Navigasi Web
'Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi'
sumber foto: google

'Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi'

Tepat hari ini 71 tahun yang lalu, Indonesia berduka dengan kehilangan salah satu pujangga mudanya, yaitu Chairil Anwar. Di usia yang ke 26 dan dimasa karirnya yang cemerlang, ia meninggal dunia diduga karena penyakit TBC yang dialaminya. Bangsa Indonesia merasa kehilangan sekali, terutama bagi anak-anak mudanya karena Chairil Anwar ini selain karyanya yang memang bagus, juga mempunyai wajah yang tampan yang notabene pasti menjadi idola gadis-gadis pada masa itu. Sudah pintar mengolah kata ditambah masih muda dan tampan, modal besar kala itu kalau hanya untuk membuat luluh lantah hati seorang gadis pujaannya. Sampai sekarang tak jarang dari kita melihat foto atau gambar sang pujangga tersebut berseliweran di media sosial. Wajahnya sering dijadikan bahan menggambar pada dinding tembok dengan disertai kata-kata dalam bait puisinya yang syarat pesan moral dan sosial. Kita sering melihat di media sosial gambar sang pujangga disertai dengan salah satu kata-kata penggalan bait puisinya “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi”.

Penggalan kata-kata dalam bait tersebut ada pada karya puisinya yang berjudul “Sajak Sia-sia”. Banyak sekali orang-orang yang mencoba menebak atau menerjemahkan pesan dalam puisi tersebut, terlebih dalam kata-kata “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi”. Sayapun penasaran dengan apa makna yang tersirat dalam kata-kata tersebut. Berangkat dari rasa penasaran ini, saya mencoba mencari tahu makna puisi yang berjudul “Sajak Sia-sia” ini. Alhasil pada salah satu media yang saya baca, tertulis bahwa puisi tersebut terutama dalam kata-kata “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi” ditujukan kepada Tan Malaka, tokoh yang ia kagumi. Tokoh Indonesia yang diburu oleh kolonial karena pikiran-pikirannya yang memang revolusioner. Ini terbukti, hingga Tan Malaka meninggal, ia tak pernah memiliki istri. Wajar kalau akhirnya Chairil Anwar dalam puisinya mengatakan seperti itu. Padahal Tan Malaka adalah mahaguru bagi para pemikir dan pejuang kemerdekaan Indonesia, yang menurut saya kalau hanya mencari pendamping hidup bukan hal yang sulit baginya. Tapi memang kalau bicara soal perasaan itu hal yang tidak bisa dipaksa, terlebih dalam urusan jodoh.

Sedikit terobati rasa penasaran saya akan makna dari kata-kata dalam penggalan bait puisinya “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi” tersebut. Tetapi hal ini tak lantas membuat saya lega, mungkin saja ada maksud yang lain dari kata-kata tersebut, terlebih kalau kita melihat secara keseluruhan makna dari bait per bait dalam puisinya. Saya berpikir bahwa kata-kata tersebut juga sangat cocok dengan situasi pandemi covid-19 saat ini. Pandemi covid-19 ini memang memiliki dampak yang sangat besar, entah itu bagi kaum pekerja maupun anak-anak sekolah. Kita yang sudah terbiasa beraktifitas di luar rumah, di saat pandemi ini, kita dipaksa untuk beraktifitas dari rumah. Tentu ini menjadikan kita harus bisa beradaptasi dengan kebiasaan dan keadaan yang baru. Sekalipun kita bisa melakukan itu, saya yakin kita akan merasakan bosan dan jenuh. Kita merasa apa yang sudah kita lakukan dari rumah masih saja ada sesuatu yang kurang.

Bagi kaum pekerja, seperti teman saya yang menjadi salah satu pegawai kantor, mengatakan bahwa di saat pandemi covid-19 ini, sekalipun dia bekerja seperti biasanya di kantor, dia merasa tidak bebas. Merasa ada yang kurang dalam menjalankan tugas-tugasnya dari kantor. Hal ini saya rasa juga terjadi pada kaum pekerja lainnya, contohya driver ojek online. Untuk driver ojek online akan sangat merasakan dampak dari pandemi covid-19 ini. Ordernya tentu sepi karena memang aturan pemerintah yang meminta masyarakatnya untuk social distancing dan melakukan pekerjaannya dari rumah saja.

Bagi anak sekolah, adanya pandemi covid-19 ini membuat mereka juga harus adaptasi dengan kebiasaan yang baru yaitu belajar dari rumah. Anak-anak sekolah merupakan anak-anak yang tingkat intensitasnya tinggi untuk bergaul dan bermain keluar rumah. Ketika mereka terbiasa bertemu dengan teman-temannya di sekolah, bermain dan bergaul kesana-kemari, untuk saat ini mereka harus berdiam diri di rumah dan belajar dari rumah. Akan menjadi sebuah kebosanan bagi anak-anak sekolah tersebut ketika mereka tidak bisa beradaptasi dengan kebiasaan yang baru ini.

Pada titik kebosanan dan kejenuhan ini, maka kata-kata dari baris dalam bait puisinya Chairil Anwar yang berjudul “Sajak Sia-sia”, yaitu “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi” menurut saya sangat cocok menggambarkan keadaan kita sekarang. Mungkin kita masih saja bisa beraktifitas dari rumah, tetapi nyatanya hal tersebut tidak membuat kita lebih leluasa. Ditambah saat ini bulan ramdhan, dimana bagi kaum muslim wajib untuk menjalankan puasa. Suasana pandemi yang memang sudah membuat kita bosan dan ditambah dengan berpuasa, tentu kita butuh inisiatif-inisiatif dalam menjalani rutinitas sehari-hari. Salah satu cara seorang pujangga dalam menghadapi kebosanan ini bisa dengan merangkai kata-kata sebagai ungkapan curahan hatinya. Mungkin kata-kata “Mohon bersabar, ini ujian” sebagai salah satu cara untuk menguatkan kita antar sesama dalam menghadapi situasi ini.

Kalaupun pandemi ini berakhir, nantinya kita akan kembali dengan kebiasaan awal. Yang menjadi pertanyaan kita, apakah kita akan mudah dan cepat untuk beradaptasi dengan keadaan awal yang notabene itu keadaan yang baru lagi, karena kita sekarang sudah mulai terbiasa dengan situasi apa-apa dari rumah. Menurut saya itu juga butuh waktu dan adaptasi lagi untuk kembali ke suasana awal.

Selamat Hari Puisi Nasional. Sekalipun sekarang “Mampus Kau Dikoyak-koyak Sepi” karena jenuh dan bosan dengan pandemi covid-19 ini, jangan takut mengolah kata untuk mencurahkan isi hati. Jangan takut membuat puisi karena tidak diterima orang lain. Sejatinya puisi adalah sarana yang tepat dalam mencurahkan isi hati dan tidak ada penilaian yang konkrit dalam berpuisi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post