Surga Kecil di Tengah Tandusnya Gurun Pasir Gunung Bromo
Mobil Jib kami meluncur meninggalkan kaki Gunung Bromo. Melaju melewati Gurun pasir yang membentang luas. Tak lama berjalan, terlihat di kanan jalan bukit cemara yang hangus meranggas sepertinya baru habis terbakar.
Melihat hal itu, aku bertanya kepada sopir tentang peristiwa kebakaran itu. Dia mengatakan bahwa beberapa waktu yang lalu, tiba-tiba hutan ini terbakar di saat musim kemarau. Sungguh sangat disayangkan, aku sangat sedih melihat banyak sekali pohon-pohon cemara yang gosong terbakar.
Mobil terus melaju mengitari bukit, sedang di sisi kiri jalan berpasir tebal itu terbentang gurun pasir yang seperti tidak ada ujungnya. Setelah cukup jauh mobil bergerak, akhirnya kami memasuki kawasan yang yang ditumbuhi oleh tanaman pakis yang besar-besar, mungkin tingginya hampir menyamai tinggi orang dewasa.
Mobil berjalan terus diantara tanaman pakis, akhirnya kami sampai di sebuah tempat parkir yang telah dipenuhi oleh mobil-mobil jib aneka warna. Di belakang tempat larkir terlihat tulisan besar bertuliskan “Bukit Teletabies”.
Benar saja, setelah membaca tulisan tersebut, mata kita akan disuguhi oleh lengkungan bukit-bukit yang ditumbuhi oleh rumput hujau yang rapi. Seperti bukit teletabies dalam serial cerita anak di televisi.
Sungguh sangat menyejukkan mata. Seperti sebuah sorga ditengan tandusnya kawasan ini. Betapa terlihat sangat kontras dengan pemandangan sebelumnya, yang sejauh mata memandang hanya terlihat gurun pasir. Kami segera turun dan mulai berselfi ria. Bergerak ke sana ke mari untuk mencari spot foto yang cantik di bukit teletabies.
Setelah lelah berfoto, kami kembali ke mobil untuk menyatap bekal makan siang yang sudah aku siapkan dari penginapan. Meski makan dengan menu yang sederhana dan tempat kami makan siang di atas mobil, namun makan ini terasa sangat nikmat. Mungkin juga karena kami sudah sangat lapar dan sedang membutuhkan asupan banyak energi setelah lelah beraktifitas fisik.
Selesai santap siang, kami mencari tempat untuk bisa menunaikan salat zuhur. Setelah berwudhu di toilet yang ada di kawasan wisata tersebut, kami membentangkan sajadah diatas rumpur halus diantara pohon-pohon pakis. Suasana di temat itu sangat sejuk ditemani angin yang cukur kencang.
Masih belum puas berselfi ria di bukit teletabies, kami melanjutan mencari spot-spot foto yang bagus ditengah-tengah tanaman pakis yang tinggi.
" Berada di tempat ini terasa seperti berada di negeri dinosaurus, ya Bunda," ujar putra bungsuku.
Tanpa terasa matahari sudah makin condong ke barat, terpaksa kami harus segera menyudahi kesyikan di bukit teletabies untuk segera bergerak ke objek berikutnya yaitu “Pasir berbisik”. Bila tidak disiplin waktu kami khawatir akan kemalaman di kawasan gunung Bromo ini.
Kami segera kembali kemobil dan melanjutkan perjalanan ke tempat shooting H. Roma Irama untuk film Pasir Berbisik. Bagaimana keseruannya? Ikuti terus ya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren...jadi ingin ke Bromo.
Iya Bun keren banget. ayo agendakan berlibur ke sana Bunda.
Iya Bun keren banget. ayo agendakan berlibur ke sana Bunda.