Di Bawah Langit Hierapolis (25) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Di Bawah Langit Hierapolis (25)
Cahaya senja merangkai lembayung di langit Pamukale Turki, membias indah di antara reruntuhan Hierapolis yang megah. Di sini, di antara kolom-kolom marmer yang runtuh dan kolam air panas yang menguap, Sandra, gadis Indonesia bermata bulat, menemukan dunianya berubah.
Sandra berdiri terpana di hadapan kolam air panas kuno. Uap hangat menyelimuti tubuhnya, membuai pikirannya dalam ketenangan yang tak biasa. Hierapolis, kota suci zaman Romawi, seakan membisikkan kisah-kisah cinta dan tragedi dari masa lalu.
Ia datang ke Turki untuk program pertukaran pelajar, membawa serta rasa asin Samudra Hindia dan semangat muda yang membara. Di sini, di antara reruntuhan kota kuno, ia bertemu Deniz, pemuda Turki bermata cokelat yang senyumnya sehangat mentari Mediterania.
Pertemuan pertama mereka terjadi di perpustakaan kuno Hierapolis. Sandra tengah asyik membaca buku sejarah Romawi, ketika Deniz mendekat, matanya berbinar di bawah sorot lampu kuning redup. "Kamu sedang mencari sesuatu yang spesifik?" tanyanya dalam bahasa Inggris yang fasih.
Sandra tertegun. "Aku... hanya ingin merasakan atmosfer tempat ini," jawabnya gugup.
Dari pertemuan itu, benih-benih persahabatan tumbuh subur. Mereka menjelajahi setiap sudut Hierapolis bersama, berbagi cerita tentang kehidupan, mimpi, dan keluarga. Deniz menjadi pemandu Sandra, mengenalkan keindahan Turki, dari bazar-bazar semerbak rempah hingga pesona kota Istanbul yang modern.
Di bawah langit malam yang bertabur bintang, mereka duduk di tepi kolam air panas, kaki mereka mencecah air hangat yang menenangkan. Deniz memainkan melodi indah dengan gitarnya, suaranya merdu mengiringi gemericik air. Sandra merasa hatinya bergetar, sebuah perasaan baru yang asing namun menyenangkan.
"Hierapolis ini seperti kota yang tertidur," ujar Sandra suatu ketika. "Tapi, dengan kehadiranmu, ia seakan hidup kembali."
Deniz tersenyum. "Kau juga, Sandra. Kau membawa semangat baru ke dalam hidupku."
Di bawah langit malam yang bertabur bintang, di antara reruntuhan kuil Apollo, perasaan mereka mulai berubah. Tatapan Deniz yang penuh makna, sentuhan tangannya yang tak sengaja bersinggungan, membuat jantung Sandra berdebar kencang. Ia jatuh cinta pada pemuda Turki itu, pada senyumnya yang hangat, pada matanya yang penuh bintang.
Suatu malam, di puncak bukit yang menghadap ke lembah, Deniz mengajak Sandra duduk di sampingnya. Bulan purnama menyinari wajah mereka yang memerah.
“Sandra,” ucapnya, suaranya lembut, “aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyukaimu. Kamu membuatku merasa hidup.”
Sandra tersenyum. “Aku juga, Deniz. Sangat.”
Mereka menghabiskan waktu bersama menjelajahi setiap sudut Hierapolis. Mereka duduk di tepi kolam suci, bercerita tentang impian dan harapan bersama. Mereka menyusuri jalanan batu yang berkelok-kelok, saling berbagi tawa dan cerita.
Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Program pertukaran pelajar Sandra akan segera berakhir. Keharusan kembali ke Indonesia membuat hati mereka terasa berat.
"Aku akan merindukanmu," ucap Deniz lirih.
Sandra mengangguk, air matanya mulai menetes. "Aku juga. Tapi, janji ya, kita akan tetap berhubungan."
Di hari keberangkatan, mereka berdiri di bandara, saling menatap dalam-dalam. Deniz memberikan Sandra sebuah kalung perak bertuliskan huruf Hieroglif yang berarti "abadi". "Simpan ini, sebagai pengingat akan kita," katanya.
Sandra memeluk Deniz erat. "Aku akan selalu mengingatmu, Deniz. Hierapolis, dan cinta kita yang sederhana."
Pesawat perlahan meninggalkan landasan pacu. Dari jendela, Sandra melihat Hierapolis semakin mengecil, hingga akhirnya menghilang ditelan awan. Ia tahu, cinta pertamanya akan selalu terukir dalam hatinya, seperti ukiran-ukiran indah di reruntuhan Hierapolis.
Meskipun terpisah jarak dan waktu, benih cinta yang tumbuh di antara reruntuhan kuno itu akan terus bersemi, menjadi sebuah kenangan indah yang takkan pernah terlupakan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mohon krisannya.