imam suryadi

Tulislah apa yang kau perbuat dan berbuatlah apa yang kau tulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pemahaman Pendidikan Melalui Ilmu Otak
Peserta Pelatihan “Principals Capacity Development Education Program” dan Prof. Joo Sung Joon

Pemahaman Pendidikan Melalui Ilmu Otak

Pemahaman Pendidikan Melalui Ilmu Otak

(Reportase hari ke-10 ; Selasa, 29 Oktober 2019)

Selasa, 10 Oktober 2019 adalah hari ke-10 saya berada di Busan, Korea Selatan untuk mengikuti pelatihan " Principals Capacity Development Education Program on Identify Teacher's Potential (performance and personality) and Teacher's Competency". Hari ini kami mendapat pengalaman baru saat berangkat ke kampus Dong-Eui University tempat kami mengikuti perkuliahan.

Bis kampus yang biasanya mengantar kami ke kampus tidak bisa menjemput, karena sedang digunakan kegiatan di kampus. Maka kami berduapuluh orang sepakat berangkat ke kampus Dong – Eui University menggunakan transportasi umum, rencananya kami akan naik kereta api bawah tanah dari stasiun Seamyoung turun ke statuin Dong- Eui, dan dilanjutkan naik bis umum dari dari halte Dong- Eui menuju Dong – Eui University.

Tepat pukul 09.00 waktu setempat Mbak Hana selaku tour leader memandu kami menuju ke stasuin Seamyoung dan memberi informasi tentang jalur kereta api yang akan menuju stasiun Dong-Eui. Sesampai di stasiun Dong-Eui kami menuju ke halte bis yang menuju Dong-Eui University. Perjalanan dari Busan Business Hotel sampai di Dong_Eui University yang membutuhkan waktu 30 menit.

Pukul 10.00 waktu setempat Prof. Joo Sung Joon, memasuki ruang perkuliahan. Beliau adalah dosen Departemen Psikologi, Busan National University yang akan menyajikan materi “Pemahaman Pendidikan melalui Ilmu Otak”. Pada sesi ini prof. Joo Sung Joon memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukannya bekerja sama dengan Washington University. Hasil penelitian prof. Joo Sung Joon diberi judul “membaca : Jembatan antara Pendidikan dan Ilmu Saraf”.

Secara garis besar penelitian ini meneliti 3 hal yaitu deficit visual dan disleksia (1), platisitas pada visual level tinggi membaca perubahan saraf/cortex (2), dan otomatisitas dalam membaca sirkuit temporer.

Ada hubungan berbanding lurus antara kemampuan membaca pada anak dengan intensitas membaca yang ia lakukan, semakin sering dan kontinyu anak membaca maka kemampuan membaca anak tersebut akan semakin tinggi pula. Pada tahap awal belajar membaca seorang anak hanya mampu mengeja huruf, selanjutnya mengeja suku kata dan dari suku kata dirangkai menjadi sebuah kata. Namun pada tahap selanjutnya kemampuan itu berkembang menjadi sebuah kalimat dan berkembang lagi pada membaca tidak bersuara. Pada tahan awal belajar membaca jarak antar huruf (spasi) dibuat renggang demikian juga jarak antar baris juga dibuat renggang. Pada tahap selanjutnya jarak antar huruf dan jarak antar baris dibuat lebih rapat.

Namun hal diatas tidak berlaku pada anak yang mengalami disleksia. Pada anak yang mengalami disleksia akan mengalami kesulitan membaca jika jarak antar huruf dan jarak antar baris dirapatkan, mereka perlu membaca dengan desain jarak antar huruf dan jarak antar baris direnggangkan. Karena itu seorang guru sekolah dasar harus memastikan bahwa murid termasuk normal atau disleksia sebelum menyimpulkan anak tersebut tergolong anak yang lambar belajar.

Pada dasarnya anak disleksia dan anak normal mempunyai platisitas pada visual level tinggi membaca perubahan saraf/cortex yang sama yaitu face area (1), obyek area (2), dan word area (3). Pada tahap sebelum belajar membaca obyek area dan word area menyatu. Setelah anak tersebut belajar membaca maka akan obyek area dan word area akan terbentuk masing-masing. Jika kemampuan membaca telah terbentuk, maka word area akan semakin dominan jika dibandingkan obyek area. Demikian kesimpulan dari hasil penelitian tentang ilmu saraf dari prof. Joo Sung Joon.

Pada sesi kedua perkuliahan membahas tentang sejarah dan budaya Korea Selatan. Materi tentang sejarah dan budaya Korea Selatan disajikan oleh Prof. Choi Yeon Joo. Prof. Choi Yeon Joo adalah dosen di department of History, Dong – Eui University. Pada sesi ini memaparkan tentang 4 hal yaitu berdirinya Negara Gojoseon (1), sejarah kuno era tiga kerajaan (2), sejarah abad pertengahan (3), dan sejarah modern joseon.

Gojoseon adalah kerajaan Korea yang pertama. Berdasarkan Samguk Yusa dan teks-teks kuno Korea abad pertengahan, Gojoseon didirikan tahun 2333 SM oleh Dangun, putra tokoh mitologi Korea, Hwanin, yang dipercaya diturunkan dari surga. Masyarakat Gojoseon adalah keturunan dari suku bangsa Altai yang bermigrasi ke Manchuria, daerah sebelah utara Sungai Yangtze (Cina) dan semenanjung Korea. Mereka adalah nenek moyang orang Korea yang pertama yang disebut dalam catatan sejarah. Gojoseon sebenarnya terletak di Liaoning, tetapi sekitar tahun 400 SM memindahkan ibu kotanya ke Pyongyang yang sekarang adalah ibu kota dari Korea Utara.

Goguryeo adalah kerajaan paling besar di antara Tiga Kerajaan. Goguryeo didirikan tahun 37 SM oleh Jumong (Dongmyeongseong) pertama memeluk Buddhisme pada tahun 372 pada masa pemerintahan Raja Raja Sosurim. Goguryeo mencapai masa keemasan pada abad ke 5, ketika Raja Gwanggaeto yang Agung dan anaknya Raja Raja Jangsu memperluas wilayah kekuasaan sampai Manchuria dan Mongolia, serta merebut Seoul dari tangan kerajaan Baekje. Gwanggaeto dan Jangsu akhirnya memaksa Baekje dan Silla untuk tunduk dan untuk pertama kalinya menyatukan semenanjung Korea. Goguryeo menangkis berkali-kali serangan tentara Cina dalam Perang Goguryeo-Sui tahun 598 sampai 614 yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Sui. Namun dengan banyaknya perang dengan Cina, telah perlahan-lahan melemahkan Goguryeo. Goguryeo ditundukkan dalam serangan gabungan Silla dan Dinasti Tang tahun 668.

Baekje didirikan tahun 18 SM oleh Onjo seperti yang disebutkan di Samguk Sagi. Teks Cina kuno Sanguo Zhi menyebutkan bahwa Baekje adalah bagian dari Konfederasi Mahan yang berlokasi di lembah Sungai Han (dekat Seoul saat ini). Baekje memperluas wilayah kekuasaannya ke provinsi Chungcheong dan Jeolla dan menjadi saingan bagi Goguryeo dan dinasti-dinasti di Cina. Pada puncak kegemilangannya pada abad ke 4, Baekje menguasai semua negara bagian Konfederasi Mahan dan menguasai bagian barat semenanjung Korea. Baekje memainkan peran yang penting dalam mentransfer perkembangan budaya ke Jepang seperti pengenalan karakter Tionghoa, agama Buddha, pembuatan barang dari besi, keramik dan upacara pemakaman [16] Baekje ditundukkan oleh aliansi Silla dan Dinasti Tang pada tahun 660 dan anggota kerajaannya melarikan diri ke Jepang.

Menurut catatan sejarah, Kerajaan Silla terbentuk pada saat unifikasi negara bagian milik Konfederasi Jinhan oleh Bak Hyeokgeose tahun 57 SM di bagian selatan semenanjung Korea. Artefak Silla seperti kerajinan emas menunjukkan adanya pengaruh nomadik, dan tidak dipengaruhi budaya Tionghoa seperti halnya milik Goguryeo dan Baekje. Silla berkembang cepat dan menguasai wilayah lembah sungai Han dan menyatukan berbagai wilayah kecil. Pada abad ke 2, Silla mulai tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan sering terlibat perang dengan Baekje, Goguryeo dan Jepang. Pada tahun 660 Raja Silla, Muyeol, menundukkan Baekje bersama Jenderal Kim Yushin yang dibantu pasukan dari Dinasti Tang. Pada tahun 661 Silla dan Tang menyerbu Goguryeo, namun dapat ditangkis. Raja Muyeol melakukan serangan lagi tahun 667 dan Goguryeo ditaklukkan pada tahun berikutnya.

Dinasti Goryeo didirikan tahun 918 dan sejak tahun 936 menggantikan Silla sebagai kerajaan yang memerintah Semenanjung Korea. Kata Goryeo adalah kependekan dari Goguryeo dan merupakan sebutan bagi orang asing yang merujuk ke Korea. Dinasti ini bertahan sampai tahun 1392. Pada tahun 1231 bangsa Mongol memulai penyerangan terhadap Goryeo. Setelah peperangan yang melelahkan selama 25 tahun akhirnya Goryeo menandatangani perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol. Maka dalam waktu 80 tahun Goryeo berada dalam bayang-bayang kekuasaan bangsa utara itu. Pada tahun 1340-an Raja Gongmin memberontak terhadap kekuasaan Mongol dan secara cepat menyingkirkan mereka dari semenanjung Korea. Namun Koryo kini sedang menghadapi serangan dari bajak laut Jepang (Wokou) yang mulai mencapai Korea. Tahun 1392 seorang jenderal bernama Yi Seong-gye, memberontak dan mengakhiri kekuasaan dinasti ini.

Tahun 1392 setelah Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh Jenderal Yi Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai Joseon untuk memberikan penghormatan terhadap Gojoseon, yang merupakan kerajaan pertama bangsa Korea. Yi seong gye memindahkan ibu kota ke Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta mengesahkan Konfusianisme sebagai agama negara, yang akhirnya membuat para pendeta Buddha kehilangan kekayaan dan kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja Sejong. Dinasti Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan terpanjang di Asia Timur dalam milenium terakhir.

Demikian reportase kegiatan pelatihan " Principals Capacity Development Education Program on Identify Teacher's Potential (performance and personality) and Teacher's Competency". Terima kasih telah membaca.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post