Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dari Baitullah Kami Mengetuk Arsy-Mu (17) Mina Tempat Berlabuhnya Cinta
Terowongan Mina Musim Haji 1431 H

Dari Baitullah Kami Mengetuk Arsy-Mu (17) Mina Tempat Berlabuhnya Cinta

#TantanganGurusiana Hari ke-108

Tengah malam sepuluh Zulhijah telah berlalu, saat dini hari sebelum terbit fajar di bukit Arafah, kami sudah disuruh bersiap-siap oleh petugas haji untuk segera bergerak menuju Mina. Mina akan menjadi tempat perhentian terlama kami dan yang terakhir dalam ibadah haji. Mina melambangkan harapan dan cinta. Cinta merupakan tahap terakhir setelah bergerak mencari pengetahuan di Arafah dan timbulnya kesadaran di Masy’arilharam (Muzdalifah).

Saya lihat di tebing-tebing bukit di belakang tempat kami mabit sudah terlihat bis-bis besar berjejer-jejer siap membawa kami menuju Mina. Satu persatu rombongan dipanggil untuk berbaris menuju bis yang telah ditentukan. Suasana sangat ramai. Petugas berusaha keras untuk mengatur keberangkatan jamaah yang begitu banyak. Saat tiba rombongan Kloter Surabaya SUB 49 kami segera berbaris di tempat yang ditentukan, berada dibelakang barisan jamaah dari Pontianak. Satu persatu berjalan mendaki menuju tempat bis di parkir. Karena ramainya saya terpisah dengan suami. Saat posisi saya telah sampai di puncak batas antrian dan akan masuk bis, saya minta ditunda dulu untuk naik bis dan akan ikut bis berikutnya karena menunggu suami. Tapi tidak diperkenankan oleh petugas, semua harus terus berjalan menuju bis.

“Nanti akan bertemu di kemah,” kata petugas. Untung kami sudah diberitahu tentang nomor tenda yang akan kami tempati di Mina. Sehingga kami tidak tersesat meski berangkat tidak bersamaan.

Kami sampai di kemah tepat saat azan subuh dikumandangkan. Sesampai di Mina, kami masuk ke kemah yang telah disediakan oleh maktab. Beristirahat sebentar kemudian sholat subuh setelah itu bersiap-siap untuk melempar jumrah di jamarat.

Kami harus berjalan kaki dari perkemahan untuk menuju ke Jamarat, tempat melakukan lempar jumrah. Jarak antara perkemahan dengan jamarat sekitar 4 km dan kami harus menempuh perjalanan pulang pergi.

Jalur ini sangat rawan banyak jemaah tumbang. Hal tersebut di antaranya disebabkan jemaah yang sebelumnya sudah kelelahan sejak di Arafah dan Muzdalifah. Karena itu saya juga menanyakan kondisi suami, apakah dia tidak kelelahan. Jika kelelahan maka kami akan berangkat agak siang setelah istirahat terlebih dulu, tapi suami menjawab dia ingin ikut ke jamarat bersama-sama rombongan. Akhirnya kamipun ikut bersama rombongan.

Begitu keluar kawasan kemah Indonesia kami melewati jembatan layang untuk menuju mulut terowongan Mina. Setelah melewati jembatan tersebut kami berbelok ke kiri pada jalan menurun menuju mulut terowongan yang terletak tepat di bawah jembatan layang. Terowongan yang merupakan struktur penghubung ini dibangun sepanjang 550 meter dengan lebar 18 meter dan berfungsi sebagai jalur khusus bagi para jemaah yang akan melaksanakan lempar jumrah. Terowongan yang menghubungkan Mekah menuju Mina dan Dataran Arafah. Di sepanjang jalur terowongan dilengkapi pengatur udara berupa kipas angin raksasa dan exhause dengan kekuatan listrik yang besar. Sehingga udara di dalam terowongan tetap sejuk.

Keluar dari terowongan kami masih harus bejalan kaki sejauh 3 kilo meter menuju jamarat. Jamarat kini sudah berada di dalam gedung yang berlantai lima. Kami berencana melempar di lantai dua. Dengan eskalator kami naik ke lantai dua. Tiba di lantai dua terdapat tiga berhala, yang pertama dan yang kedua kami lewati dan berhala yang ke tiga yaitu berhala Aqabah kami lontari dengan batu kerikil. Caranya melontar tujuh buah kerikil dengan bertakbir pada tiap lontarannya. Lalu berdoa menghadap kiblat “Allahummaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron” (Ya Allah jadikanlah haji ini mabrur dan dosa yang diampuni).

Setelah melontar jumrah aqabah kami mencari tempat yang sepi di pinggir Jamarat untuk melaksanakan tahallul awal dengan mencukur rambut minimal 3 helai rambut, setelah itu pulang kembali ke tempat kemah. Setelah melaksanakan tahallul awal maka pakaian ihram bisa dilepas dan bisa berpakaian biasa.

Sebagian anggota rombongan pada tanggal 10 Dzulhijjah tersebut berangkat ke Makkah untuk melaksanakan thawaf ifadhah beserta sa’i. Namun saya dan suami serta sebagian besar anggota rombongan menunda pelaksanaan thawaf ifadhah tersebut hingga akhir hari tasyrik. Sehingga setelah melontar kami pulang kembali ke tenda untuk beristirahat guna mempersiapkan diri untuk melontar jumrah ula, wustha, dan aqabah pada tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijah.

Malam hari setelah melempar jumrah hari pertama terjadi hujan yang deras sekali di perkemahan kami. Saking derasnya air hujan sampai masuk kedalam tenda, meski hanya pada bagian pinggirnya. Selain hujan deras juga disertai dengan angin yang kencang. Syukur kami melontar jumrah telah selesai tadi pagi. Sebagian jamaah Indonesia ada yang melontar jumrah di waktu sore dan malam hari tentu mereka sedang berada di jamarat saat hujan deras dan angin kencang ini. Semoga semua tidak ada yang terkena dampaknya yang berakibat terganggunya kesehatan jamaah.

Besok pagi tanggal 11 Zulhijah kami melontar Jumrah Ula, Wustho, dan ‘Aqabah di hari-hari tasyrik. Setiap hari melontar 3 kali 7 batu. Caranya di Ula jama’ah melontar 7 buah batu, setiap lontaran bertakbir “Allahu Akbar” boleh juga “Bismillahi Allahu Akbar”. Lalu menghadap ke arah Ka’bah berdo’a “Allahummahaj’alhu hajjan mabruuron wa dzanban maghfuuron”. Di Wustho juga demikian melontar 7 buah batu dengan takbir dan berdo’a sama sebagaimana saat di Ula. Sedangkan di ‘Aqabah jamaah setelah melontar 7 buah batu, tidaklah berdo’a menghadap Kiblat lagi, melainkan langsung berlalu saja. Kembali ke kemah. Hal yang sama juga kami lakukan pada tenggal 12 Zulhijah.

Selama berada di kemah, jamaah melakukan berbagai kegiatan seperti shalat di jama qashar, membaca Quran, berzikir, ataupun mendengarkan taushiyah dari para pembimbingnya. Demikian amalan selama mabit di Mina.

Kami mengambil nafar awwal maka pada tanggal 12 Dzulhijjah, sebelum maghrib kami telah meninggalkan Mina menuju Makkah. Sedangkan bagi yang mengambil nafar tsani barulah pada tanggal 13 Dzulhijjah jama’ah itu kembali ke Makkah.

Selesai sudah ibadah kami di Mina. Pelontaran jumrah telah dilakukan. Saat pelontaran ini kami para jamaah bertindak sebagaimana Nabi Ibrahim melontar setan yang telah menggodanya untuk menentang perintah Allah menyembelih ismail, putra tercintanya. Letak kelemahannya karena kecintaannya yang berlebihan pada sang putra yang lama ditunggu-tunggu kehadirannya. Namun Ibrahim tidak goyah, Ia tunduk secara mutlak pada perintah Allah, kecintaannya yang sangat kuat kepada Allah di atas segala kecintaannya pada dunia. Ibrahim menang dalam seluruh ujiannya.

Sebagaimana Firman Allah dalam QS Al Anfal ayat 28, “ Bahkan cintamu pada putramu merupakan jalan untuk mengujimu”.

Bagi kami jamaah haji, Ismail kami adalah pekerjaan, jabatan, profesi, uang, rumah, mobil, cinta, keluarga, pengetahuan, kecantikan, dan lainnya. Semua yang dapat melemahkan kami. Saat melempar itu kami membayangkan diri kami Ibrahim yang sedang digoda oleh setan. Sedang berada pada puncak kesuksesan, kecintaan pada dunia penuh kebangaan tapi ada satu hal yang kami rela menyerahkan apapun yang kami cintai demi mendapatkan cinta-Nya. Sehingga semua godaan yang menghalangi kami mencapai kecintaan yang mutlak harus kami hilangkan.

Sungguh pelajaran yang sangat berharga dalam ritual ibadah haji ini. Sebuah pelajaran mengurbankan cinta yang menjadi sarana bagi setan untuk menggoda manusia demi cinta yang lebih tinggi, yaitu cinta sang pemilik cinta. Sehingga setelah perjalanan haji, setelah kembali dari Mina ini para haji ini harus bertindak seperti Ibrahim dan menerima tanggungjawab menyebarkan pesan ke masyarakat sekitar tentang menegakkan sebuah negeri yang aman dan membangun rumah sebagai simbol keamanan, kadamaian, kebebasan dan cinta pada umat manusia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masyaallah, tulisan yang luar biasa mengisahkan prosesi haji yang penuh cinta dan pengorbanan. Sukses selalu dan barakallahu fiik

02 Aug
Balas

Alhamdulillah bunda, terimakasih sudah berkenan berkunjung ke blog saya.

02 Aug

Semoga bermanfaat.

01 Aug
Balas

Mantap...

02 Aug
Balas

Alhamdulillah, trims Pak

02 Aug

Luar biasa,Bu. Salam sukses

02 Aug
Balas

Alhamdulillah, trims bu cicik atas doanya. Doa yang sama juga untuk bu cicik.

02 Aug

Terharu membacanya bu, salam literasi dan sukses ya bu

02 Aug
Balas

Alhamdulillah, trims bu Rahmi. Doa yg sama juga untuk ibu

02 Aug



search

New Post