Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jejak Pena di Kota Seribu Mimpi (19) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Selat Bosporus, Istanbul. Turki (doc. IlmaW24)

Jejak Pena di Kota Seribu Mimpi (19) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Jejak Pena di Kota Seribu Mimpi (19)

Istanbul, kota yang tak pernah lelah menebar pesona, menjadi saksi bisu perjuangan seorang penulis Indonesia bernama Anya. Dengan secangkir teh Turki yang mengepul hangat, Anya duduk di teras apartemennya, memandangi Bosphorus yang berkilau di bawah sinar matahari sore. Di tangannya, sebuah buku catatan usang yang penuh coretan dan kata-kata indah.

Anya telah tinggal di Istanbul selama dua tahun. Ia datang ke kota ini dengan satu tujuan: menulis sebuah novel yang menginspirasi. Namun, perjalanan menulisnya tidak semulus yang ia bayangkan. Blok penulisan seringkali menghampirinya, membuatnya merasa frustasi dan kehilangan arah.

"Aku merasa seperti buntu, Ra," keluhnya pada sahabatnya, Raisa, dalam panggilan video. "Semua kata-kata seolah hilang ditelan kehampaan."

"Sabar, Anya. Mungkin kamu hanya perlu istirahat sejenak. Coba keluar, jalan-jalan, dan cari inspirasi baru," saran Raisa.

Anya mengikuti saran Raisa. Ia menjelajahi setiap sudut kota Istanbul. Dari pasar Grand Bazaar yang semarak hingga masjid-masjid bersejarah yang megah, Anya menemukan keindahan dalam setiap detail. Ia bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, mendengar cerita-cerita inspiratif, dan merasakan kehangatan keramahan masyarakat Turki.

Anya telah memutuskan untuk mengejar mimpinya dengan tinggal di kota ini. Setiap sudut kota baginya adalah sebuah cerita yang menunggu untuk dituangkan ke dalam tinta.

"Cahaya senja yang menyinari Masjid Biru adalah lukisan Tuhan yang paling indah," gumam Anya dalam hati, sambil duduk di tepi Bosporus. Ia kerap menghabiskan waktu di sini, merenung dan mencari inspirasi.

Ide untuk menulis buku tentang pengalaman hidupnya di Turki muncul begitu saja. Ia ingin berbagi kisah tentang keindahan budaya Turki, keragaman masyarakatnya, dan tentu saja, perjuangan seorang penulis asing untuk bisa diterima di tengah masyarakat baru.

"Aku akan menulis tentang cintaku pada teh Turki, tentang kerumunan orang di pasar Grand Bazaar, dan tentang kesunyian yang kurasakan saat memandang Laut Marmara," pikir Anya.

Suatu hari, Anya mengunjungi sebuah perpustakaan tua di distrik Sultanahmet. Di sana, ia menemukan sebuah buku tua yang berisi puisi-puisi cinta karya seorang penyair Turki abad ke-14. Puisi-puisi itu membangkitkan kembali semangat menulisnya. Anya terinspirasi oleh keindahan kata-kata dan kedalaman emosi yang tergambar dalam puisi-puisi tersebut.

"Aku menemukannya, Ra!" seru Anya kegirangan saat menghubungi Raisa. "Inspirasi yang selama ini aku cari."

Dengan semangat baru, Anya mulai menulis. Ia menuangkan semua pengalaman dan emosinya selama tinggal di Istanbul ke dalam novelnya. Ia menulis tentang keindahan kota, keramahan masyarakat, serta perjuangan seorang penulis untuk menemukan jati dirinya

Namun, menulis sebuah novel bukanlah perkara mudah. Anya harus menghadapi berbagai rintangan. Mulai dari kesulitan dalam menemukan sudut pandang yang tepat, hingga ketakutan akan penilaian orang lain.

Suatu sore ia berkenalan dengan Cemal, seorang penulis Turki di sebuah kedai kopi.

"Aku takut jika tulisanku tidak menarik," ungkapnya pada sahabatnya itu, Cemal tersenyum. "Jangan khawatir, Anya. Setiap cerita memiliki keindahannya sendiri. Yang penting adalah kamu menulis dari hati."

Dengan dukungan Cemal, Anya mulai menulis. Ia menceritakan tentang pertemuannya dengan seorang penjual buku tua di sebuah gang kecil di Istanbul, yang membantunya menemukan buku-buku langka tentang sejarah Turki. Ia juga menulis tentang persahabatannya dengan para seniman lokal yang sering mengadakan pameran di sebuah galeri seni di distrik Sultanahmet.

Namun, saat buku hampir selesai, Anya dihadapkan pada sebuah dilema. Ia harus memutuskan apakah akan mengungkapkan identitas asli dari seorang tokoh dalam bukunya yang sangat dekat dengannya. Tokoh tersebut adalah seorang pemuda Turki yang ia cintai.

"Jika aku mengungkapkan identitasnya, dia pasti akan marah padaku," gumam Anya khawatir. "Tapi jika aku tidak ungkapkan, aku merasa seperti berbohong pada pembaca."

Anya berkali-kali menimbang-nimbang. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengubah beberapa detail cerita agar identitas tokoh tersebut tidak terungkap.

"Ini adalah keputusan yang sulit, tapi aku harus melakukannya," katanya pada dirinya sendiri.

Saat novelnya hampir selesai, Anya dihadapkan pada sebuah dilema. Ia merasa bahwa novelnya terlalu pribadi dan mengungkapkan terlalu banyak tentang dirinya. Ia khawatir jika novelnya diterbitkan, orang-orang akan menghakiminya.

Dalam kegalauannya dia kembali menghubungi sahabat sejatinya, Raisa. Selama ini Raisa selalu ada untuk mendengarkan segala keluh kesahnya. Begitu juga sebaliknya. Dia selalu ada saat Raisa mendapatkan masalah. Meski jarak memisahkan mereka namun ikatan batinnya dengan Raisa selalu terjalin.

"Apa yang harus aku lakukan, Ra?" tanya Anya dengan suara bergetar. "Aku takut jika orang-orang tahu tentang masa laluku."

Raisa berusaha menenangkan Anya. "Anya, menulis adalah cara kita untuk berbagi cerita dan menginspirasi orang lain. Jangan takut untuk menjadi diri sendiri."

Setelah melalui pergumulan batin yang panjang, Anya akhirnya memutuskan untuk menerbitkan novelnya. Ia percaya bahwa setiap orang berhak untuk berbagi cerita hidupnya.

Ketika novel Anya akhirnya terbit, ia mendapatkan sambutan yang sangat baik dari pembaca. Banyak yang terinspirasi oleh kisahnya dan ingin mengunjungi Turki. Anya merasa sangat bersyukur atas semua yang telah ia alami.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon krisannya.

19 Nov
Balas



search

New Post