Pada hari ke-5 atau ke-7 dari kelahiran seorang anak, biasanya orang-orang dikampung mengadakan tasyakuran sekaligus aqiqah untuk anak yang baru dilahirkan tersebut. Tetangga di lingkungan tempat tinggal biasanya diundang dan dihadirkan untuk ikut mendo’akan agar anak yang baru dilahirkan tersebut selalu diberikan kesehatan dan kelak menjadi anak yang soleh.

Demikian juga yang dilakukan oleh salah seorang tetangga yang baru saja menerima amanah seorang anak. Persiapanpun dilakukan mulai dari pagi sampai dengan sore hari, karena tasyakuran biasanya dilaksanakan pada malam hari ba’da isya.

Pada sore harinya, diutuslah seseorang untuk mengundang para tetangga untuk menghadiri acara tersebut. Sampai waktu ba’da isya, maka berkumpullah para tetangga yang tadi sore sudah diundang tersebut.

Acara berdo’apun dimulai dengan dipimpin oleh para tokoh agama yang ditunjuk. Acara berdo’a biasnya berjalan sekitar 30 sampai 45 menit.

Selesai acara, tuan rumah menyuguhkan hidangan makan daging kambing aqiqah yang sudah disiapkan. Setelah semua hidangan siap, maka tuan rumah mempersilahkan para tamu untuk menyantap makanan yang sudah dihidangkan.

Para tamupun dengan segera menyantap hidangan yang tersedia, namun ada yang menarik perhatian. Ketika para tamu hampir menyelesaikan makannya, ada salah seorang yang terlihat tidak memakan daging yang sudah dihidangkan dalam piringnya. Dengan penasaran, ada teman yang bertanya:

“kenapa dagingnya tidak di makan?”

“tidak suka daging kambing ya?.

Dengan sedikit senyum yang terlihat kecut, orang tersebut menjawab.

“ini bukan daging, tapi lengkuas”.

“hahaha…..” kamipun tertawa.

Ternyata kami salah sangka. Dikira tidak suka daging kambing, ternyata karena yang didapat daging lengkuas.