintahuan saya atas karyanya tersebut.
Sedikit saya browsing terlebih dahulu tentang beliau, beliau ternyata merupakan salah satu dari sekian banyak Ulama’ yang dimiliki Indonesia. Gus adalah sapaan ala masyarakat pesantren kepada seorang putra Kyai. Ya, Gus Mus adalah putra dari KH. Bisri Musthofa.
Gus Mus yang merupakan lulusan dari sebuah universitas terkenal dari Cairo yaitu Universitas Al Azhar, saat ini sedang disibukkan sebagai pengasuh di Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang.
Selain dikenal sebagai seorang Kyai, Gus Mus juga dikenal sebagai seorang Budayawan, Penulis produktif, dan Seniman. Terdapat banyak puisi-puisi hasil karyanya, di antaranya adalah “Cintamu”, “Ada Apa Dengan Kalian”, “Sajak Atas Nama”, dan “Gelap Berlapis-lapis”.
Di antara puisi-puisi karya Gus Mus, puisi “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” telah menggoda saya dan saya jatuh cinta!!
Puisinya sederhana, bahkan terkesan kaku karena menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Tapi justru di sanalah kelebihan dari puisi ini. Dengan bahasa yang mudah dicerna dan peristiwa yang familiar dengan perpolitikan Indonesia, pembaca seolah tertohok dan terbangun.
Berikut puisi “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” karya Gus Mus, dan nikmati sihir di setiap kata-katanya.
“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapirAku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadaiKau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-planAku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu akuKau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnyaAku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lainKau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikaiAku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannyaKau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanahAku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam BisshowabKau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukkuAku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa tergangguKau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatisAku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte sajaKau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakikuKau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-
(Berikut saya sertakan link pembacaan puisi beliau yang saya ambil dari YouTube.)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kerenn....
#gusmus