Enam ratus tiga puluh tiga ribu Rupiah, #TantanganGurusiana, Hari ke-26
Enam Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Rupiah
Malam Minggu ini cukup menggemaskan. Bagaimana tidak, si Genduk minta kiriman petis Lamongan kesukaan dia lewat kakak tingkatnya yang akan balik ke kampusnya Minggu pagi besok. Petis sudah kami bungkus rapi. Tinggal membelanjakan "klathakannya". Ada Krai, mentimun, terong panjang hijau, asam Jawa, cebe rawit, juga bawang merah goreng kesukaannya.Selesai diantar ke rumah temannya, di desa sebelah, e, ternyata ada yang ketinggalan yaitu blue jacket kesayangannya. Hadeh! Kamipun balik ke rumah mengambil jaket tersebut. Wal hasil barang pesanan genduk dah selesai di kemas dan diantar.
E, kegelisahan merona lagi. WA group kelas binaanku memberi kabar duka. Innalilahi wainnaillahirojiun, telah meninggal Almarhum Bapak Sapari, bapak dari salah satu murid kelas X IPS-1 yaitu M. Rizky Afandi yang telah dimakamkan tadi malam. Kabar via WA.
"Betul begitu Nanda Robby?"
"Iya Bu, lalu bagaimana Bu ini?"
"Begini, yang rumahnya dekat Rizky, Minggu pagi silahkan ke rumah duka duluan. Sementara yang lain biar hari Senin setelah upacara. Nanti biar ibuk sampaikan pada Waka kesiswaan untuk menghimpun dana melalui OSIS!"uraiku dalam wa.
"Baik Bu. Siap."jawab sigap dari Nanda Robby.
Di luar, malam semakin larut. Gemericik air hujan di teras menemani sunyi sepi malam ini. Melewati Minggu, malam Senin. Waktu bak kilat menyambar. Cepat nian. Tahu-tahu, suara adzan subuh sudah meneriakiku agar cepat bangun. Mandi, sholat, seterika, dandan, dan menyiapkan buku bimbel Senin pagi. Pukul 05.45 Scoopyku sudah terpacu setelah pamit cium peluk suami tercinta. Kutarik gas pol 100km/jam dengan jarak tempuh ke SMAN I Pace sekolahanku berjarak 28km. Sambil melafalkan Al-fatihah, Al-Ikhlas, An-Nas, Al-falaq, juga ayat kursi untuk memohon keselamatan, perlindungan dari Allah SWT atas perjalanan kilatku. Alhamdulillah 15 menit aku nyampai di sekolah pukul 06.00. Semoga Allah SWT senantiasa memberi perlindungan pada saya sampai saya pensiun. Amin YRA.
Bimbelku di kelas XII IPA-3. Biasanya belum ada siswa, e, ternyata sudah ada di kelas 7 anak. Ini sudah lumayan. Bimbel kulaksanakan sampai pukul 07.15 tepat upacara akan dilaksanakan. Selesai upacara, aku langsung ke kelasku.
"Bagaimana Robby, persiapan melawatnya?"selidiki pada Roby. Murid kepercayaanku, cowok 15 tahun, keriting, berkulit sawo matang, pintar, rajin, dan taat pada semua guru. Dan dapat dipercaya.
"Alhamdulillah, anak-anak kita sudah iuran Bu, nah untuk Sekolah bagaimana Bu?"
"O, insylh sudah. Ibuk sudah matur Waka kesiswaan. Tinggal nunggu aktionnya OSIS."jawabku santai sambil berjalan meninggalkan kelasku "ibuk mau ngecek anak OSIS ya! Nanti kalau sudah siap, ibuk di-WA!"
"Iya, siap Bu!"
Pagi cerah ini memendungkan isi hatiku. Bagaimana tidak, murid-muridku bertambah yang kehilangan salah satu ortunya. Padahal masa-masa SMA, masa yang membutuhkan perhatian penuh dari kedua orang tua. Apalagi masalah dana sekolah. Ya Allah semoga muridku dan Ibuknya tabah. Hanya satu kali suratul Fatihah kuucapkan sambil berjalan menuju kelas X IPA-1 untuk mengajar sambil ngecek anak OSIS.
"Aslmkmwrwb, anak-anak sisa yang anggota OSIS, tolong segera ditarik dana sosial untuk salah satu murid ibuk kelas X IPS-1 yang kemarin Bapaknya meninggal."
"Wa'alaikumslmwrwb warahmatullahi wabarakatuh, siap Bu...ini saya Fiqqi dan Yoga yang jadi bendahara OSIS."jawab salah satu murid anggota OSIS.
"Alhamdulillah, tolong segera bergerak ya, agar segera ibuk antar ke rumah duka."
"Siap laksanakan Bu!"
"Jangan lupa, ucapkan Innalilahi wainnaillahirojiun telah berpulang ke Rahmatullah bapak dari kelas X IPS-1 yang bernama M. Rizky Afandi. Dan untuk membantunya diharapkan bunga-bunga sosial dari rekan-rekan semua. Terima kasih semoga Almarhum di terima di sisi-Nya. Amin YRA. Lalu silahkan diedarkan kotak dansosnya! Gitu ya kalimat pengumumannya. Jangan lupa dibagi, 2 anak ke kelas XII, 2 anak ke kelas XI, dan 2 anak lagi di kelas X, sehingga biar cepat."arahanku pada anak-anak OSIS yang bertugas mencari dansosnya.
"Siap Bu!"jawab mereka koor.
Lima belas menit, anak-anak OSIS SMAN I Pace sudah berkumpul menemuiku. Cepat benar kerja mereka. Delapan belas kelas sudah kelar.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bu Ima, boleh kami masuk Bu?"
"Silahkan Nanda Anis!"sambil kuberikan wadah untuk uang dansos yang terkumpul. "Jangan lupa, sebelum menghitung, klasifikasi menurut nominal lembaran rupiahnya, lalu sendiri-sendirikan baru dihitung."
Sambil manggut-manggut mereka mulai melaksanakan intruksiku melalui arahanku. Seribuan dengan seribuan, duaribuan, limaribuan, sepuluh ribuan, duapuluhribuan, limapulihribuan. Baru dihitung, dan Alhamdulillah tidak disangka dapat sejumlah Rp. 633.000.
"Alhamdulillah Bu, dapat enam ratus tiga puluh tiga ribu Rupiah. Biasanya hanya dua ratus ribu atau maksimal tiga ratus Bu!"ucap Anis keheranan.
"Alhamdulillah, berarti ini rezekinya almarhum Bapakni Rizky. Segeralah masukkan amplop cokelat, di TU, ditulisi dansos SMANESPA. Lalu kita antar ke rumah duka.
"Laksanakan Bu, saya akan sampaikan pada perwakilan OSIS Bu"izin Anis dkk sambil berlalu meninggalkan kelas yang aku ajar. Sementara kelas X IPS-1 sudah aku wa, siap untuk berangkat takziah.
Redup sinar matahari pukul sepuluh siang.Sesekali angin mendung meniup lembaran jilbab kami. Abu-abu putih laki-laki perempuan berboncengan dipimpin Ibu Guru wali kelas, guru agama dan Waka kesiswaan melaju ke rumah duka. Menyampaikan doa dan uang duka hasil bunga-bunga sosial anak-anak SMAN I Pace yang berjumlah 510 anak. Dapat enam ratus tiga puluh tiga ribu rupiah. Betapa wajah duka mendalam dari ibunda Rizky, juga Rizky sensris berkaca-kaca sulit membendung buliran putih bening air matanya. Aku pun tidak sanggup berdusta pada dukaku untuknya, muridku yang masih muda belia harus kehilangan Bapaknya karena kecelakaan. Innalilahi wainnaillahirojiun semoga Allah SWT menerima amal ibadah almarhum.Amin. Semoga enam ratus tiga puluh tiga ribu rupiah bisa berguna.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah ibu pembina OSIS, jadi inget kerjaan di madrasah sebagai pembina OSIS juga di MAN 2 Tangerang (MANDUTA). Sangat baik untuk menumbuhkembangkan jiwa sosial pada siswa. Sehat, bahagia, dan sukses selalu buat ibu Ima Yuliana
He,he...pernah Pak, skrg sdh purna kok
Oh kirain masih, kepala sekolah sekarang yah bu Ima?
Menarik bun
Terima kasih Bunda Esti
Bagus, menginspirasi
Terima kasih Bapak Sali
Keren bund..
Kisah nyata Bun, tadi siang. Terima kasih atensinya Bunda Esti
Bagus bun, menarik sekali
Terima kasih Bunda Santhy