Pentigraf:

SALAM

Siang menjelang sangat"kenthang-kenthang". Orang Jawa bilang "kenthang-kenthang" itu panas yang luar biasa. Meski sangat panas kabut hitam mulai berarakan datang dari arah selatan. Rasanya angin pun ingin ikut bicara bahwa siang menerawang itu ditemani Sanga Bayu yang mengerang ingin berbarengan. Namun semuanya terpecahkan dengan suara dering telepon. "Halo"±

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Mbak!. Alhamdulillah, Bapak sama buke dapat rezeki. Tadi Mas Agus bilang, kalau ada orang mau membeli pohon salam untuk dijadikan bahan untuk pembangunan masjid di desa sebelah Mbak. Lha tadi mau dibeli empat ratus ribu rupiah Mbak. Karena yang menyampaikan mas Agus, tapi belum bilang kalau buat pembangunan masjid, akhirnya diterima Mbak uang tersebut. Lha setelah selesai diberikan uangnya, ibuk tanya untuk apaa kayu pohon salam itu. dijawablahdsama pembeli tadi, buat pembangunan masjid. Setelah tahu kalau itu buat masjid Mbak, sama Buke dikembalikan uangnya. Biar diberikan untuk jariyah keluarga besar kita untuk pembangunan masjid yang semua bahannya, terbuat dari kayu Pohon Salam. Gitu Mbak!"

"Alhamdulillah,Te, semoga Allah SWT senantiasa memberi kesempatan kepada seluruh keluarga besar kita, semoga barokah. Amin YRA!. Oya , Te jangan lupa lho ya untuk ziarah di makam almarhum adik Frans Yunus Efendi." Ulasku dengan berderai air mata.