Ilma Wiryanti

Ilma Wiryanti, mengajar adalah aktivitas sehari-hari saya. Namun saya punya hobi menulis dan berkebun. Hal yang juga menarik minat saya adalah masalah lingkunga...

Selengkapnya
Navigasi Web
  Cinta Segitiga di Kampus Ankara (16) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia
Istana Sultana, Danisa. Turki (doc.IlmaW24)

Cinta Segitiga di Kampus Ankara (16) Kumpulan Cerpen Rembulan di Atas Hagia Sophia

Cinta Segitiga di Kampus Ankara (16)

Angin musim semi berhembus lembut mengibarkan hijab berwarna pastel yang dikenakan Havva, mahasiswi Indonesia yang sedang menempuh studi di Ankara. Mata cokelatnya berkaca-kaca menatap ke luar jendela, pikirannya melayang pada dua sosok pemuda yang sama-sama menarik perhatiannya.

Ada Cemal, pemuda Turki dengan rambut hitam ikal dan mata hazel yang dalam. Ia sosok yang romantis, selalu tahu bagaimana cara membuat Havva tersenyum. Lalu ada Kaan, pria dengan rambut pirang dan mata biru cerah. Ia lebih pendiam, namun memiliki kepribadian yang hangat dan penuh perhatian.

Cemal, dengan kepolosannya, selalu berusaha membuat Havva tersenyum. Ia kerap mengajaknya belajar bersama di perpustakaan, atau sekadar berjalan-jalan di sekitar kampus. Kaan, sebaliknya, lebih pendiam dan misterius. Ia sering mengajak Havva ke tempat-tempat tersembunyi di Ankara, menceritakan kisah-kisah sejarah yang memukau.

Dulu mereka bertiga dipertemukan dalam kegiatan orientasi kampus saat mereka baru menjejakkan langkah di kampus bergengsi ini. Mereka berada dalam satu grup dan banyak terlibat dalam kegiatan bersama. Setelah masa orientasi mereka menjadi dekat, meski tidak berada di fakultas yang sama.

Havva merasa beruntung memiliki dua sahabat yang begitu baik hati. Namun, di sisi lain, ia juga merasa bingung. Hatinya terbagi antara Cemal dan Kaan. Ia tidak ingin menyakiti salah satu dari mereka, tapi juga tidak bisa memungkiri bahwa ia memiliki perasaan yang kuat pada keduanya.

Havva, Cemal, dan Kaan sedang duduk di taman, menikmati teh turki.

Havva: "Kalian tahu, di Indonesia, kita sering mengungkapkan perasaan cinta dengan kata-kata manis. Seperti 'Aku sangat mencintaimu' atau 'Kamu adalah segalanya bagiku'."

Cemal: (Tertawa kecil) "Di Turki, kita lebih suka menunjukkan cinta melalui tindakan daripada kata-kata. Misalnya, dengan memasak makanan favoritmu atau membantumu ketika kamu sedang kesulitan."

Kaan: "Aku setuju dengan Cemal. Kata-kata terkadang terasa terlalu berlebihan. Lebih baik menunjukkan ketulusan hati melalui perbuatan."

Havva: "Aku mengerti. Tapi, kita harusnya juga merasa perlu untuk mengungkapkan perasaan cinta kita secara verbal. Itu membuat kita merasa lebih dekat dengan orang yang kita cintai."

Cemal: (Menggenggam tangan Havva) "Aku tahu, Havva. Dan aku sangat menghargai kejujuranmu. Tapi, ingatlah bahwa cinta itu bisa diungkapkan dengan berbagai cara."

Kaan: "Ya, cinta tidak selalu harus diungkapkan dengan kata-kata yang manis. Kadang, cukup dengan kehadiran kita di samping orang yang kita cintai."

Suatu hari, Cemal mengajak Havva dan Kaan untuk menonton konser musik tradisional Turki. Di tengah kerumunan penonton yang berdesakan, Cemal memeluk Havva erat. Havva merasa jantungnya berdebar kencang. Namun, saat ia ingin menikmati momen itu, ia melihat Kaan berdiri tak jauh darinya, menatapnya dengan tatapan kecewa.

Anya merasa bersalah. Ia tidak ingin menyakiti Kaan, tapi ia juga tidak bisa menolak perasaan yang tumbuh di antara dirinya dan Cemal. Konflik batinnya semakin menjadi-jadi.

Beberapa minggu kemudian, Havva mengetahui bahwa Cemal ternyata memiliki kekasih. Hati Havva hancur berkeping-keping. Ia merasa telah dipermainkan oleh Cemal. Dengan perasaan kecewa, Havva menjauhi Cemal.

Kaan yang selama ini diam-diam memperhatikan Havva, melihat kesempatan ini. Ia semakin sering mendekati Havva, memberikan dukungan dan perhatian yang Havva butuhkan. Perlahan-lahan, perasaan Havva pada Kaan mulai tumbuh semakin kuat.

Namun, takdir kembali mempermainkan Havva. Saat ia mulai merasa nyaman dengan kehadiran Kaan, muncul seorang gadis bernama Zeynep, sahabat masa kecil Kaan yang baru saja kembali dari Amerika. Zeynep ternyata masih menyimpan perasaan pada Kaan.

Anya merasa seperti terjebak dalam sebuah permainan cinta yang rumit. Ia tidak ingin menjadi penyebab keretakan hubungan antara Kaan dan Zeynep, namun ia juga tidak bisa memungkiri bahwa ia masih memiliki perasaan pada Kaan.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, Havva memutuskan untuk jujur kepada Kaan dan Zeynep. Ia menceritakan semua perasaannya, termasuk perasaan bersalahnya pada Cemal.

Kaan dan Zeynep terkejut mendengar pengakuan Havva. Mereka saling memandang, kemudian tersenyum.

"Aku mengerti perasaanmu, Havva," kata Kaan. "Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaan Zeynep."

Zeynep mengangguk. "Aku tahu ini sulit, tapi kita harus saling jujur. Aku dan Kaan sudah berteman sejak kecil, Aku tidak ingin merusak persahabatan kalian, tapi perasaanku terhadap Kaan sangat kuat. Kami harap kamu mengerti."

Anya merasa lega setelah mengungkapkan semua yang ada di hatinya. Ia menyadari bahwa cinta tidak selalu berjalan mulus. Kadang, kita harus membuat pilihan yang sulit.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mohon krisannya ya.

16 Nov
Balas



search

New Post