Pada suatu kesempatan dalam sebuah majelis, seorang ustadz bertanya kepada murid-muridnya.

“Siapa yang tahu burung?”

Dengan serentak para murid menjawab,

“saya ustadz.” Jawab para murid sambil mengangkat telunjuknya tinggi-tinggi.

“Kenapa burung bisa terbang?” tanya ustadz kembali kepada murid.

“Karena memiliki sayap ustadz,” jawab para murid lagi-lagi dengan serentak.

“Baguuus…, burung bisa terbang karena memiliki dua sayap yang sangat kuat. Dengan kedua sayapnya, burung dapat terbang ke manapun yang mereka inginkan. Namun tahukah kalian burung yang tidak memiliki sayap?” tanya ustadz berikutnya.

Semua murid terdiam beberapa saat. Terlihat para murid berdiskusi kecil dengan teman-teman di sebelahnya. Sang ustadz membiarkan para murid berdiskusi untuk sejenak. Setelah beberapa saat, para muridpun menjawab, “tidak ada, ustadz.”

“Apakah kalian punya cita-cita?” tanya ustadz kepada para murid.

“Tentu, ustadz”.

Sambil tersenyum, sang ustadzpun melanjutkan. “Murid-murid, bagus kalau kalian semua memiliki cita-cita, karena cita-cita adalah harapan atau tujuan akan dicapai dimasa yang akan datang. Dengan memiliki cita-cita, maka seseorang akan belajar dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dicita-citakan.”

“Kejarlah cita-cita kalian, berusahalah dengan kesungguhan hati. Terbanglah kalian dengan cita-cita yang kalian miliki, karena orang yang tidak memiliki cita-cita itu ibarat burung yang tidak memiliki sayap. Dia tidak akan pernah bisa terbang kemana-mana.”  Jelas ustadz.

Para muridpun kini paham, ternyata memiliki cita-cita itu penting. Merekapun tidak mau seperti burung yang tidak memiliki sayap, yang tidak bisa terbang kemana yang mereka inginkan.