Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gelombang Asmara di Laut Marmara(22) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Gelombang Asmara di Laut Marmara(22) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Gelombang Asmara di Laut Marmara (22)

Sita berdiri di bibir dermaga kayu, matanya menerawang ke hamparan biru Laut Marmara. Angin sepoi-sepoi membawa serta aroma asin laut dan desahan ombak yang seolah menjadi lullaby bagi jiwanya. Istanbul, kota yang menjanjikan pelarian, namun luka masa lalunya masih membekas. Keindahan Marmara yang memukau, justru menjadi cerminan kesepiannya.

Hingga suatu senja, perahu nelayan modern meluncur anggun membelah lautan. Lelaki di dalamnya, dengan kulit kecoklatan dan mata sebiru laut, menarik perhatian Sita. Ada sesuatu yang berbeda pada dirinya, aura misterius yang membuatnya terpana. Lelaki itu adalah Kaan, seorang nelayan muda dengan hati yang hangat.

Pertemuan mereka tak terduga. Kaan menawarkan tumpangan kepada Sita yang tampak murung. Dalam pelayaran singkat itu, mereka berbagi cerita. Lambat laun, hati Sita mulai mencair. Kehangatan Kaan dan keindahan laut Marmara perlahan-lahan menyembuhkan lukanya.

Sita berdiri di tepi dermaga, menatap kosong ke laut Marmara.

Kaan: "Mau ikut berlayar, Nona? Udara segar di laut pasti akan membuatmu lebih baik."

Sita: terkejut "Benarkah? Aku boleh?"

Selama pelayaran mereka terlibat percakapan hangat.

Kaan: "Laut ini selalu menenangkanku. Setiap ombak punya ceritanya sendiri."

Sita: menghela napas "Aku iri dengan laut. Bebas dan luas. Tidak pernah terbebani masa lalu."

Kaan: "Setiap orang punya cerita masing-masing, Nona. Tapi laut juga punya badai, kok. Yang penting kita bisa belajar dari setiap pengalaman."

Sita duduk di haluan perahu, matanya tertuju pada cakrawala.

Kaan: "Pernahkah kau merasa bahwa laut itu memanggilmu?"

Sita: terdiam "Aku tidak tahu. Mungkin."

Kaan: "Laut itu seperti cermin, Nona. Ia akan memantulkan apa yang ada di dalam diri kita."

Sita menatap Kaan, matanya berkaca-kaca.

Sita: "Aku merasa beban di hatiku sedikit demi sedikit hilang."

Kaan: tersenyum lembut "Itu bagus. Laut selalu punya cara untuk menyembuhkan."

Kaan menawarkan Sita sebotol air minum.

Kaan: "Air laut ini katanya bisa bikin awet muda, lho. Mau coba?"

Sita: tertawa kecil "Aku lebih suka air tawar, terima kasih."

Mereka berdua tertawa.

Kaan: "Jadi, apa yang membuatmu sedih hari ini?"

Sita: menghela napas "Hanya masalah kecil. Tapi rasanya besar sekali."

Kaan: "Masalah kecil? Coba ceritakan saja. Siapa tahu aku bisa bantu."

Sita: “Masalah patah hati.”

Kaan: “Ha…ha…ha.”

Sita terpesona melihat Kaan tertawa. Terlihat perpaduan sempurna antara kekuatan Atlas dan ketampanan Apollo, dengan hati selembut kapas dan semangat sekuat baja.

Kaan: "Kau tahu, Nona, laut itu selalu bergerak. Tidak pernah diam. Begitu juga dengan hidup kita. Jangan terlalu terpaku dengan masa lalu"

Sita: "Aku ingin bisa seperti laut, bebas dan luas."

Kaan: "Kita semua punya laut di dalam diri kita, Nona. Yang perlu kita lakukan adalah menemukan cara untuk mengendalikannya."

Namun, di balik pesona Kaan, tersimpan rahasia yang kelam. Ia adalah keturunan terakhir dari suku nelayan kuno yang memiliki ikatan kuat dengan laut. Konon, leluhurnya memiliki kekuatan mistis untuk mengendalikan ombak. Kekuatan itu diturunkan kepada Kaan, namun ia berusaha menyembunyikannya.

Cinta mereka tumbuh subur, namun dibayangi oleh rahasia Kaan. Ketika badai menerjang Laut Marmara, kekuatan mistis Kaan terungkap. Ia berhasil meredakan badai, namun hal itu membuatnya semakin terisolasi.

“Laut Marmara menyimpan rahasia magis. Ombaknya menyimpan kekuatan penyembuhan, namun juga kekuatan destruktif,” ujar Kaan.

Sita hanya mengangguk dengan hati yang rumit.

Ia dihadapkan pada dilema antara cintanya pada Kaan dan rasa takutnya pada kekuatan mistis yang dimiliki Kaan., namun hatinya masih terikat sangat kuat kepada Kaan.

Di tengah kebimbangan, Sita menemukan sebuah buku harian milik nenek moyang Kaan. Dari buku itu, ia mengetahui bahwa kekuatan Kaan adalah anugerah sekaligus anatema. Leluhurnya telah mengorbankan banyak hal demi melindungi laut.

Sita menyadari bahwa cintanya pada Kaan lebih dari sekadar perasaan. Ia mencintai seluruh dirinya, termasuk kekuatan mistis yang dimilikinya.

Suatu senja mereka duduk di tepi pantai, memandang laut Marmara.

Sita: "Laut ini adalah bagian darimu, Kaan. Kekuatanmu adalah anugerah yang luar biasa. Kita bisa menggunakannya untuk kebaikan, untuk melindungi semua yang kita cintai."

Kaan: "Aku takut menyakiti orang-orang yang kusayangi, Sita. Tapi kau membuatku sadar bahwa kekuatan ini bisa menjadi berkah."

Kemudian mereka berjalan di bawah cahaya rembulan.

Sita: "Kaan, aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Kita akan menghadapi segala badai bersama, ya?"

Kaan: "Tentu saja, Sita. Aku akan selalu ada untukmu. Dan aku janji, aku akan menggunakan kekuatan ini untuk melindungimu selalu."

Sita: "Aku mencintaimu, Kaan."

Kaan: "Aku juga mencintaimu, Sita."

Sita: "Mungkin suatu hari nanti, kita bisa memiliki anak. Aku ingin mereka tahu betapa istimewanya ayah mereka."

Kaan: "Aku juga ingin itu, Sita. Aku ingin anak-anak kita tumbuh dalam cinta dan kasih sayang."

Sita: "Kita bisa menggunakan kekuatanmu untuk menjaga laut tetap bersih dan sehat."

Kaan: "Itu adalah impianku, Sita. Aku ingin laut ini selalu indah untuk anak cucu kita."

Dengan dukungan Sita, Kaan akhirnya menerima takdirnya. Iamemutuskan untuk menggunakan kekuatannya untuk melindungi laut dan orang-orang yang dicintainya.

Akhirnya, mereka menikah di tepi Laut Marmara. Pernikahan mereka menjadi perayaan cinta sejati yang mampu mengatasi segala rintangan. Sita dan Kaan hidup bahagia, dikelilingi oleh keindahan laut yang telah menyatukan mereka.

*Kata asing

Lullaby: lagu pengantar tidur

Anatema: sesuatu yang terkutuk atau dibenci (bhs. Yunani)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post