Bapak
Aku tertegun di ambang pintu sebuah kamar rumah sakit swasta di Cimahi. Saat itu sore hari, mataku terhujam di atas seraut wajah yang amat kukenal. Yah wajah yang berpuluh tahun lalu teramat kurindukan, wajah lelaki tegar yang begitu tampan yang senantiasa ada di hati, wajah yang namanya selalu kusebut diam - diam ketika rasa rindu itu hadir.
Namun ketegarannya, ketampanannya kini telah sirna ditelan kemuraman, wajahnya begitu pucat menahan sakit. Lemah terbaring di atas ranjang. Matanya tertutup rapat, mata yang biasanya menyiratkan kewibaan, ketegasan, kini hilang sudah.
Dan aku hanya bisa memandangnya, ingin rasanya aku memeluknya, merengkuhnya dan mengucapkan kata tentang kerinduanku padanya. Tentang rasa rindu akan kehadirannya di masa kecilku dulu, tentang keinginanku untuk menikmati kebersamaan denganmu dulu. Masih kuingat ketika pada satu waktu kami anak - anak harus rela kehilangan, melepas seorang laki - laki yang kupanggil bapak untuk cintanya yang lain, saat itu aku tidak pernah mengerti dengan apa yang terjadi, yang jelas setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi, tidak pernah bermain, tertawa atau sekedar menghabiskan waktu liburan dengan mengunjungi tempat- tempat wisata pavorit yang selalu kami lakukan, kebahagian masa kecil yang sempurna, yang akhirnya terenggut paksa oleh situasi yang tidak adil bagi kami anak- anaknya.
Tangan lembut membuyarkan semua memori masa kecilku, perlahan kakiku melangkah mendekati ranjang, hampir seluruh tubuhnya tertutup selimut putih, selang infus ada di tangannya. Perlahan kupegang tangannya, begitu hangat, air mataku mengalir deras, Bapak kubisikan kata itu di telinganya. Aku yakin bapak pasti mendengarnya. Kami anak- anakmu datang Pak, mata itu tiba- tiba terbuka, kulihat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata bapak, yahh saat itu aku baru menyadari rasa kecewaku kepada bapak sirna, berganti dengan rasa penyesalan yang teramat sangat, waktu yang terlewati tidak akan pernah kembali, aku memang begitu merindukan sosok bapak dalam hidupku, sekarang sosok itu ada di hadapanku, terbaring tak berdaya, dan aku cuma bisa mendoakannya, berharap Alloh mengangkat segala penyakitnya, memberi kami sedikit waktu untuk menghabiskan waktu bersama kembali.
Perlahan mata itu terpejam kembali, yah terpejam untuk selamanya, beliau kembali pada sang Ilahi, penuh kedamaian, kembali aku harus kehilangan, sebuah rasa yang pernah kualami berpuluh tahun yang lalu. Hanya doa yang bisa kupanjatkan semoga Bapak mendapat tempat yang layak di Surga, dimaafkan segala kesalahannya Aamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ayaaaah..... dalam hening sepi kurindu.... Titip doa untuk bapaknya bu Ima
Aamiin, terimakasih bu Etmawati...
Doa terbaik untuknya... Bapakku... Aku pun teringat beliau. Tenaga dikuras habis buat anaknya. Banting tulang tanpa kenal lelah. Hingga dijemput olehNya. Berakhir dengan sakit, menghitung hari dan kala itu hanya menunggu mujizat dariNya. Allah berkehendak lain. Allah menjemputnya.
Aamiin yh hanya doa yg bisa kita kirim untuk Bapak2 kita yg ada disana
Doa terbaik untuknya... Bapakku... Aku pun teringat beliau. Tenaga dikuras habis buat anaknya. Banting tulang tanpa kenal lelah. Hingga dijemput olehNya. Berakhir dengan sakit, menghitung hari dan kala itu hanya menunggu mujizat dariNya. Allah berkehendak lain. Allah menjemputnya.