Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Debu Cinta di Ephesus (21) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Ephesus, Turki (Doc.IlmaW24)

Debu Cinta di Ephesus (21) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Debu Cinta di Ephesus (21)

Cahaya senja membelai reruntuhan megah Kuil Artemis, menari-nari di antara kolom-kolom marmer yang berdiri kokoh. Di tengah keheningan sore itu, Raisa, seorang arkeolog muda dengan rambut merah menyala, tengah asyik menggoreskan catatan di buku hariannya. Matanya berkaca-kaca menatap reruntuhan megah di hadapannya, membayangkan kehidupan yang pernah berlangsung di tempat ini ribuan tahun silam.

Tiba-tiba, suara kamera mengusik ketenangannya. Ia menoleh dan melihat seorang pria tinggi besar sedang membidikkan lensa kameranya ke arah Kuil Artemis. Pria itu memiliki rambut hitam yang sedikit beruban dan sepasang mata berwarna cokelat tua yang teduh. Ia adalah Umair, seorang fotografer kenamaan yang tengah mencari inspirasi di Ephesus.

"Tempat yang indah, bukan?" sapa Umair dengan senyum tipis.

Raisa mengangguk, "Sangat. Saya selalu terpesona oleh sejarah yang terukir di setiap batu bata di tempat ini."

Pertemuan singkat itu menjadi awal dari persahabatan yang mendalam. Hari demi hari, mereka menghabiskan waktu bersama menjelajahi reruntuhan Ephesus. Raisa menunjukkan kepada Umair berbagai temuan arkeologis yang menarik, sementara Umair mengabadikan keindahan Ephesus melalui lensa kameranya.

Suatu hari, saat menggali lebih dalam di perpustakaan kuno Ephesus, Raisa menemukan sebuah manuskrip kuno yang menceritakan tentang sepasang kekasih yang terpisahkan oleh kutukan. Legenda itu mengisahkan tentang seorang putri dari kerajaan kuno yang jatuh cinta pada seorang pemuda biasa. Karena perbedaan status sosial, mereka harus berpisah. Namun, sebelum berpisah, mereka bersumpah akan saling mencintai selamanya. Kutukan pun menimpa mereka, membuat mereka terjebak dalam lingkaran waktu yang tak berujung.

Raisa merasa ada kejanggalan dalam legenda itu. Ia menceritakannya pada Umair, dan keduanya mulai mencari petunjuk lebih lanjut. Mereka menyusuri lorong-lorong rahasia di bawah reruntuhan, memecahkan teka-teki yang tersembunyi di balik dinding-dinding kuno.

Sementara itu, Umair mulai menunjukkan perilaku yang aneh. Ia sering melamun dan tampak gelisah. Raisa khawatir ada sesuatu yang disembunyikan oleh Umair. Akhirnya, dengan berat hati, Umair mengungkapkan rahasianya. Ternyata, ia adalah keturunan langsung dari pemuda dalam legenda tersebut. Ia memiliki kekuatan khusus yang diwariskan secara turun-temurun, yaitu kemampuan untuk melihat masa lalu dan masa depan.

Raisa terkejut mendengar pengakuan Umair. Ia tidak menyangka bahwa pria yang dicintainya memiliki kekuatan yang begitu besar. Namun, ia juga merasa khawatir. Kekuatan Umair bisa menjadi ancaman bagi hubungan mereka, apalagi jika kekuatan itu berkaitan dengan kutukan kuno.

Konflik semakin memuncak ketika mereka menemukan sebuah artefak kuno yang menjadi kunci untuk memecahkan kutukan. Artefak itu sangat berbahaya dan bisa melepaskan kekuatan yang dahsyat jika jatuh ke tangan yang salah. Umair merasa bertanggung jawab untuk melindungi artefak tersebut, sementara Raisa ingin menghancurkannya agar tidak ada lagi yang terluka.

Perbedaan pendapat mereka membuat hubungan mereka renggang. Raisa merasa dikhianati karena Umair menyembunyikan rahasia darinya. Namun, Umair juga merasa tertekan karena harus memilih antara cintanya pada Raisa dan kewajibannya sebagai keturunan keluarga kerajaan kuno.

Di bawah langit malam Ephesus, Raisa dan Umair duduk berdampingan, memandang ke arah bintang-bintang.

Raisa: "Umair, aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan. Apa yang sebenarnya terjadi dengan keluargamu?"

Umair: Menghela napas panjang "Keluargaku... mereka terjebak dalam kutukan. Kekuatan yang mengalir dalam darah kami adalah sebuah kutukan, bukan berkah."

Raisa: "Kutukan? Apa maksudmu?"

Umair: "Ayahku, dia pemimpin sekte rahasia. Mereka percaya bahwa kekuatan ini adalah anugerah dari para dewa, dan harus digunakan untuk menguasai dunia. Aku tidak setuju dengannya. Aku ingin hidup normal, seperti manusia biasa."

Raisa: "Jadi, kamu takut padaku karena kekuatanmu?"

Umair: "Bukan itu saja. Aku takut menyakitimu. Aku sudah kehilangan begitu banyak orang yang kusayangi karena kekuatan ini. Aku tidak ingin kamu menjadi korban berikutnya."

Raisa: Menggenggam tangan Umair "Umair, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi."

Umair: Matanya berkaca-kaca "Aku tidak pantas mendapatkanmu."

Raisa: "Siapa bilang? Setiap orang berhak mendapatkan kebahagiaan, termasuk kamu."

Mereka terdiam sejenak, menikmati kehangatan satu sama lain.

Umair: "Ayahku akan melakukan apapun untuk mendapatkan artefak itu. Dia akan menghentikan kita."

Raisa: "Kita tidak akan membiarkannya. Kita akan menghadapi apapun yang datang."

Umair: Memeluk Raisa erat "Terima kasih, Raisa. Terima kasih telah percaya padaku."

Raisa: "Aku mencintaimu, Umair."

Umair: "Aku juga mencintaimu."

Setelah melalui berbagai cobaan dan rintangan, Raisa dan Umair akhirnya menyadari bahwa cinta mereka lebih kuat dari apapun. Mereka memutuskan untuk bekerja sama untuk memecahkan kutukan dan menyelamatkan Ephesus dari kehancuran.

Raisa menatapnya dalam-dalam. "Kau tahu, aku merasa ada sesuatu yang istimewa tentang tempat ini. Seakan-akan ada kekuatan misterius yang menghubungkan kita dengan masa lalu."

Umair tersenyum misterius. "Mungkin saja," jawabnya. "Tempat-tempat kuno seperti ini sering kali menyimpan rahasia yang tak terungkap."

Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, Umair mengajak Raisa ke sebuah ruangan rahasia di dalam reruntuhan. Di sana, ia menunjukkan kepada Raisa sebuah artefak kuno yang diyakini sebagai kunci untuk memecahkan kutukan yang telah membelenggu keluarganya selama berabad-abad.

Dengan tekad yang kuat, mereka memutuskan untuk memecahkan kutukan tersebut. Mereka menjelajahi setiap sudut reruntuhan Ephesus, mencari petunjuk yang dapat membantu mereka. Setelah melalui berbagai rintangan dan bahaya, mereka akhirnya menemukan cara untuk mematahkan kutukan tersebut.

Saat kutukan terpecahkan, sebuah cahaya terang menyinari seluruh reruntuhan Ephesus. Raisa dan Umair saling memandang dengan penuh kasih sayang. Mereka menyadari bahwa cinta mereka telah menyatukan mereka dan memberi mereka kekuatan untuk mengatasi segala rintangan.

Mereka memutuskan untuk menghabiskan sisa hidup mereka di Ephesus, merawat reruntuhan kuno dan menjaga kisah cinta mereka tetap hidup. Debu waktu seakan berbisik kisah cinta yang telah lama terlupakan, sebuah kisah tentang cinta, pengorbanan, dan keabadian.

Sejak saat itu, Raisa dan Umair hidup bahagia di Ephesus. Mereka menjadi penjaga reruntuhan kuno, menceritakan kisah cinta mereka kepada setiap pengunjung yang datang. Dan setiap kali mereka memandang ke langit malam yang bertabur bintang, mereka selalu ingat akan keajaiban cinta yang telah menyatukan mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post