Santiran Nusantara di Negeri Dua Benua (27) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Santiran Nusantara di Negeri Dua Benua (27)
Ranti, sang penebar benih kata, tiba di Ankara dengan sekoper buku dan semangat membara. Di negeri bersejarah itu, ia mengemban misi mulia: memperkenalkan keindahan bahasa dan budaya Indonesia kepada generasi muda Turki.
Ranti, seorang guru bahasa Indonesia yang penuh semangat, berdiri di hadapan kelasnya yang penuh dengan wajah-wajah muda penasaran. Cahaya mentari pagi menyinari papan tulis yang tertulis sajak berbahasa Indonesia. Ia tersenyum hangat, memulai pelajaran hari itu dengan sajak karya Chairil Anwar yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Turki.
Ranti, dengan secangkir teh hitam hangat di tangannya, menatap keluar jendela kelas. Cahaya mentari sore menerpa wajah para siswanya yang antusias. Mereka, anak-anak muda Turki, tengah asyik melantunkan pantun, sebuah bentuk puisi khas Indonesia yang begitu mereka sukai. Ranti tersenyum puas. Ia berhasil menanamkan kecintaan pada budaya Indonesia di hati mereka.
Di antara wajah-wajah asing yang antusias, ada Aiyla, gadis remaja berkacamata dengan tatapan mata yang berbinar-binar. Aiyla begitu bersemangat mempelajari Bahasa Indonesia. Ia hafal setiap kata yang Ranti ajarkan, dari sapaan sederhana hingga pantun yang penuh makna.
Ranti melihat potensi besar dalam diri Aiyla, bak mutiara yang terpendam di dasar laut. Keduanya pun menjalin ikatan yang erat, bagai guru dan murid, sekaligus sahabat.
Aiyla, gadis bermata biru yang selalu duduk di barisan depan. Ia begitu antusias belajar bahasa Indonesia, menyerap setiap kata yang diucapkan Ranti. Aiyla terpesona oleh keindahan bahasa dan kekayaan budaya Indonesia. Ia bermimpi suatu hari bisa mengunjungi negeri seribu pulau itu.
"Di negeri ini," ujarnya, matanya berkilau, "kata-kata adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan sejarah, budaya, dan hati nurani."
Suatu hari, setelah kelas selesai, Aiyla menghampiri Ranti. "Bu Ranti," tanyanya dengan suara lembut, "bolehkah saya bertanya sesuatu?"
"Tentu, Aiyla," jawab Ranti.
"Saya ingin sekali belajar lebih banyak tentang budaya Indonesia. Apakah Bu Ranti bisa menceritakan kisah rakyat Indonesia?"
Ranti tersenyum. Ia pun memulai kisah tentang Malin Kundang, sang anak durhaka yang dikutuk menjadi batu. Aiyla mendengarkan dengan penuh perhatian, matanya berkaca-kaca.
Hari demi hari, hubungan antara Ranti dan Aiyla semakin erat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di luar jam pelajaran, berbicara tentang budaya, sastra, dan kehidupan. Aiyla bahkan mulai menulis puisi dalam bahasa Indonesia.
Suatu hari, Ranti membawa sebuah kotak tua ke kelas. Di dalamnya terdapat berbagai macam benda-benda peninggalan neneknya, seperti kain batik, wayang kulit, dan gamelan mini. Ia menjelaskan makna dari setiap benda itu kepada siswa-siswanya.
"Ini adalah warisan budaya nenek saya," kata Ranti. "Saya ingin kalian semua merasakan kekayaan budaya Indonesia."
Aiyla sangat terkesan dengan benda-benda itu. Ia meminta izin untuk memegang wayang kulit. Saat jari-jarinya menyentuh wayang itu, ia merasakan sensasi yang aneh. Seolah-olah ada kekuatan magis yang mengalir di dalam dirinya.
Beberapa hari kemudian, Aiyla jatuh sakit. Demamnya tinggi dan ia mengalami mimpi-mimpi aneh. Dalam mimpinya, ia melihat seorang wanita cantik berpakaian tradisional Jawa yang memanggil namanya. Wanita itu berkata, "Kamu adalah bagian dari kami."
Ketika bangun dari tidur, Aiyla merasa sangat aneh. Ia bisa memahami bahasa Jawa dengan jelas. Ia pun menceritakan mimpinya kepada Ranti.
Ranti tercengang. Ia tidak menyangka bahwa Aiyla memiliki kemampuan yang begitu istimewa. Setelah melakukan penelitian, Ranti menemukan bahwa ada sebuah legenda kuno tentang seorang putri Jawa yang terlahir kembali di tanah Turki.
Ternyata, wayang kulit yang diberikan Ranti kepada Aiyla adalah benda pusaka yang memiliki kekuatan mistis. Wayang itu telah memilih Aiyla sebagai penerusnya.
Suatu hari, saat sedang mengadakan pertunjukan wayang kulit di sebuah acara budaya, Aiyla tiba-tiba merasakan sakit kepala yang hebat. Pandangannya menjadi kabur. Saat ia membuka matanya, ia sudah berada di sebuah desa di Jawa. Ia bertemu dengan wanita cantik yang pernah ia lihat dalam mimpinya.
Wanita itu tersenyum dan berkata, "Selamat datang di rumah, putriku."
Aiyla pun menyadari bahwa ia telah kembali ke akarnya. Ia hidup bahagia di Jawa, menjadi bagian dari keluarga besarnya. Ia ibarat santiran nusantara di negeri ottoman ini.
Beberapa bulan kemudian, sebuah kompetisi budaya antar sekolah diselenggarakan. Aiyla dan teman-temannya memutuskan untuk menampilkan tarian tradisional Indonesia. Mereka berlatih dengan tekun, mempelajari gerakan-gerakan yang rumit dan kostum yang indah.
Hari kompetisi tiba. Aiyla dan teman-temannya tampil memukau. Mereka berhasil memukau para juri dan penonton dengan penampilannya yang memukau. Saat pengumuman pemenang, jantung Aiyla berdebar kencang. Dan... mereka menang!
Sebagai hadiah, mereka berhak mengikuti pertukaran pelajar ke Indonesia. Aiyla sangat senang. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan orang-orang Indonesia dan menjelajahi negeri seribu pulau.
Sesampainya di Indonesia, Aiyla semakin kagum dengan keindahan alam dan kekayaan budaya negeri ini. Ia mengunjungi berbagai tempat wisata, seperti Candi Borobudur, Taman Nasional Komodo, dan desa-desa adat. Ia juga belajar membuat batik dan menari tarian tradisional.
Namun, di tengah kebahagiaannya, Aiyla menemukan sebuah rahasia keluarga. Ternyata, nenek moyangnya berasal dari Indonesia. Kakek buyutnya adalah seorang pelaut yang terdampar di Turki berabad-abad lalu. Aiyla merasa takjub dan terharu. Ia merasa memiliki ikatan yang sangat kuat dengan Indonesia.
Saat kembali ke Turki, Aiyla memutuskan untuk mendalami sejarah keluarganya. Ia mencari tahu lebih banyak tentang nenek moyangnya dan menemukan sebuah surat kuno yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Surat itu berisi petunjuk tentang akar keluarganya dari Jawa, Indonesia.
Kisah Ranti dan Aiyla menjadi viral di media sosial. Banyak orang yang tertarik untuk belajar tentang budaya Indonesia. Aiyla pun menjadi duta budaya Indonesia di Turki. Ia sering diundang untuk berbicara di berbagai acara dan festival.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mohon krisannya ya.